PERTEMUAN NICKEN DAN RENO

Keesokan harinya Nicken dengan muka panik dan setengah berlari menyusuri koridor rumah sakit yang diikuti oleh Ivan. Waktu dia lagi mencari buku buat referensi tugasnya bareng Ivan di toko buku -yang ternyata jadi modusnya Ivan buat mengajak jalan Nicken sesuai ajarannya Nico-, Vicky mengabari kalau Nicky kecelakaan waktu latihan fisik.

Sewaktu jogging, yang menjadi latihan rutin yang Reno terapkan untuk semua pembalapnya, tiba- tiba kaki Nicky kram yang membuatnya jatuh tersungkur di aspal sirkuit.

Selain luka robek, pergelangan kakinya pun keseleo. Kebayang dong gimana paniknya Nicken. Ivan saja sampai bingung gimana cara menenangkannya, padahal Vicky sudah bilang kalau enggak ada luka serius. Soalnya ini bukan kecelakaan Nicky yang pertama tapi kok tumben banget sampai dibawa ke rumah sakit padahal di sirkuitnya kan ada klinik, berarti emang ada yang serius makanya Nicken panik.

Setelah sampai IGD tempat Nicky dapet pertolongan pertama, Nicken mendapati Vicky, seorang dokter dan beberapa suster. Terlihat seorang suster sedang membalut luka Nicky di lututnya dan yang lainnya membersihkan luka lecet di tangannya. Dokter pun tampak berbicara sesuatu sama Vicky.

“Are you alrite?" (Lo baik-baik saja?)

“Nope, but I’m okay. (Enggak, tapi gue gak pa-pa)”

Nicky pun menjerit waktu susternya kaya sengaja mengikat kencang pergelangan kakinya pakai perban elastis, karena terlihat susternya pun tertawa dan bilang kalau Nicky lebay, suster yang satunya lagipun juga ikut tertawa. Ivan pun tersenyum.

“Kata dokter dia enggak apa-apa, cuma ada berita buruk, dia enggak bisa ikut kejuaraan dulu kalau melihat kondisi kakinya, takutnya makin parah kalau dipaksa. Mungkin habis dari sini kita harus ke spesialis patah tulang takut ada tulang yang copot.” Jelas Vicky semena-mena yang langsung mendapat cubitan di lengannya dari Nicky.

"Gue cuma keseleo, Kak, bukan patah tulang." Vicky pun tertawa. “Dipecat deh nih gue sama kak Reno.” Lagi-lagi Nicky menjerit, padahal suster tadi cuma menyolek sedikit kakinya yang sudah rapih diperban. Dan dengan sopannya, suster itupun mengeloyor pergi sambil tertawa.

“Enggak bakal sampai kaya gitulah, Ky, kan lo kecelakaan bukan sengaja menyelakai kaki lo.” Sahut Ivan.

“Masalahnya, Van, Yakuza sama Ferrari besok tanggung jawab gue, dan kak Reno sudah enggak punya stok pembalap lagi buat mengantikan gue, makasih ya, Sus.”

Suster yang mengobati lecetnya pun pergi. Nicken duduk di sampingnya.

“Pasti adalah, Kak, enggak mungkin enggak ada apalagi untuk sirkuit semegah Nascar.”

Nicky tersenyum lalu meraih kepala Nicken ke pelukannya, “Maaf sudah buat lo khawatir ya, De.”

Di ruangannya, Reno tampak bingung. Itu terlihat dari rambutnya yang sudah tidak jelas modelnya. Dia bolak-balik di depan beberapa stafnya yang kayanya juga bingung melihat bosnya bingung. Bingung mau kasih solusi apa soalnya mereka sudah hapal banget sama tabiat bos mereka kalau lagi kaya begitu, takut salah ngomong yang bisa berakibat fatal.

“Gimana kalau mengutus anak Nascar Bali?” Akhirnya satu-satunya staf cewek di ruangan itu ngomong, setelah mengumpulkan kenekatan penuh tentunya.

Reno menggeleng lalu duduk di tempatnya, “Yang qualified dari Bali sudah penuh jadwalnya, Kepri apalagi, enggak mungkin gue maksa menurunkan orang di bawah Nicky, apalagi buat Ferrari.”

“So, what are we gonna do now, Boss?" (Jadi kita harus bagaimana?)

Reno hanya bisa terdiam.

“I’m so sorry, Kak. I wish it didn’t happen to me." (Gue minta maaf, Kak. Gue harap ini enggak terjadi sama gue.) Sahut Nicky melalui ponselnya.

Reno tersenyum sambil melihat sirkuitnya yang sepi. Dia sengaja keluar dari ruangannya tanpa pengawalan khusus biar dapat solusi buat masalahnya.

"It’s okay, Ky, gue enggak menyalahkan lo kok, yang penting enggak ada yang serius sama lo ya biarpun sekarang gue lagi bingung sih mau menurunkan siapa ntar.”

“Gue enggak tahu lo sama kru lo yang lain bakal setuju apa enggak, tapi.. lo bisa mengetes Cken.”

Muka Reno langsung berubah sumringah kaya baru menang togel. Kok enggak kepikiran ya?

“Iya ya Ky, kenapa gue enggak kepikiran adik lo ya?”

“Gue enggak minta lo buat menurunkan dia mengantikan gue, tapi lo bisa mengetes dia dulu, kalau emang menurut lo dia qualified, semua terserah lo.”

“Okay, besok lo bawa dia ke gue ya.”

“Siap, Boss, bye.” Nicky dan Reno mematikan ponselnya.

Enggak sia-sia gue keluar ruangan begini, sahut Reno dalam hati sambil tersenyum lalu kembali menelpon. “Kumpulkan semua kru, gue mau rapat lagi.”

Terdengar keriuhan di ruang rapat setelah Reno mengumumkan kalau mau mengetes Nicken. Beberapa dari mereka setuju saja karena emang enggak ada stok pembalap yang bisa dipercaya tapi enggak sedikit pula yang menentang keras ide Reno, karena banyak hal dan salah satunya karena Nicken belum ada pengalaman sama sekali balap di sirkuit.

Reno hanya bisa tersenyum mendengar semuanya lagi berdebat. Tidak jarang Reno membuat para stafnya geleng-geleng kepala sama narik nafas panjang karena ide sama kelakuan gilanya, termasuk kali ini. Tapi entah keyakinannya kali ini besar banget waktu lihat Nicken mengebut di jalan waktu itu. Keyakinan yang sama waktu dia menemukan kemampuan Nicky di jalan juga.

“Guys..” Suara Reno berhasil membungkam mulut mereka. “Gue tahu kalian keberatan, gue juga bukannya mau menurunkan dia langsung buat menggantikan Nicky, tapi gue mau mengetes dia dulu bareng sama pembalap-pembalap lain yang sudah direkomendasiin. Dan kalau emang ternyata dia qualified, gue harap kalian bisa lapang dada menerima dia, deal?”

Setelah saling pandang akhirnya mereka pun mengangguk setuju.

***

Keesokan siangnya setelah pulang sekolah, Nicky menemani Nicken menghadap Reno setelah melakukan pemaksaan tentunya. Jujur saja sebenernya Nicken belum siap menemui calon bosnya itu, biarpun dia sudah tahu kalau itu harus dilakukan siap tidak siap, and this is the day!!

Di sepanjang perjalanan pun tumben banget dia juga tidak cerewet kaya biasanya. Dia sibuk melamun biarpun tangannya ada di kemudi dan matanya melihat jalan di depannya. Nicky hanya bisa tersenyum sambil sesekali menoleh ke arah adiknya, kaya bisa merasakan apa yang Nicken rasakan, soalnya dia juga pernah ada di posisi Nicken.

Akhirnya mobil New Civic putih Nicken pun masuk melewati gerbang megahnya Nascar. Setelah mengambil kartu masuk dia membawa mobilnya ke depan tribun yang tidak jauh dari Basecamp-nya Nascar. Biar Nicky yang lagi pincang dan bertongkat pun tidak terlalu kewalahan mesti jalan berpuluh meter dari parkiran menuju Basecamp dan ditambah mesti naik banyak anak tangga dulu. Nah kalau parkir depan tribun kesengsaraan dia agak sedikit berkurang.

Hari ini Nascar sepi, hanya terlihat beberapa orang sedang membersihkan sirkuit dan beberapa orang berseragam Nascar terlihat sedang mendiskusikan sesuatu di laptop salah seorang kru di tribun. Nicken keluar dari mobilnya lalu membantu Nicky keluar dengan tongkatnya. Anehnya setelah orang-orang yang ada di situ ngeh itu Nicken, mereka semua menatap ke arahnya. Bukan karena aneh melihat Nicky yang pakai tongkat ya, tapi bener-bener memperhatikan Nicken. Nicky juga sadar dan akhirnya mengisyaratkan adiknya buat tidak memikirkan soal mereka lalu mengajaknya menuju Basecamp.

Sampai di dalam Basecamp yang sejuk lebih membuat Nicken makin yakin kalau orang-orang di sana emang memperhatikan dia. Setelah Nicky nanya ke resepsionis yang ternyata Reno lagi rapat, Nicken membantu Nicky duduk di sofa cozy warna putih yang ada di sana. Dari sudut matanya Nicken melihat 2 resepsionis cewek yang dihampiri Nicky tadi lagi berbisik-bisik sambil melihat ke arahnya. Nicken makin merasa tidak enak.

“Mereka lagi ngomongin gue ya, Kak?”

Nicky melirik ke arah meja resepsionis lalu beberapa kru yang baru keluar dari sebuah ruangan dan ketika melihat ke arah mereka, mereka juga bisik-bisik sambil berjalan ke ruangan mereka.

“Kayanya sih, De, enggak mungkin mereka ngomongin gue yang sekarang lagi pincang kan?”

“Aduh, gue kayanya belum bikin masalah deh di sini, kenapa sudah diliatin kaya gini?”

Nicky tertawa perlahan lalu mengacak rambut adiknya. “Santai saja, waktu gue awal masuk sini juga kaya gitu kok, mungkin mereka sudah tahu kalau lo calon pembalap Nascar.”

Tidak berapa lama, pintu ruang rapat yang sejurus sama sofa terbuka dan terlihatlah banyak kru yang keluar. Sama kaya kru yang sudah-sudah, mereka melihat ke arah Nicken dan Nicky lalu berbisik-bisik sebelum menuju ruangannya masing-masing.

Reno lalu menyusul keluar dengan seorang cewek yang sedang terlihat sibuk mengetik sesuatu di iPadnya. Reno pun tersenyum ke arah Nicky dan menghampiri mereka lalu mengajak mereka ke ruangannya diikuti cewek si Pembawa iPad yang ternyata Sekretarisnya Reno.

Nicken cuma bisa terpana melihat cowok yang duduk di hadapannya. Semua yang Nicky ceritakan tentang Reno emang bener, tidak ada yang kurang atau lebih. Selama ini dia cuma bisa lihat Reno dari TV saja. Ternyata aslinya lebih ganteng banget!! Sayang umur mereka terpaut jauh banget, kalau tidak, Nicken pasti menggebet Reno.

Kalau tahu aslinya dia seganteng ini, gue bakal ngebet banget deh ketemu dia, ikhlas enggak perlu dipaksa kaya tadi!!

Banyak hal yang mereka omongin. Dari hal fasilitas sampai kewajiban sama peraturan yang mesti kudu wajib dilakukan sama dipatuhi, kaya tidak boleh membantah apa yang sudah jadi keputusan Reno. Nicken sudah mengerti banyak karena Nicky sudah kasih dia gambaran tentang apa yang mau Reno omongin, jadi dia cuma mengangguk-angguk mendengerkan Reno ngomong sambil terpesona juga pastinya.

Setelah Reno merasa cukup, dia mau mengetes Nicken balapan di sirkuit. Dia deg-degan banget. Untung ada Nicky yang bisa menenangkan dia. Dan akhirnya, Nicken sudah ada di dalam BMW balap biru muda Reno  dan di samping mobilnya ada salah satu wakil Reno dengan mobil balap kuning miliknya. Yang lebih membuat dia nervous banget adalah bukan hanya karena "canggih"nya mobil Reno tapi yang punya mobil juga ada di dalamnya!

“Anggap ini bukan balapan di sirkuit, anggap saja lo lagi di jalan kaya yang waktu itu lo lakukan.” Katanya sambil senyum.

Nicken masih diam menggenggam setir mobilnya. Gimana bisa gue menyetir dengan tenang kalau lo melihat gue, Kak? Kata Nicken dalam hati.

Tapi sesaat kemudian dia menyalakan mobilnya dan terlihat menyiapkan diri. Nicken menoleh ke Nicky yang sedang berdiri di pinggir sirkuit menggangguk dan mengisyaratkan, lo bisa Cken! Nicken pun tersenyum.

Gue enggak bakal mengecewakan lo, Ky, tekad Nicken.

Balapan pun di mulai.

Semua sudah iri gue punya Nicky, dan sekarang mereka bakal lebih iri kalau tahu gue menemukan lo, Cken. Dan gue bakal perjuangin lo sama kaya gue perjuangkan Nicky dulu.

Reno pun tersenyum.

Malam harinya, Nicken tidak berhenti teriak seneng banget sama apa yang terjadi hari ini. Vicky dan Nico mendengarkan Nicken sampai melongo tidak jelas. Tidak percaya saja ternyata adik kecil mereka yang hobi ke salon sama belanja ini punya bakat tidak wajar buat cewek “cantik” kaya dia.

Lagi seru-serunya cerita, terdengar bunyi bel pintu. Bibi dengan setengah berlari dari dapur membukakan pintu. Tidak berapa lama dia kembali dengan sebuket bunga Lili putih -bunga favorit Nicken dan artinya itu bunga buat Nicken-

“Buat si Enon.” Bibi memberikan bunga itu ke Nicken lalu kembali ke dapur.

“Dari siapa?” Tanya Nico penasaran.

Nicken membuka kartunya lalu berteriak. “BIBIIIII......!!!!”

Vicky merebut kartu di tangan Nicken dan melihat nama pengirimnya lalu tertawa dan memberikannya ke Nico yang juga lalu tertawa.

“Jangan ketawa!” Protes Nicken. “BIBIII....!!!”

“Apaan sih teriak-teriak?” Nicky keluar dari kamarnya dan dengan dibantu Vicky duduk di samping Nico. “Berisik tahu!”

Bibi pun tiba. “Iya, Non?” Ujar Bibinya.

“Nih.” Nicken memberikan buket bunganya ke Bibi. Nicky yang tidak tahu apa-apa jadi terlihat bingung. “Buang lagi ke tempat sampah!”

“Loh kenapa atuh? Setiap ada bunga buat Enon masa dibuang terus? Aye-aye wae si Enon mah.”

“Sudah enggak usah cerewet, cepet dibuang!” Tanpa diminta 2 kali Bibi pun pergi ke dapur.

“Kok dibuang? Itukan Lili, Cken.”

“Bodo amet!” Nicken lalu pergi menuju kamarnya.

“Dari Nathan.” Sahut Vicky masih sesekali menahan ketawanya.

“Pantesan..”

Nicken duduk di balkon kamarnya sambil menghirup udara malam sambil menghilangkan rasa betenya karena soal bunga tadi.

Ngapain sih tuh cowok pakai mengirim bunga segala? Dia pikir gue bakal maafin dia lagi apa? Enggak akan mungkin gara-gara bunga itu gue bisa lupa sama apa yang sudah dia lakukan! Gerutu Nicken dalam hati.

Ponselnya pun berbunyi tapi dia cuekin setelah tahu siapa yang menelepon. Si Pengirim Bunga yang tidak mau dia sebutkan namanya. Biarpun Nicken sudah me-rejectnya berkali-kali tapi dia tetep menelepon. Karena kesal Nicken lalu mematikan ponselnya dan kembali melamun.

To be continued.....

Author : Terimakasih yang sudah mampir. Like dan komen kalian sangatlah berarti 🙏

Terpopuler

Comments

Hesty Nugroho

Hesty Nugroho

mulai seru ni👍👍💪

2020-11-03

1

irah RIHANNA

irah RIHANNA

bagus banget thor

2020-10-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!