Ivan duduk di bangku taman samping lapangan sambil baca buku dan menikmati sejuknya udara pagi yang agak masih lembab banget. Tidak lupa juga suara burung-burung yang bercicit riang.
Lagi asyik–asyiknya menikmati pagi, tiba–tiba saja ada seorang cewek yang duduk di sampingnya sampai dekat banget. Ivan menoleh dan sedikit menggeser duduknya. Langsung merasa risih banget sama cewek ini.
“Hi, kamu Ivan ya? Anak baru di 10 Bahasa 2 itu, kok enggak pernah beredar sih?”
Koran kali beredar. Ivan makin tidak suka sama sikap cewek ini. Agresif banget.
“Oh iya, nama aku Sara, anak 10 Math 2.” Sara menjulurkan tangannya ke Ivan mengajak salaman yang dibalas Ivan sekilas. “Rumah kamu dimana?” Tanyanya gencar.
“Stanza Blok C.”
Sialan! Sekomplek juga sama dia.
Sara terlihat kesal. Namun kembali memasang senyum yang keliatan banget tidak natural, malah aneh, menurut Ivan.
“Boleh minta nomor ponsel kamu enggak?”
“Buat apa?” Ivan sudah keliatan malas banget sama nih cewek.
“Kali saja kita bisa jadi teman baik.”
“Ya ampun.." Ivan menepuk dahinya. "Gue lupa.. Belum mengerjakan PR.” Ivan menutup bukunya dan berdiri. “Sorry ya.” Ivan lalu pergi meninggalkan Sara yang memanggil dia. Selamat.. selamat.. Ivan mengusap dadanya lega lalu bergegas menuju kelasnya.
“Cken.” Ivan menghampiri Nicken yang ternyata sudah datang dan sedang baca buku. Ivan duduk di tempatnya samping Nicken. “Cken, gue boleh nanya?”
“Jangan sok akrab.” Jawab Nicken tanpa berpaling dari bukunya.
Tapi Ivan mengambil paksa buku yang dibaca Nicken dan menutupnya. Nicken pun melotot.
“Mau lo apa sih?! Masih pagi sudah bikin gue bete saja.” Hardik Nicken galak. Tapi Ivan tidak peduli.
“Gue mau nanya sesuatu sama lo.”
“Tanya saja sama orang lain.”
Nicken ingin bangun dari duduknya namun Ivan menahannya. Dia benar-benar tidak peduli kalau Nicken sudah bete banget.
“Please??” Suara Ivan kaya melas banget dan itu berhasil membuat Nicken tidak jadi bangun dari duduknya.
“Nanya apaan?” Suara Nicken agak melunak tapi tetap ketus.
“Lo kenal.. Sara?”
Nicken terkejut lalu menatap Ivan. “Kenapa lo nanyain soal dia, lo suka?”
“Apa dia emang kaya gitu? Agresif?”
Nicken tersenyum sinis dengar Ivan ngomong kaya gitu. Lagu lama. Semua orang juga punya pendapat yang sama kaya lo, Van.
“Dia emang kaya gitu, tapikan dia cantik.”
Ivan merubah posisi duduknya menjadi lurus ke depan menatap white board. “Gue enggak suka cewek kaya gitu, enggak natural banget, aneh.”
“Bukan urusan gue lo suka cewek kaya apa.”
“Iya juga ya.” Ivan menoleh ke Nicken sambil tersenyum. ”Makasih ya, Cken, itu saja kok yang mau gue tanyain, maaf ya sudah bikin lo bete pagi-pagi.”
“Kayanya gue sudah mulai terbiasa, bete pagi-pagi.” Nicken lalu keluar kelas dan Ivan tersenyum.
Cewek yang gue suka itu kaya lo, Cken, semakin lo jutekkin gue, gue mau semakin kenal lo lebih dekat.
Nicken berjalan menyusuri koridor di lantai 1 menuju kantin. Gara-gara cowok gila itu mood gue yang belum benar harus ketunda benarnya, sungut Nicken dalam hati. Mending makan-makan saja deh sendirian.
Namun langkahnya terhenti ketika ada tangan yang menangkap lengannya. Dia menoleh. Nathan.
Oh please...... not now (jangan sekarang), Nat....
“It’s not a good time, I’m in terrible badmood, today, please don’t start it again." (Ini bukan waktu yang tepat. Mood aku lagi jelek banget, tolong jangan mulai lagi.)
Nathan menahan Nicken pergi.
“I saw you with him, in your class." (Aku tadi lihat kamu sama dia, di kelas.)
Nicken menghela nafas. Legowo Cken.. “So what’s your problem?" (Masalah kamu apa?)
“You know I really, really hate to see you with him but why you still doing that?" (Kamukan tahu kalau aku benci lihat kamu sama dia, tapi kenapa kamu tetap melakukan itu?)
“We just have a small talk, Nat, nothing else, nothing special." (Kita cuma ngobrol sedikit, Nat, enggak ada yang lain, enggak ada yang spesial.) Nicken menekan kata–kata terakhirnya lalu berbalik.
“You like him." (Kamu suka dia.) Nicken kembali berhadapan dengan Nathan. “I can see in your eyes." (Aku bisa lihat itu di mata kamu.)
“Nat..” Lirih Nicken sambil merapihkan seragam Nathan. “I think.." (Aku rasa..) Nicken tersenyum dan Nathan lalu meraih tangan Nicken dan menggenggamnya. “I think, he can understand me better than you." (Aku rasa, dia bisa lebih mengerti aku daripada kamu.)
Nicken menarik tangannya lalu pergi meninggalkan Nathan yang hanya bisa terdiam tidak percaya sama apa yang dia dengar tadi.
...***...
Nicken membuka laptop Nicky yang ada di atas mejanya di Gudang. Pagi-pagi kaya gini emang di sana pasti kosong karena semua anak Keamanan inti pasti lagi bertugas.
Jadi mendingan facebook sama twitter-an daripada ke kantin, ntar Nathan pasti nyamperin. Kalau di sini, enggak akan mungkin dia berani, pikir Nicken.
Lagi asyik-asyiknya..
“Anak kecil, lagi apa lo di sini?” Suara Aca mengagetkan Nicken tapi dia pun cuma bisa cengar-cengir ke Aca. Aca lalu duduk di bangku di hadapan Nicken.
“Kenapa lo? Bete ya? Soalnya tadi gue lihat lo sama Nathan.”
“Nathan pikir gue suka sama Ivan, padahal ngobrol saja hampir enggak pernah.”
“Kenapa sih lo kaya enggak suka banget sama Ivan? Dia sudah melakukan apa sama lo sampai lo nyuekkin dia banget? Dia anaknya asyik loh.”
“First impression (kesan pertama) yang enggak enak.”
“Hati-hati loh, sekarang ngomongnya benci, ntar malah suka.” Goda Aca.
“Bodo amet.” Aca pun tertawa.
Ivan berjalan di koridor sampai akhirnya Nathan menahan langkah dia. Ivan tersenyum sinis ke arahnya.
“What’s wrong?" (Ada apa?)
“Stay away from her." (Jauhi dia.) Nathan agak mengecilkan suaranya biar anak lain tidak ada yang mendengar.
Ivan lagi-lagi tersenyum sinis. “Don’t you believe me that I can make her to hate you more?" (Lo enggak percaya kalau gue bisa buat dia makin benci sama lo?)
“I warn you, leave her alone." (Gue peringatkan lo, jauhi dia.)
“You’ll see then." (Lo bakal lihat nanti.) Ivan lalu berjalan pergi dan Nathan terlihat kesal.
Nicken berdiri di depan toilet cewek di lantai 1 sambil melihat Nico yang sedang bermain basket bersama 6 orang temannya. Nila dan Aci lalu keluar dari toilet.
“Nicky belum keluar kelas?” Tanya Nila sambil mengetik sms di handphonenya
“Belum, pintu kelasnya masih rapat.”
Nila dan Aci menengok ke arah kelas Nicky yang jaraknya di samping tangga tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
“Ya sudah, kalau gitu Aci sama Nila duluan ya.”
“Okay, kalian hati-hati ya.” Mereka saling mencium pipi dan pergi kecuali Nicken.
Jam pulang kelas 12 emang dibedakan sama kelas 10 dan 11. Mungkin karena lebih banyak jam buat pendalaman materi. 5 menit kemudian, 8 pintu kelas 12 terbuka serentak dan semua muridnya berhamburan keluar. Nicken melihat Vicky yang berlari menuju toilet.
“Kebelet pipis.” Katanya ketika melihat Nicken. Nicken pun tertawa.
“Gue mesti rapat dulu.” Nicky sudah berdiri di sampingnya. “Lo mau balik duluan apa nunggu?”
“Gue mau ke mall dulu mau beli buku, enggak apa-apa?”
“Sendiri? Ya sudah lo tunggu kita selesai rapat saja. Ntar kita temenin lo ke sana.”
“Nunggu kalian selesai kelamaan, gue sendiri saja, cuma sebentar kok.”
Nicky tampak berpikir. Vicky sudah selesai dan berdiri di belakang mereka. “Cken mau ke mall.”
“Sendiri?
“Iya, cuma sebentar kok, boleh ya?”
“Ya sudah, tapi telpon gue kalau sudah sampai sana.”
“Beres, bye, Kak.” Nicken mencium kedua pipi kakaknya lalu berlari menuju lapangan menghampiri Nico. Setelah ngomong tujuannya ke Nico, Nicken berjalan ke parkiran lalu pergi dengan mobil sedan putihnya.
“C’moon boys, the time won’t stop to wait us." (Ayo semua, waktu enggak akan berhenti menunggu kita.) Sahut Aril ketika mereka sudah berkumpul.
...***...
Sudah 15 menit Nicken mengubek-ngubek toko buku mencari novel yang direkomendasiin temen sekelasnya. Nicken emang penggila novel, jadi kalau ada yang bilang ada novel bagus, dia bakal cari sampai dapat dan membuktikan sendiri kalau novel itu emang kudu wajib dibaca. Akhirnya dia pun tersenyum setelah berhasil menemukan novel yang dicarinya lalu menuju kasir.
Akhirnya, kemana ya sekarang? Oh iya, beli Pizza aja deh, katanya dalam hati setelah keluar dari toko buku lalu menuju food court yang berada 1 lantai di atasnya.
Sambil menenteng plastik untuk Pizza ukuran besar, Nicken berjalan menyusuri mall sambil melihat–lihat jejeran etalase di sebelah kanannya. Namun langkahnya terhenti ketika melihat 2 orang (cowok-cewek) yang baru keluar dari butik.
Nathan dan Sara.
Nathan tidak kalah terkejutnya melihat Nicken sambil mencoba menutupi rasa paniknya. Caught in the act (tertangkap basah), mungkin itu yang ada di dalam otaknya. Nicken berpaling ke Sara yang keliatan tidak merasa bersalah sama sekali. Mungkin panik juga tapi sudah terlanjur ketahuan jadi dia langsung memeluk lengan Nathan sambil senyum ke Nicken.
Dasar nenek sihir!!
“Loh, Cken, sama siapa?” Sara akhirnya menyapa Nicken, tapi Nicken cuekkin dan berbalik pergi.
“CKENN..!!” Teriak Nathan yang ingin mengejarnya. Tapi tangan Sara menahannya.
“No, Nat, let her calm down first." (biar dia tenang dulu.) Nathan hanya terlihat pasrah melihat Nicken pergi dan Sara tersenyum puas.
To be continued....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Shan
kokean peran jdi bingung..
trus ndadak ngango bhasa inggris.
2020-10-28
2
Popon Tika
thor mf klo bs jgn ada tulisan bhs inggrisnya dong baca jdi g gmn gitu,,,
2020-10-28
1