PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Nicken kembali membaca secarik kertas di tangannya. Surat kontrak untuk masa percobaan balapan di sirkuit yang harus ditanda-tangani olehnya. Sudah 3 hari tapi sampai sekarang dia belum tahu harus tanda tangan atau tidak. Diapun menghela nafas.

Nicken tidak tahu dapat garis keturunan pembalap darimana, karena yang dia ingat, Nicky jadi pembalap karena emang dia suka balap dan modal nekat saja tentunya, bukan karena harus melestarikan warisan nenek moyang (tidak dari Ayah atau Bundanya) yang emang pembalap. Nicken juga suka kebut-kebutan di jalan karena emang dia suka bukan karena berbakat.

Kalau Vicky dan Nico emang jelas, mereka pemain basket berbakat yang diturunin dari kakek Nicken dari Bundanya dan kakek buyut Vicky dari Papanya yang emang bintangnya lapangan basket di eranya masing-masing.

Balik lagi ke soal balap. Nicken masih belum bisa membayangkan kalau dia mesti balapan melawan para pembalap berbakat di sirkuit kaya yang Nicky lakukan. Apa iya dia sanggup? Apa iya dia masih bisa mèngeluarkan modalnya yang utama yaitu kenekatan? Kalau Nicky tanpa nekat dia emang pasti berbakat. Lah dia? Apa yang bisa diandalkan kalau stok kenekatannya abis?

Sebenarnya Reno tidak menyuruh Nicken melakukan sesuatu yang bisa bikin hidup Nicken ribet. Dia cuma harus tanda tangan di surat kontrak yang sudah bermaterai itu saja. That’s it! Tidak ribetkan? Tapi Nicken emang mau bikin semuanya keliatan susah, soalnya menurut dia ini keputusan besar yang harus dipikirin matang-matang biar ntar tidak menyesal. Nicky saja sampai gemas banget melihatnya.

Besok saja deh gue putuskan, kali saja ntar malam gue dapat pencerahan, kata Nicken dalam hati sambil masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu balkon dan untuk terakhir kalinya dia menghela nafas.

...***...

“Lo serius dia diajak gabung sama kak Reno?” Tanya Ryan takjub.

“Yup, enggak menyangka kan lo? Biarpun sampai sekarang dia belum memutuskan sih.”

“Adik lo cuma perlu meyakinkan dirinya sendiri,” Sahut Aril tanpa berpaling dari laptopnya. “Dan gue tahu siapa yang bisa bantu dia.”

“Siapa, Ril?”

Bunyi bel istirahat jadi berkah banget buat Nicken. Pelajaran pertama yaitu matematika sama sekali tidak menghilangkan rasa kantuknya. Gurunya yang terkenal killer dia cuekkin saking tidak konsennya karena matanya tidak bisa diajak kompromi. Nicken menaruh kepalanya di meja. Lumayan 20 menit bisa tidur.

“Lo kenapa, Cken?” Tanya Ivan waktu lihat Nicken setengah sadar dengan posisi kepala di meja. Ivanpun duduk di bangkunya.

“Gue diajak balapan di sirkuit."

“Gue serius, jangan bercanda dong.”

“Et dah, siapa yang bercanda sih, Van? Gue serius. Tapi gue belum tahu harus gimana?”

Ivan terdiam sesaat. “Gue tanya sekarang, apa yang bikin lo berat buat mutusin?”

“Gue enggak yakin bisa..”

“Itu mungkin cuma pikiran lo saja kali..” Ivan langsung memotong omongan Nicken seenaknya. “Bisa saja lo juga punya bakat kaya Nicky. Lo itu cuma perlu diasah lagi saja dan setelah itu lo bisa menarik kata-kata lo kalau lo enggak yakin, lo pasti bisa jadi pembalap hebat kaya Nicky. Dan terakhir, lo enggak akan tahu lo bisa apa enggak sebelum lo berani mengambil keputusan buat menerima tawaran itu.”

Nicken keliatan bengong mendengarkan Ivan yang ngomong panjang lebar kaya gitu. Dia pun menghela nafas lalu mengangkat kepalanya dari meja dan menatap Ivan.

“Tapi.. Enggak sesimple yang ada di otak lo.”

“Lo sendiri yang membuat hal simple jadi enggak simple. Lo cuma takut.”

Nicken berpaling dari mata Ivan yang kayanya sudah bisa baca apa yang sebenarnya dia pikirkan.

“Lo jangan ge-er, Nascar enggak mungkin langsung minta lo balapan di sirkuit setelah lo tanda tangan, pasti lo didiklat intensive sampai mereka yakin lo siap. Jadi sambil jalan saja lo meyakinkan diri lo.”

Nicken terdiam. Omongan Ivan semua ada benarnya. Dia cuma merasa khawatir atau takut lebih tepatnya dan itu mengalahkan rasa excitednya buat balapan di sirkuit beneran dan legal kaya Nicky. Tapi tetap saja, dia belum tahu harus memutuskan apa.

“Menurut gue..” Ivan meletakkan tangannya di bahu Nicken, “Ambil kesempatan itu, karena enggak semua orang bisa seberuntung lo.”

Nicken terdiam lalu perlahan tersenyum, “I think you’re right and I know what to do." (Kayanya lo benar dan gue tahu harus apa.)

Nicken mengeluarkan kertas kontraknya lalu menandatanganinya. Ivan pun tersenyum sambil bersorak dalam hati.

“Gimana?” Tanya Aca yang sejak tadi penasaran sama hasil kerja Ivan.

“Ivan bisa memastikan kalau Cken.. dia sudah tanda tangan!!” Sorak Nicky girang yang disambut teriakan yang lainnya kecuali Vicky. Dia cuma bisa senyum sambil menggelengkan kepalanya.

“Kalau sampai Ade tahu itu kerjaan lo, dia pasti enggak terima.”

“Adik lo itu harus digituin dulu, Kak.” Bela Nicky buat dirinya sendiri yang keliatan banget menyiratkan kalau dia melakukan itu buat kebaikan Nicken.

“Adik lo berbakat tanpa dia sadari, Vick, dan bakal sayang banget kalau enggak diasah.” Tambah Ryan yang juga seorang pembalap dari Cherokee Bandung (biarpun dia pindah tinggal di Jakarta), mendukung apa yang dilakukan Nicky.

“There’s nothing to worry, (enggak perlu khawatir) Bro. Apa yang kita lakukan ini enggak salah kok.” Sahut Aril. “Cken cuma perlu meyakinkan dirinya sendiri kalau dia emang punya bakat.”

Vicky masih keliatan banget khawatir tapi Nicky merangkulnya, “Semua bakal baik-baik saja Kak, gue bisa pastikan itu.”

To be continued......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!