JOGJAKARTA.
Satria memarkirkan mobil balapnya di dalam bengkel Firelli (salah satu sirkuit terbesar di Jogjakarta, tempat dia bertaruh nyawa dengan mobilnya) di samping mobil balap milik Dude yang sedang di cek beberapa mekanik. Sudah tiga hari Satria “menumpang” di apartemen Dude tapi tidak pernah tahu dia berangkat ke kantornya jam berapa. Pokoknya dia bangun tidur mau siap-siap sekolah, Dude sudah tidak ada.
Satria turun dari mobilnya dan membuka kap mesin mobilnya. Siang itu dia langsung dari sekolah, makanya Satria masih memakai seragam sekolah yang dia tutupi dengan jaket keren warna hitam dengan 2 garis warna hijau memanjang dari pundak sampai ujung pergelangan tangannya. Ada tulisan Firelli di belakangnya dan juga namanya di dada sebelah kanan. Beberapa mekanik yang memang ditugaskan khusus menangani mobilnya pun menghampiri.
“Something’s wrong?" (Ada masalah?) Tanya mekanik pertama yang lebih tua dan paling ahli.
“Kayanya tarikan gasnya enggak enak, Kak, enggak kaya biasanya.” Jelas Satria.
“Ya sudah, lo tenang saja, kalau sudah beres, gue kabarin.” Kata mekanik pertama tadi.
“Thanks ya, Kak.” Satria lalu berlalu dari bengkel menuju basecamp atau kantornya Firelli yang terletak di atas bengkel dan di samping tribun.
Sirkuit hari ini tidak keliatan ramai. Hanya ada beberapa pembalap dengan mobil balapnya masing-masing sedang saling salip-menyalip di sirkuit. Dan beberapa mekanik berseragam Firelli berdiri di pinggir sirkuit sambil sesekali menatap mobil-mobil itu dan berpindah ke laptop kecil yang dipegang salah satu mekanik lalu terlihat mendiskusikan sesuatu.
Kalau mau membayangkan gimana bentuk sirkuitnya, sama kaya sirkuit di film Herbie (pernah nonton?). Tapi di sini (Firelli) ada 1 sirkuit lagi yang letaknya agak ke dalam dan tidak keliatan dari luar karena tertutup sama rimbunnya pohon akasia, beringin dan pohon-pohon lainnya yang besar banget. Sengaja. Dude menyembunyikan sirkuit itu karena memang tidak diperuntukkan untuk umum. Jadi kalau orang yang belum tahu, cuma bisa bertanya dalam hati, itu track kemana? Sambil memperhatikan track yang keluar dari track biasa menuju rimbunnya “pagar” tanaman.
Padahal sirkuitnya keren banget. Hasil dari imajinasi Dude yang terinspirasi dari film The Fast and The Furious “Tokyo Drift” (pernah nonton??), dengan memanfaatkan bukit dan hutan di sekitar sirkuit pertama lalu digabung sama ilmu arsitektur yang dia dapet dulu sewaktu kuliah, jadilah Driftway circuit hasil karya Dude.
Satria membuka pintu lobby dan hawa sejuk dari AC langsung kerasa dikulitnya. Di ruangan berbentuk kotak yang lumayan besar ini diterangi langsung sinar matahari (karena separuh dindingnya sengaja menggunakan kaca, mirip akuariumlah).
Ada meja security (beserta yang punya meja tentunya) di sebelah kiri, di deketnya juga ada 1 set sofa warna putih, dan meja resepsionis sejurus sama pintu masuk dengan 2 orang cewek yang lagi sibuk menerima telepon. Di dinding belakangnya ada tulisan FIRELLI besar banget dengan warna hitam dan list hijau disekelilingnya, sangat kontras dengan warna cat dinding yang putih bersih.
Setelah menyapa si bapak security, Satria berjalan lurus menuju sebuah koridor panjang setelah melewati meja resepsonis. Pintu sebelah kanan adalah ruang rapat dan di depannya adalah pintu ruangan Dude, yang di dekatnya ada sebuah meja milik asisten pribadi Dude.
Kalau tadi dari pintu masuk lobby belok ke kanan, di sana juga ada koridor lain yang di kanan–kirinya ada beberapa pintu ruangan para staf dan agak ke dalam lagi ada pantry, gudang sama toilet.
Satria mengetuk pintu ruangan Dude lalu membukanya setelah menyapa Cindy, asisten pribadi Dude yang terlihat sibuk dengan laptopnya. Dia melihat Dude sedang memegang kedua sisi di kepalanya sambil menatap berkas-berkas yang ada di mejanya. Ruangan Dude masih agak lebih besar dari lobby, soalnya dia banyak menerima tamu dari mana-mana, jadi ruangannya paling besar dan dibuat senyaman mungkin.
Selain meja kerja yang posisinya membelakangi pemandangan ke sirkuit dan tribun (karena lagi–lagi dindingnya terbuat dari kaca yang sebagian ditutupi tirai tipis), di sana juga ada 1 set sofa cozy, TV flat 40 inch lengkap dengan Playstation 3 dan DVD playernya lalu kulkas dan radio.
“Hai, Sat, sudah balik, how’s your school?" (Gimana sekolah lo?) Sapa Dude tanpa menengok lagi saking hapalnya.
“Nothing special. So busy, right?" (Biasa saja. Lagi sibuk banget ya?) Satria masuk dan berjalan menghampiri Dude.
“Biasalah.” Satria berdiri di sampingnya sambil membaca berkasnya. “Sudah makan belum?”
“Belum, gue ke sini mau ajakin lo makan.”
“Ya sudah, tapi sebentar lagi ya, gue mesti selesai memeriksa laporan ini.”
“It’s okay.”
“Oh iya.” Dude mengambil sebuah amplop putih dari laci lalu memberikannya ke Satria yang langsung di bukanya dan membacanya sekilas.
“Nascar Jakarta, bulan depan?”
“Yup. Reno minta lo yang turun secara pribadi, 2 minggu lagi di Yakuza.”
Satria tertawa lalu mengambil sekaleng soft drink dari kulkas kecil di sudut ruangan sebelah TV kemudian duduk di sofa sambil menyalakan TV.
“Dari Nascar siapa?”
“Biasa, Nicky.” Jawab Dude singkat sambil mengacak rambutnya yang sudah berantakan dari tadi. “Kalau gue bisa milih, gue mending keliaran di jalan ikut patroli gue, daripada dipusingin sama kaya ginian setiap hari.” Tambahnya.
Satria pun tertawa.
Dude memang pernah bilang, kalau dia tidak tahan bekerja di balik meja kaya yang dia lakukan empat tahun terakhir. Dia lebih seneng ikut patroli bersama pasukannya di jalan. Tapi memang cuma Dude yang dipercaya memegang Firelli sama “Bos” Firelli sebelumnya.
“Kalau bukan lo, siapa lagi yang jago mengurus kantor lo ini.”
“Lo saja.”
Satria menoleh ke Dude yang sedang melihat ke arahnya lalu kembali tertawa. “Ngaco, sudah cepat selesaiin, gue lapar banget.”
Dude pun tertawa lalu kembali menatap berkas–berkasnya. Setelah 15 menit, Dude terlihat menanda-tangani berkas terakhirnya lalu memasukkannya ke dalam beberapa map sambil berdiri.
“C’moon.” Dude bangkit dari kursinya.
Satria mematikan TV lalu mengikuti Dude keluar dari ruangan dan menghampiri Cindy sambil memberikan berkas-berkas yang tadi dia periksa. Setelah meninggalkan beberapa instruksi ke Cindy, dia dan Satria pergi dengan mengendarai mobilnya dan diikuti sebuah mobil patroli.
JAKARTA..
Nicky keluar dari mobil balap putihnya di depan tribun pinggir sirkuit. Teriakan yang memanggil-manggil namanya langsung kedengeran dari arah tribun. Nicky menoleh dan melihat beberapa cewek melambaikan tangan ke arahnya. Nicky hanya membalas mereka dengan senyuman.
Sebenarnya Nicky pembalap baru. Baru mengikuti 7 kejuaraan tapi langsung mendapatkan posisi 3 besar. Karena bakatnya langsung keliatan dan diakui oleh pembalap senior, namanya langsung mencuat kaya roket. Dia pun tenar seketika ditambah muka tampannya juga.
Nicky berjalan menuju basecamp (istilah yang sama kaya kantornya Firelli) yang ada di lantai atas tribun sambil membalas sapaan beberapa pembalap Nascar lain yang sedang mengecek mesin mobil mereka di pinggir sirkuit.
“We talk ‘bout this later, okay?" (Kita omongin lagi nanti ya.) Reno berpaling ke Nicky yang masuk ke ruangannya. “No, no, I’ll call you back, bye." (Enggak, gue yang bakal menghubungi lo.)
Reno menyudahi pembicaraannya di ponselnya lalu memberikan Nicky -yang sudah duduk di hadapannya- sebuah amplop putih. Nicky pun membukanya.
“Selametan ceweknya Mario, bulan depan dan 2 minggu lagi lo turun di Yakuza.” Jelas Reno.
“Pembalap yang ikut kelas berat semua.”
Reno tertawa ketika Nicky membaca daftar nama peserta yang ikut kejuaraan lalu terkejut melihat 1 nama.
“Satria? Lo yakin gue yang diturunin?” Nicky menatap Reno bingung. Ancaman terbesar, pikir Nicky.
“Gue yakin banget dan memang gue sendiri yang minta Dude buat mengutus dia lagi, mempertemukan kalianlah.”
“Gue sudah enggak bakal menang lawan adik lo itu, Kak.” Ujar Nicky pesimis.
Dia tahu banget kalau kemampuan Satria di dunia balap tidak setengah-setengah dan setiap hari selalu ada peningkatan. Jadi dia agak tidak yakin bisa mengejar dia di sirkuit nanti.
“Satria penasaran juga mau membuktikan kehebatan lo yang sekarang, jadi gue yakin banget lo bisa kasih yang terbaik buat gue.”
Nicky tidak bisa berbicara apa-apa lagi kalau “Bos”nya sudah berbicara seperti itu. Reno memang tahu banget kemampuan semua pembalapnya. Jadi di setiap kejuaraan dia tidak akan salah pilih siapa yang bakal diutus. Dan saat ini Nicky yang dipercaya, jadi dia tidak akan mengecewakan Reno. Tekadnya dalam hati.
Reno ini bintangnya sirkuit 5 tahun lalu sebelum dia memutuskan rehat atau pensiun dari balap (setelah 15 tahun berkarir) untuk mengurus Nascarnya sendiri. Keputusannya itu disayangkan oleh banyak pihak dan berpengaruh kemana-mana. Pembalap seangkatannya (termasuk Dude) satu per satu pun memilih untuk pensiun juga karena mereka pikir tidak akan ada lawan yang seimbang lagi.
Biarpun sudah tidak balapan, tapi tetap, keputusan dia masih bisa berpengaruh kemana–mana. He really has power. (Dia benar-benar punya kuasa.) Makanya dia (Nicky) dan Satria sangat menghormati Reno karena mereka kenal balapan dan bisa seperti sekarang ya berkat Reno.
“Jum’at besok ada latihan bareng untuk ke Yakuza, lo harus datang.” Kata Reno menyadarkan Nicky dari lamunannya. “Siapin fisik lo dari sekarang.” Tambahnya lagi.
“Lo enggak usah khawatir, Kak, I’ll do my best." (Gue akan lakukan yang terbaik.) Reno tersenyum dan Nicky lalu pamit pergi.
...***...
Nicky memarkirkan mobilnya di depan garasi di samping taman depan rumahnya. Dia turun dan melihat mobil Vicky terparkir di pinggir jalan depan rumah. Dia mengintip di celah pintu garasi dan melihat mobil Nicken dan motor Nico juga anteng di dalam. Tumben pada di rumah. Nicky lalu masuk ke dalam.
“Ganti, Kak!! Serem banget!!” Nicken berteriak kengerian dan Vicky mengganti channel TVnya.
“Kita masih underage (dibawah umur) suruh nonton film sadis begitu!” Protes Nico yang keliatan sama takutnya kaya Nicken. Vicky tertawa sambil minta maaf ke mereka berdua.
“Kok tumben kalian pada di rumah?”
Mereka menoleh dan melihat Nicky masuk.
“Lo juga tumben pulang cepat?” Tanya Vicky heran. Nicky duduk di sofa sambil memberikan amplop yang dikasih Reno ke Nicken.
“Apaan nih? Bonus ya?” Tanya Nicken penasaran sambil membuka isi amplop dan membacanya bersama Nico dan Vicky yang punya rasa penasaran yang sama.
“So what? (Terus kenapa?)” Tanya Nicken bingung.
“Lihat nama-namanya dong.” Tambah Nicky sambil tersenyum.
“Bla, bla, Ryan, bla, bla, bla, what?? You must be kidding." (Lo pasti bercanda.) Nicken terkejut ketika melihat 1 nama. Nicky sudah tahu kalau adiknya bakal berekspresi kaya gitu.
“Satria, Cken.” Ujar Nico menegaskan Nicken kalau dia tidak salah lihat nama itu.
“Yup, gue bareng Satria minggu besok.”
“Lo bisa lihat dia langsung, De, senangnya.” Vicky mengacak rambut Nicken.
“Gue boleh ikut ya, Kak.” Mohon Nicken dengan nada memelas.
“NO!”
Ada nada kecewa keluar dari mulut Nicken ketika Nicky tidak membolehkan dia ikut. Nico dan Vicky tersenyum, sudah bisa menebak kalau Nicky lagi mengerjai Nicken.
“Waktu itu Nico ikut Vicky tanding basket, hasilnya apa? Dia jadi cinta mati sama basket. Kalau besok gue ijinin lo ikut terus lo jatuh cinta sama balapan gimana?”
“Gue kan cuma mau melihat Satria, bukan balapan lo, kali saja benar, dia yang jatuh cinta sama gue.” Mereka pun tertawa mendengar perkataan Nicken. “Ya, Kak, plissss....”
Nicky tampak berpikir sambil tersenyum lalu mengangguk. “Iya, lo boleh ikut.”
Nicken yang tampak senang banget langsung memeluk Nicky. Vicky dan Nico pun tertawa.
To be continued.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Galuh Jennaira
Mau punya kakak kya kakaknya nicken
2024-02-09
1
APRILDA
hadiiiiir thor. main ke novel aku "sumur henig" ya thor... 😊
2020-12-09
1