MEMEGANG PRINSIP

Hubungan Satria sama Papa memang tidak terlalu harmonis semenjak papa dan mamanya memutuskan untuk bercerai sewaktu Satria masih duduk di bangku kelas 3 SD. Mamanya sekarang sudah menikah lagi dan tinggal di luar negeri karena kabarnya suami barunya adalah seorang bule yang bekerja di kantor pemerintahan Amerika.

Satria enggak punya saudara alias anak tunggal. Mulai saat itulah Satria dibesarkan oleh Eyang (Mama dari papanya) dan juga Bibi (ARTnya) karena papanya lebih senang menghabiskan waktu dengan pekerjaannya. Namun Eyang merasa beruntung karena Satria tumbuh jadi anak yang mandiri dan enggak manja biarpun dia amat sangat dimanja apalagi soal materi.

Papa adalah Presdir, yang punya perusahaan giant yang bergerak dibidang ekspor-impor onderdil mobil modifikasi bertaraf internasional yang letaknya di tengah pusat kota Jogjakarta, namanya Altezza. Karena Satria sering ke kantor papanya dengan Eyang dan melihat banyak spare parts and accessories mobil yang pastinya keren-keren banget, makanya Satria jadi suka otomotif dan kenal sama dunia balap.

(So, jangan salahin Satria kalau sekarang Satria mau jadi pembalap, kata Satria waktu pertama kali papanya tahu kalau dia resmi jadi pembalap).

Yang pasti keluarganya Satria enggak akan pernah mengalami krisis keuangan sampai 7 turunan bahkan 10 turunan itupun kalau perusahaan papanya tidak bangkrut. Tapi untuk saat ini, belum ada tanda-tanda ke arah sana kok, jadi Satria dan ke-7 turunannya masih bisa santai. Tapi untuk Satria, uang bukanlah segalanya, dia lebih memikirkan apa yang membuat dia bahagia dan itu bukan hanya soal uang.

Satria menguap. Sekompi nyamuk akan muat masuk ke dalam mulutnya karena terlalu lebarnya dia menguap. 2 jam menatap pantai dengan suara ombak dan anginnya yang sepoi-sepoi berhasil membuat dia sangat mengantuk. Satria menegakkan badannya dan merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku karena dari Semarang tadi dia belum istirahat dan dia juga masih belum tahu dimana dia tidur malam ini.

Lagi asyiknya memikirkan nasibnya, dia tersadar dan menoleh ketika mendengar suara deru mobil balap yang mendekat. Dia pun tersenyum dan kembali menatap hamparan pantai di depannya yang bercahaya disinari cahaya bulan.

My saviour's coming. (Penyelamat gue datang.)

Sebuah mobil balap mewah berwarna hitam dan biru dengan logo Firelli besar dan nomor 25 di setiap sisinya berhenti di samping mobil Satria. Seorang cowok dengan rambut spike agak berantakan, memakai kaos keluaran distro warna hijau dipadu celana pendek warna putih dan sendal jepit keluar dari mobil lalu menghampiri Satria yang sedang duduk bersandar di atas kap mobilnya.

Enggak jauh di belakang mobilnya, ada sebuah mobil patroli Firelli yang selalu mengawal kemanapun dia pergi juga ikut parkir. Nasib dari bos sirkuit yang harus selalu ada pengawalan walaupun sudah lewat dari jam kerja.

"Hai, Kak." Sapa Satria.

Cowok yang dipanggil "Kak" oleh Satria itu pun duduk di sampingnya. Oh iya, namanya Dude. Cowok ganteng yang selalu berpenampilan santai tapi asyik yang enggak basi ini yang punya sirkuit Firelli yang jadi tempat Satria memulai karir balapnya. Dengan kata lain, cowok ini adalah Bosnya Satria, yang jadi panutan dia juga. Sebenarnya ada 2 orang sih yang Satria kagumi, Reno dan Dude. Berhubung yang muncul Dude duluan, jadi sedikit cerita tentang Dude dulu ya..

Dude sama Satria enggak ada hubungan darah sama sekali. Dari muka saja sama sekali enggak ada mirip-miripnya, biarpun sama-sama ganteng, warna kulit merekapun jauh banget bedanya. Satria berkulit putih dan Dude agak kecoklatan, tipe warna kulit orang tropislah. Tapi kalau orang yang baru melihat mereka lagi berdua, pasti menyangkanya mereka kakak-adik, soalnya mereka dekatnya melebihi saudara sekandung. Dude ngemong Satria kaya adiknya sendiri dan Satriapun sangat menghormati Dude seperti kakaknya sendiri. Selain mereka merasa cocok satu sama lain, mungkin karena nasib jadi anak korban divorce juga yang membuat mereka semakin menyatu.

"Eyang tiba-tiba saja menelepon gue dengan amat sangat panik, katanya lo kabur dari rumah."

"Biasa, Bokap masih saja enggak bisa menerima hobi gue, dia masih menentang keras dan.."

"Dan karena itulah lo cabut dari rumah?"

"Gue cuma mau membuktikan kalau ini hidup gue, jadi gue tahu apa yang terbaik dan gue terima semua resikonya." Ujar Satria mantap.

"Dengan resiko tidur dijalanan?"

"Gue masih sanggup bayar hotel, Kak, biarpun kelas melati."

Dude tertawa. "Jangan bohong, kata Eyang, lo meninggalkan semua harta dari Bokap lo di rumah."

That's right. (Benar sekali.)

Satria enggak punya apa-apa sekarang. Semua fasilitas dari papanya dia tinggal, harta yang dia punya sekarang cuma mobil balap yang berhasil dia beli sendiri dan tabungan dari hasil menang beberapa kejuaraan kemarin dan hari ini. Dan dia yakin itu cukup untuk membiayai hidupnya.

"Tabungan gue cukup bisa diandalkan kok." Hibur Satria untuk dirinya sendiri.

"Sudah, tabungan lo simpan saja buat hal yang lebih penting. C'moon. (Ayo)" Dude turun dari atas kap mobil Satria lalu menatap Satria yang kebingungan sambil tersenyum. "Eyang menitipkan lo ke gue, dan gue janji bakal menjaga lo, jadi untuk sementara, lo bisa tinggal di apartemen gue, gratis."

"Lo serius, Kak?" Tanya Satria (pura-pura) enggak percaya.

"Enggak usah pura-pura, ayo cepetan, gue ngantuk banget." Dude masuk ke mobilnya dan menjalankannya diikuti oleh mobil patrolinya yang juga ikut bergerak. Satria pun terlihat senang lalu masuk ke mobil dan menyusulnya.

To be continue......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!