Saat jam istirahat, Nicken menghampiri Miss Clara yang bersiap meninggalkan kelas dan bertanya kenapa dia harus duduk sama Ivan. Gurunya cuma bisa kasih alasan, kalau mereka (Nicken dan Ivan) bisa menjadi teman baik.
Apa? Teman baik? Teman baik dari Hongkong? Hari pertama saja dia sudah bikin gue kesal, gimana besok-besoknya?
Nicken pun terlihat uring-uringan. Nila dan Aci tidak bisa berbuat banyak selain mencoba menenangkan Nicken.
Nicken berjalan menuju toilet dengan muka yang bisa dibilang enggak ada bagus-bagusnya. Total banget deh dia membuat mukanya "ditekuk-tekuk" saking kesalnya. Sampai semua yang menyapa dia, dicuekin, bahkan Nico kakaknya sendiri. Nico terlihat bingung menatap adiknya yang masuk ke dalam toilet.
"Well, ada yang duduk sama anak baru nih."
Nicken melirik ke arah Sara yang baru memasuki toilet. Nicken enggak menggubrisnya dan tetap merapihkan rambutnya yang melewati bahu yang dibiarkan terurai.
Sara itu rival-nya Nicken. Apa saja yang Nicken milikin, dia pasti berusaha untuk mendapatkannya juga, apalagi soal cowok, dengan kata lain, mereka musuh bebuyutan.
"Gimana rasanya duduk sama anak baru yang katanya ganteng itu?" Suara Sara terdengar dibuat-buat dan itu membuat Nicken merasa mual banget mendengarnya. "Dan gue tahu banget apa reaksi Nathan kalau tahu hal ini." Tambahnya.
Nicken menatap Sara dengan gaya sengak sambil tersenyum sinis lalu keluar dari toilet dan meninggalkan Sara yang kesal karena dicuekin.
"Cken, lo kenapa sih?" Nico menjajari langkah Nicken lalu merangkulnya.
"Gue lagi kesal banget Nick, gue duduk bukan sama Romi lagi, tapi sama anak baru yang gila." Mulut Nicken tampak miring-miring enggak jelas. Efek kekesalan diluar batas.
"Anak baru yang lagi di Gudang itu?" Tanya Nico.
Gudang di sini bukan gudang tempat menyimpan barang-barang yang enggak terpakai ya. Gudang di sini nama sekretariatnya anak Keamanan dan tempatnya anak-anak yang bermasalah sama mereka. Letaknya pun sengaja dibangun terpisah di pojok belakang sekolah, jauh dari peradaban bisingnya anak sekolah, tapi mereka tetap bisa mengawasi seluruh sudut karena mereka punya banyak mata. Yup, mata punggawa-punggawa mereka.
"Dia di Gudang? Sedang apa? Pasti dikerjain anak Keamanan kan? Biar rasa tuh.” Nicken tersenyum penuh kemenangan. Itu pembalasan gue!!
"Yang gue lihat mereka mengobrol akrab, apalagi sama Aca."
"Yahhhh..." Nicken tampak kecewa dan Nico tertawa.
"Sudah ah, jangan marah-marah lagi, temenin gue makan." Mereka lalu menuju kantin.
Nico sengaja memesan banyak makanan di kantin. Ada bakso, batagor, es campur sampai chiki dengan berbagai merk terhidang di meja. Dia hapal banget kalau adiknya lagi kesal, cara yang biasa Nicken lakukan ya makan untuk menetralisir kekesalannya.
Nico sesekali tersenyum melihat Nicken yang makan sambil cemberut dan Nico enggak bisa menahan diri untuk enggak menggoda Nicken.
"Sumpah, Cken, bibir lo ternyata seksi banget."
"Rese lo, Nick. Jangan memperparah keadaan gue deh." Jawab Nicken jutek.
"Beneran, Cken, gue enggak bohong, bibir lo seksi banget kalau lo lagi cemberut gitu.”
Nicken semakin memanyunkan bibirnya sambil menyantap sepiring batagornya dan itu membuat Nico semakin gencar menggoda Nicken. Karena dapat serangan yang bertubi-tubi dari Nico, perlahan Nicken pun tersenyum lalu tertawa dan Nico pun terlihat lega berhasil membuat adiknya tertawa lagi.
"Gitu dong ketawa, sudah deh, enggak pakai bete-betean lagi, males banget melihatnya." Ujar Nico bijak sambil mengacak rambut Nicken.
Nicken pun tersenyum. Namun senyumnya kembali menghilang ketika melihat seorang cowok memasuki kantin dan menghampiri mejanya.
"Cken, can we talk (bisa kita bicara)?" Tanya cowok itu.
“Are you blind? She's eating now. What's so important so that you have to bother her lunch? (Lo buta? Dia lagi makan. Sepenting apa urusan lo sampai-sampai mengganggu makan siangnya)" Sahut Nico ketus.
Cowok itu berpaling ke Nico. "I just wanna talk with her for a moment, and it's not your business (Gue cuma mau ngomong sama dia sebentar dan ini bukan urusan lo)."
Nico terlihat enggak terima banget diperlakukan seperti itu, tapi Nicken menahan Nico untuk enggak melakukan hal-hal yang enggak diinginkan.
"We talk outside (Kita ngomong di luar).” Nicken bangun dari duduknya dan berjalan keluar kantin. Cowok itupun mengikuti di belakangnya.
Cowok itu pacarnya Nicken, hampir 2 bulan ini, yang tadi Sara sebut-sebut di toilet. Yup, Nathan, anak kelas 11 Bio 2 yang punya tinggi badan 172 cm dan berat badan proporsional, rambut model spike.
Cowok yang belum terlalu lancar berbicara Bahasa Indonesia (karena dari kecil dia tinggal di Paris sampai dia pindah ke Jakarta sewaktu masuk kelas 10 SMU) ini punya muka blasteran Manado (Nyokap) sama Perancis (Bokap). Jadi kebayang dong gimana tampannya cowok ini. Itu yang membuat Nicken (pada awalnya) merasa jadi cewek paling beruntung banget bisa mencuri perhatiannya, mengalahkan hampir semua cewek cantik di Canopus yang menaksir Nathan.
Tapi tampangnya yang ganteng itu tidak diimbangi sama sifatnya. Nicken baru tahu sebulan setelah mereka jadian, kalau Nathan itu orangnya cemburuan banget dan over protective. Dia enggak bisa melihat Nicken lagi sama cowok lain, SIAPAPUN, bahkan sama teman-teman kakaknya yang dia kenal dari kecil!! Kan over banget tuh cemburunya.
"I know exactly what you wanna talk to (Aku tahu pasti kamu mau ngomong soal apa).” Kata Nicken to the point, saat mereka sampai di samping kantin yang jarang dilewati anak-anak.
Sebensrnya dia lagi malas ngomong sama Nathan. Sudah seminggu Nicken cuekkin dia karena kesal atas rasa cemburunya yang kadang enggak bisa diterima otak orang normal.
"Really? Well, that's good, so I dont need to tell you what the point is (Masa? Bagus dong, jadi aku enggak perlu kasih tahu kamu intinya apa).”
"It's about a new student in my class, right? (Ini tentang murid baru di kelas akukan?)"
"That's right. So? You like him, don't you? (Benar banget. Jadi? Kamu suka sama diakan?)" Nathan tersenyum tapi Nicken enggak suka!
Here he goes again (Dia mulai lagi).
"Why do we always talk about the same topic that you know exactly my answer? I don't need to explain what I feel about him, the one that I don't even remember his name, yet. (Kenapa kita selalu ngomongin hal yang sama yang kamu tahu jawabannya apa. Aku enggak perlu menjelaskan apa yang aku rasa tentang dia. Cowok yang aku sendiri enggak ingat namanya.)"
Nicken ingin berbalik pergi karena percuma ngomong yang dia sudah hapal banget ujungnya, pasti berantem. Tambah lengkap deh kesialan Nicken kalau itu terjadi. Tapi tangan Nathan menahannya pergi.
“I'm not finish, Honey. (Aku belum selesai, Sayang.)”
Nicken menatap Nathan dengan malas. "You know what? You go too far, Nat. (Kamu tahu enggak, Nat? Kamu keterlaluan.)" Kesabaran Nicken kaya sudah limit banget menghadapi cowok ini.
"What do you mean I go too far? I just wanna protect you from another boy who wants to take you from me 'coz I don't wanna lose you. (Maksud kamu apa aku keterlaluan? Aku cuma enggak mau ada cowok lain yang merebut kamu dari aku, karena aku enggak mau kehilangan kamu.)”
“That's rubbish. (Omong kosong.)”
"I meant it, Cken, I love you. (Aku serius, Cken. Aku sayang kamu.)”
“If you love me, why are you doing this to me?! (Kalau kamu sayang sama aku, kenapa kamu lakukan ini?)”
“Do what? (Melakukan apa?)"
Do what, he said? (Melakukan apa dia bilang?) Dia enggak sadar atas apa yang sudah dia lakukan ke gue?? Nicken tersenyum sinis lalu menepis tangan Nathan yang ada di lengannya.
"Just grow up. (Bersikaplah dewasa.)” Nicken berbalik pergi tanpa menghiraukan Nathan yang mengejarnya.
Namun di depan kantin, Nicken yang setengah berlari menabrak Aril-anak Keamanan inti juga- yang sedang berjalan bersama Nicky yang ingin masuk ke kantin.
Damn! Badannya keras banget.
Nicken memijat bahunya karena sakit lalu menatap Aril dengan jutek. Nathan pun terlihat berhenti tidak jauh di belakang Nicken. Nicky pun sempat melihat ke arahnya.
"Enggak minta maaf?" Kata Aril sambil menatap Nicken.
"Gue minta maaf, Kak." Jawab Nicken singkat tidak ada sopan-sopannya.
Soalnya anak kelas 10 atau 11 harus menyebut 'saya' ke semua kakak kelasnya pada saat-saat tertentu kaya sekarang. Tangan Aril langsung menangkap lengan Nicken ketika dia ingin pergi.
"Enggak sopan banget adik lo, Ky.”
Nicky menatap Nicken dengan bingung. Tumben banget nih anak kaya gini? Pasti gara-gara dia.
Nicky lalu berpaling ke Nathan yang hanya bisa terdiam. Beberapa anak yang ingin ke kantin pun berhenti melihat insiden itu. Nicky lalu menepuk pundak Aril.
"Sudahlah Ril, dia enggak sengaja." Bela Nicky. Tumben banget dia mau belain adikya.
"Enggak bisa, enak saja, sudah menabrak gue, enggak sopan lagi.”
Nicken hanya bisa tertunduk dan pasrah, karena kalau sudah seperti ini, alamat dapat kartu Punishment dari Keamanan.
"Ke lapangan." Tambah Aril.
"Tapi, Ril, hujan, lo enggak lihat?" Nicky tetap usaha menghindarkan hukuman Aril ke Nicken.
"Gue enggak mau tahu, dan lo.." Aril kembali ke Nicken yang masih tertunduk. "Tunggu apa lagi? Ke lapangan!" Aril setengah berteriak.
Nicken akhirnya berlari menuju lapangan daripada Aril merubah hukumannya menjadi hukuman yang lebih sadis.
Aril pun masuk ke kantin dan Nicky hanya bisa menatapnya, karena dia tidak punya power apa-apa kalau anak Keamanan lain sudah kasih hukuman ke korbannya. Nathan ingin pergi dan Nicky menyadari lalu menahan dan menghampirinya.
"I know my sister behave like that is because of you. (Gue tahu adik gue bersikap kaya tadi gara-gara lo.)”
"But I did noth.. (Tapi saya enggak..)"
"Don't argue with me. (Jangan berdebat sama gue.)"
Nathan pun terdiam.
"Now listen to me, and listen carefully.. (Sekarang dengar gue, dan dengar baik-baik..)" Nicky mencengkeram kerah baju seragam Nathan. "I'll never let you go if you hurt my sister. Do you get that? (Gue enggak akan melepaskan lo kalau sampai lo menyakiti adik gue. Paham?)"
Nathan mengangguk dan Nicky melepaskan tangannya lalu masuk ke kantin. Nathan pun berlalu.
Nicky duduk di samping Nico di hadapan Aril yang sedang meminum cola langsung dari botolnya. Diapun tersenyum sambil menggelengkan kepalanya perlahan.
"Kenapa? Lo enggak terima adik kesayangan lo gue hukum?"
"Jadi beneran Cken lo hukum, Kak?" Tanya Nico agak takjub.
"Banyak anak-anak tadi. Gue enggak mau mereka punya pikiran kalau kita pilih kasih karena Cken adik lo."
"It's ok, Ril. Tenang saja."
"Tapi ntar dia pilek kalau hujan-hujanan." Sahut Nico lagi. Khawatir.
"5 menit." Kata Aril singkat lalu menghabiskan colanya.
To be continued.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
ig: monalisa_n28
Hai thor aku udah mampir nih dan kasih like 5 jangan lupa mampir di karya aku yah “istri seksi milik pengacara tampan” Terimakasih
2020-09-14
1