Kesempatan Kedua
"Aku ngga bisa," tolak Edna pelan. Lorong kelas yang cukup sepi jadi membuat suara pelannya bergaung cukup jelas terdengar.
"Kenapa?" kaget Eriel. Seumur umur baru kali ini dia ditolak perempuan. Padahal inilah perempuan yang sudah membuat hatinya selalu bergetar. Tatapan matanya ngga bisa teralihkan jika sudah membidiknya dan Eriel selalu menghabiskan hari harinya dengan perasaan ngga tenang karena selalu merindu cewe itu.
Tapi sekarang dia ditolak? Damn it!! maki Eriel gusar dalam hati. Raut wajahnya menunjukkan kemarahan yang amat sangat.
"Aku ngga suka laki laki yang suka tebar pesona dimana mana."
GLEK.
Apa dia bilang? Mata Eriel menatap horor. Ngga terima dengan ungkapan jujur Edna.
Cewe ini memang harus dienyahkan agar ngga mengganggu hari harinya lagj.
"Kamu jangan ge er, ya, karena aku bilang suka sama kamu." Emosi Eriel langsung meledak.
"Ya udah. Kenapa kamu marah." Edna pun melangkahkan kakinya pergi meninggal Eriel yang hanya bisa menghentakkan kakinya dengan penuh amarah. Harga dirinya seakan diinjak cewe yang seharusnya ngga dia jatuhkan hatinya yang sangat sangat berharga ini.
Sialan! Awas aja nanti! batin Eriel mengancam marah.
BUGH
Dengan sekuat tenaga Eriel menonjok tembok di sampingnya sampai mengeluarkan bunyi yang cukup keras.
Edna sempat menoleh saat mendengarnya, tapi kemudian mempercepat langkahnya pergi meninggalkan lorong sepi dan Eriel yang juga sudah pergi dengan arah yang berlawanan dengannya.
*
*
*
"Tanganmu kenapa?" tanya Fazza heran melihat buku buku jari Eriel yang kemerahan
"Hemm....." dengusnya tanpa mau menjelaskan.
"Diobatin dulu di uks. Malah ke kantin," komen Nathan sambil menarik gelasnya dan mulai menyeruput minumannya.
"Dikasih es batu aja." Jeff berinisiatif mengambil es batu di dalam gelasnya pake sendok. Kemudian langsung mendekatkan pada buku buku jari yang memerah itu.
Ugh... Rasanya senut senut banget.
Ini bukan ngobatin. Tapi nyiksa.
"Sakit, bule bego!" umpat Eriel marah, dibalas tawa Jeff. Begitu juga Nathan dan Fazza.
Jarang jarang bisa mengetawai kesialan Eriel. Biasanya malah mereka yang suka diketawain sama Eriel.
"Jadinya ulang tahunmu di hotel yang mana, Faz?" tanya Nathan setelah puas tertawa.
"Di hotel yang baru aja selesai dibangun. Kata papi sekalian promosi," tawa Fazza lagi. Papinya ngga pernah melewatkan kesempatan emas.
Nathan dan Jeff pun tergelak. Eriel terdiam. Sedang memikirkan rencana balas dendamnya karena sudah ditolak Edna.
"Fanny nanti diundang, Faz? Gebetan barunya Eriel," singgung Jeff sambil melirik Eriel yang masih terdiam.
Tumben. Biasanya paling cerewet.
"Pastlah. Ya, Riel," usik Fazza dengan cengiran di bibirnya.
"Terserah kalian aja," sahut Eriel ngga peduli. Sekarang otaknya lagi mikir, gimana cara agar rencananya untuk mengerjai Edna berhasil tanpa dia harus jadi tersangka.
"Kamu serius, Riel sama Fani?" tanya Nathan kepo. Sudah cukup jadi viral di med sos, ketika Eriel memberikan buket bunga pada Fanny ketika cewe itu berhasil menang di kontes model di hotel milik keluarganya.
Apalagi Fanny mencium pipi kanan Eriel. Gosip pun tambah heboh.
"Biasa aja." Aneh dan bego dia. Dengan cewe cewe yang suka berat padanya malah dia mainkan. Tapi Edna yang dia taksir, malah menolaknya dengan gampangnya.
Dunia memang susah gila.
"Eriel mana pernah serius," sindir Fazza. Dia kurang suka dengan kelakuan Eriel. Kalo ngga suka, ya sudah, tinggalkan. Ini malah dimainkan kemudian dibuat patah hati. Senang kali dengan cap playboy yang disematkan padanya.
"Aku setuju," tandas Nathan. Di antara mereka berempat, hanya Eriel yang suka bergonta ganti pacar.
"Kalo.ngga gitu, otak si Eriel bisa beku," kekeh Jeff. Nathan dan Fazza juga tergelak. Eriel hanya menampilkan seringai sinisnya.
*
*
*
"Undangan dari Fazza," seru Letty sambil membagikan setumpuk undangan yang dibawanya saat memasuki kelas.
"Harus datang. Ini hotel bintang lima yang baru aja diresmikan Pak Menteri," lanjut Letty lagi, penuh semangat memberikan infonya tergres yang didapatnya dari papinya
"Aku juga diundang?" gumam Edna ngga percaya diri. Dia bisa masuk sekolah elit ini karena peruntungan otak encernya. Edna mendapatkan beasiswa penuh, termasuk uang jajannya tiap bulan.
Bukan hanya Edna saja, ada beberapa siswa yang lainnya juga yang nasibnya seberuntung Edna.
"Pastilah. Satu angkatan diundang semua," tandas Luna yang duduk sebangku dengan Edna.
Edna menimang nimang undangan itu. Ini undangan kesekian kalinya yang dia dapatkan.
"Harus datang loh, Edna. Kalo engga, kamu diblacklist loh," ancam Letty yang ternyata masih berada di sampingnya. Setengah becanda setengah serius.
"Ya."
"Tenang aja, nanti aku jemput." Luna tersenyum hangat.
"Makasih." Edna bersyukur, teman temannya ngga ada yang menghinanya karena dia miskin. Malah kalo menurutnya, mereka semua baik baik dan bersikap biasa aja dengan kemiskinannya.
Edna teringat lagi akan kelakuan ngga terduga Eriel. Kebetulan mereka sekelas.
Memang agak mengejutkan karena tadi pagi Eriel tiba tiba saja mengajaknya pacaran. Apa Eriel ngga lihat perbedaan yang menyolok di antara mereka berdua?
Bukan Edna ngga suka. Dia suka. Cowo tampan yang tengil itu juga otaknya encer. Dia juga baik dan ngga sombong. Mungkin karena itu pacarnya banyak.
Tapi itu yang justru buat Edna ngga suka dari Eriel.
Baru baru ini juga teman mereka yang jadi model dari kelas sebelah kedapatan mencium pipi Eriel. Sempat direkam dan diviralkan oleh model itu sendiri. Dari video itu terlihat Eriel senang senang saja mendapat ciuman itu.
Masih hangat, dua hari yang lalu. Dan di hari ketiga Eriel malah mengajak dia pacaran.
Cowo itu pasti hanya iseng saja. Ngga mungkinlah serius. Bisa juga sekedar prank. Kalo dia terima, maka cowo itu akan mengejeknya abis abisan, karena sudah ngga tau diri berani menyukainya.
Bisa aja cowo tengil itu nantinya akan membelikannya kaca agar memudahkannya untuk bercermin, melihat jurang perbedaan di antara mereka. Memikir sampai ke sana saja sudah membuat Edna merinding.
Apa ngga lagi oleng tuh orang.
Edna masih menggeleng gelengkan kepalanya. Lagi pula Edna belum mau pacaran. Dia mau sekolah yang benar mumpung dapat kesempatan gratis begini.
Dia ngga mau menyusahkan mamanya yang sehari harinya hanya mendapat uang sebagai upah menjahit. Edna tau kalo mamanya kurang tidur karena menyelesaikan banyak pesanan jahitan. Tapi Edna beruntung, karena pakaian pakaian jahitan mamanya sangat bagus dan seperti dilakukan oleh penjahit profesional.
Mamanya pun selalu menjahitkan untuknya dress yang ngga kalah indah dengan pakaian bermerk yang dikenakan teman temannya. Mungkin hanya bahannya saja yang jauh berbeda. Susah jelas karena harganya pasti akan kebanting banget. Tapi mamanya tetap bisa mencarikan untuknya bahan yang lembut dan nyaman dengan harga yang terjangkau. Dan Edna pun ngga merasa malu memakainya sangat berjalan bersama teman temannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
3sna
cewe kok sebutannya enakan gadis thor,,ngga jg tdk pas untuk kalimatnya mending tidak..
2024-07-11
0
Anonymous
ok
2024-06-07
1
sansan
nathan sama zoya udah selesai baca... langsung mlipir kesini
2024-05-15
4