Fazza menggelengkan kepala dengan kesal melihat dua manusia yang ngga tau malu itu sedang berci uman di depan meja bar. Memang bukan dua manusia itu aja, tapi juga banyak yang lainnya. Rata rata mereka melakukan hal yang sama. Bahkan banyak yang lebih gila dari itu. Dulu Faza pernah melihat yang M L saat ke club bersama sahabat sahabatnya.
Fazza ngga akan mempermasalahkan kelakuan Eriel jika dia ngga melihat video Eriel di malam pesta ulang tahunnya.
"Ehem.....". Sengaja Fazza menepuk pundak Eriel dengan cukup keras.
Eriel melepaskan ci umannya saat merasakan tepukan Fazza.
Matanya menatap Fanny dengan bingung. Keadaannya yang hampir mabok berat membuat pandangan kabur.
Mengapa Fanny? Mana Edna?
"Sorry, Fanny. Aku harus bawa Eriel pulang."
Fanny hanya bisa menganggukkan kepala dengan rikuh. Kepergok Fazza membuat Fanny segan. Karena aura Fazza beda dari Nathan maupun Jef.
"I-iya."
"Faz, mana Edna?" Eriel sampai menoleh ke kanan dan ke kiri seakan sudah kehilangan Edna.
Fanny menatap Eriel kesal. Dia akan mencari siapa gadis yang namanya selalu disebut Eriel. Dia ngga terima. Kalo saja Fazza ngga datang, rencananya untuk mendapatkan Eriel pasti akan berhasil.
Fazza menggelengkan kepalanya. Saking kesalnya dia pun menyeret Eriel yang masih mengucek matanya. Sambil sesekali dia meracau dalam maboknya menyebut nama Edna.
*
*
*
Eriel merasa kepalanya pusing saat terbangun dari tidurnya. Dia memijat kepalanya sambil duduk di atas tempat tidur yang dia yakin bukan kamarnya.
Rasanya tadi dia sedang minum di club. Tapi kenapa sekarang ada di sini? Dia menatap jam di tangannya. Setengah dua belas.
"Sudah bangun?"
Eriel menatap Fazza yang sudah berdiri di depannya sambil melipat kedua tangannya di dadanya.
"Kenapa aku di sini?"
"Oh, jadi maunya di sana sama Fanny?" sarkas Fazza sambil menyalakan laptopnya.
"Sembarangan," kesal Eriel. Tapi matanya jadi melotot saat melihat tampilan pada layar laptop Fazza.
Jantungnya berdebar keras. Dia menatap Fazza kemudian menatap lagi rekaman tujuh tahun yang lalu.
Hatinya langsung kecut. Faza sudah tau.
"Apa yang kamu lakukan sama Edna? Kenapa dia terlihat kacau Apa karena itu dia pindah dan langsung hilang gitu aja?!" berondong Fazza menahan geram.
Fazza baru ingat soal Edna, gadis penerima beasiswa yang sempat ngga ada kabar di saat saat akhir kelulusan mereka.
Yang Fazza heran, kenapa Eriel harus mengganggu gadis yang kelakuannya ngga aneh aneh.
Eriel ngga menjawab. Dia sudah ngga bisa ngeles.
"Aku kecewa dengan kelakuanmu, Riel. Bisa bisanya kamu merusak cewe baik baik."
Eriel makin ngga bisa membantah. Jantungnya seperti diperas mendengar kata kata Fazza.
Seharusnya dia sadar. Bahkan Edna pun sudah mencampakkannya. Gadis itu sudah bahagia, bahkan sudah punya anak. Sementara.dia yang jadi orang bodoh yang selalu menyesali kesalahannya selama bertahun tahun. Juga yang selalu merindu gadis itu.
Fazza menghela nafas kasar. Tangannya yang terkepal pun dipukulkannya ke tembok kamarnya untuk menyalurkan kemarahannya.
BUUGHH
Eriel terdongak. Dia tau Fazza masih ngga tega memukulnya. Dia pun mengacak acak rambutnya dengan perasaan stres dan frustasi.
"Aku menyesal. Aku selalu mencarinya, tapi dia menghilang tanpa jejak. Sampai kemaren aku melihatnya. Aku mau bersikap gentle, mengakui perbuatan pengecutku. Tapi sudah ngga ada gunanya lagi. Edna sudah menikah," ungkap Eriel dengan suara bergetar.
"Menikah?"
"Bahkan udah punya anak. Kembar lagi."
Fazza menatap Eriel serius. Dia ingat pengakuan Kaysar dulu.
"Waktu ngelakuinnya, kamu pake pengaman?"
"Maksudnya kaos?" Eriel nampak bingung, mungkin karena efek maboknya masih terasa.
"Ya."
"Enggak," sahutnya sambil menggelengkan kepalanya. Saat itu dia mana sempat memikirkan hal remeh seperti itu. Fokusnya hanya ingin mengerjai gadis itu saja, tapi dia kebablasan.
Rasanya Fazza ingin mengetok kepala Eriel dengan martil.
"Kamu ngga kepikiran kalo anak kembar itu anakmu?"
Eriel tertegun. Jantungnya berdebar keras. Tangannya reflek menutup mulutnya yang ternganga.
Kenapa ngga terpikir hal itu sama sekali. Kalo memang itu anaknya, maka fuzzle yang hilamg tentang alasan menghilangnya Edna terjawab.
Gadis itu hamil! Karena itu dia pergi!
Bodoh! Kenapa pikirannya ngga sampai ke sana!!
BUUGHH
BUUGHH
Eriel meninju dinding apartemen Faza dengan sangat kuat.
Jadi itu anak anaknya?
Darah dagingnya?
Terbayang lagi wajah keduanya. Eriel masih mengingat namanya. Shaka dan Shakti.
Fazza ngga mempedulikan Eriel yang tampak shock. Dia merasa aneh, kenapa Edna ngga marah waktu ketemu Eriel?
Apa dia sudah memaafkan laki laki brengsek ini?
Masa?
Ngga mungkinlah.
"Mengapa Edna kelihatan santai ketika bertemu kamu?"
"Dia ngga tau."
"Apa?" Fazza merasa pendengarannya jadi tuli.
"Aku membiusnya dan..... dan memberikannya.....obat......."
"Per @gs@ng?"
Saat Eriel menganggukkan kepalanya, Fazza sudah ngga bisa menahan kesabarannya lagi. Dia langsung menarik krah kemeja Eriel dan menonjok keras kepalanya sampai Eriel merasa terpuntir.
BUGH
Fazza pun membanting Eriel dengan tubuh gemetar. Baru kali ini dia memukul orang. Dan Orang pertama yang dia pukul adalah sahabatnya sendiri.
"Kamu sudah keterlaluan!" marah Fazza ngga terbendung. Kakinya terangkat, mau menendang tubuh Eriel yang sudah tergeletak lemah di atas tempat tidurnya. Tapi tertahan karena melihat Eriel meneteskan air mata
Si brengsek ini bisa menangis? Fazza terhenyak melihatnya.
Fazza menghembuskan nafasnya panjang panjang agar kemarahannya cepat mereda.
Dia sekarang terduduk di lantai bersandarkan tempat tidurnya. Dia pun menggusar rambutnya. Ikut pusing memikirkan apa yang sudah terjadi pada Eriel.
"Kenapa kamu ngga cerita sejak dulu. Kita bisa cari Edna, kan."
Eriel ngga menjawab. Dia terlalu pengecut untuk mengakuinya saat itu.
Kalo memang anak anak kembar itu putranya, kasian sekali mereka. Dia sudah melalaikan tanggungjawabnya.
"Kalo saat itu kamu tau Edna hamil, apa yang akan kamu lakukan? Kita masih kelas dua belas," tanya Fazza sambil menatap jauh ke luar jendela apartemennya.
Eriel ngga bisa menjawab. Dia takut berandai andai. Lagi pula pikirannya pendek.
Tapi kalo bocil kembar itu anak anak mereka, dia merasa beruntung karena Edna mau melahirkannya. Padahal dia ngga tau siapa laki laki yang harus bertanggungjawab.
Fazza ngga butuh jawaban Eriel, tapi ada satu lagi pertanyaan yang dia juga ngga butuh jawabannya. Tapi akan membuat Eriel down.
"Kalo Edna tau kalo laki laki brengsek yang sudah menodainya itu kamu, apa dia mau memafkan kamu?"
Air mata Eriel mengalir lagi
"Belum lagi kalo om dan tante tau. Opa dan oma kamu. Aaargg....! Kenapa aku yang jadi pusing gara gara kelakuan amoral kamu," gerutu Fazza di akhir pertanyaannya.
Tapi mungkin orang tua dan opa oma Eriel hanya marah sebentar. Bukannya mereka sudah lama maksa Eriel nikah karena pengen punya keturunan dari Eriel.
Malah mereka dapat jacpot karena Eriel ngasih anak kembar.
*
*
*
Pagi ini terpaksa Fazza menemani Eriel memantau rumah Sandra. Mereka ingin tau dimana sekolah anak kembar yang kemungkinan besar anak Eriel.
Ngga lama pintu gerbang pun terbuka. Eriel langsung menghdupkan mesin mobil untuk membuntuti mobil yang dilihatnya kemarin memasuki gerbang rumah Sandra.
"Kamu yakin itu mobilnya?" Fazza mengawasi mobil di depan mereka.
"Yakin."
Jantung Eriel berdebar ngga menentu. Dia akan tau dimana sekolah anak anaknya berada
Dunia memang aneh. Bukan Nathan duluan yang punya anak. Tapi dirinya duluan, padahal dia belum nikah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Itha Fitra
wah,masa dpn shakti & shaka alamat jls nih.kturunan Daddy eriel kan sultan
2024-07-10
0
erinatan
makanya jadi laki2 yg gentle jgn mau enaknya doank...
2024-05-01
3
Diah Anggraini
ngakak bacanya..
eriel yang bikin maslah Fazza yang pusing mikirin nya..
haaaa
2024-03-21
1