Eriel merasa waktu berjalan sangat lambat. Dia ingin cepat kembali ke sekolah. Hal di luar kebiasaannya.
"Ngelamun melulu." Kaysar duduk di sampingnya sambil membawa ikan yang sudah dibakar Opa Alva dan Opa Glen ke dekat Eriel.
Tangannya pun ngga berhenti mencoel ikan hasil pancingannya. Bumbu ikan bakar yang dioles oleh kedua opanya itu sangat lezat. Pasti oma oma mereka yang sudah meramunya menjadi bumbu bakar yang ngga ada duanya.
"Masih lama kita bolos sekolah?"
Kaysar tertegun. Menatap Eriel bingung.
Tangannya yang bersih memegang jidat Eriel yang langsung ditepis kasar.
"Kirain lagi demam. Memang agak hangat, sih," komentar Kaysar masih dengan raut bingung yang nyata di wajahnya.
"Huh," dengus Eriel kesal. Dia pun membaringkan tubuhnya di lantai yacht.
"Kamu kenapa? Beneran sakit?" Baru kali ini Eriel bertingkah ajaib. Biasanya dia yang malah suka menambah skejul liburan mereka.
Eriel ngga menjawab. Pikirannya melayang ke tempat yang jauh.
"Kenapa dia?" tanya Jeff yang mendekat bersama Zayn.
"Ngga tau. Mau kesurupan, 'kali," heran Kaysar makin menjadi.
Ni anak berubah banget. Dari yang super bawel jadi pendiam layaknya orang bisu.
"Jangan jangan dia kepikiran abis e-n@ e-n@ sama Fanny," celutuk Zayn.
Dibilang bukan Fanny, protes Eriel sebel dalam hati.
"Jadi perjaka kamu udah lepas, Riel?" bisik Jeff serius.
"Gimana rasanya?" tanya Fazza yang tau tau sudah ada di dekat mereka.
"Coba Faz, sesekali. Aman, asal pake kaos," hasut Kaysar.
"Hah, perjakamu udah hilang?" Zayn menggeleng gelengkan kepalanya. Bukannya mereka sudah dikasih tau sama orang tua, jangan buru buru ngasih perjaka sama cewe biarpun cantik selangit. Kalo benih mereka jadi janin akan sangat bahaya. Karena masa muda udah pasti berakhir.
Kata papinya jika itu terjadi semua fasilitas mewah akan diambil. Mereka akan dijadikan OB di perusahaan selama setahun.
Jangankan setahun, sedetik saja dia ngga mau.
"Hampir, sih. Tapi waktu make sarung, my dick langsung ciut," tawa Kaysar mengakui kebodohannya. Yang lain pun ngakak. Eriel yang awalnya kesal juga ikut tergelak.
"Ketawa mulu. Nih, sambal," seru Nathan yang sudah datang membawa semangkok besar sambal plus lalapan.
"Dapat sambal sama kemangi dari mana? Emang ada yang jualan di laut?" tanya Jeff becanda. Sambalnya maknyuss banget dilihat dari warna tampilannya.
"Jualan gundulmu," maki Nathan. Jeff tergelak.
"Opa Alva sama Opa Glen mana?" Zayn celingukan karena ngga melihat kedua opa mereka.
"Pindah kapal. Tadi Opa Kiano yang antar sambal sama lalapan sekalian jemput Opa Alva sama Opa Glen," jelas Nathan sambil menaruh semuanya di atas meja.
"Ini sambal buatan Zoya?" goda Kaysar sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Ternyata adinda Zoya selain jenius di sekolah, juga ahli di dapur," ledek Zayn berderai.
"Istri idaman," sambung Fazza.
"Nathan bakalan terjamin kesehatannya," Jeff ngga mau kalah ikut mengetawai Nathan.
Eriel hanya menyeringai. Stok kata kata ejekannya raib karena pikirannya dipenuhi oleh seseorang.
"Sembarangan. Kalian memang menyebalkan," rutuk Nathan jengkel yang malahan tambah membuat tawa sahabat sahabat gilanya semakin menguar keras.
Mereka kini menikmati coelan ikan bersama sambal dan lalapan. Ngga lama berselang Opa Kiano barusan datang membawa nasi. Lengkap sudah makan mewah mereka.
Makan di tengah laut yang ditemani sinar matahari sore dan hembusan angin laut yang menyejukkan, makin menambah selera makan mereka.
"Er, waktu sama Fanny, pake kaos, kan? Serius nanya," cetus Zayn setelah menuntaskan makannya yang nambah nasi dan ikan berkali kali. Kenyang banget.
"Aku ngga sama Fanny. Nuduh terus," bantah Eriel kesal.
"Trus sama siapa?" todong Nathan yang masih ngga bjsa mendiamkan jawa keponya
"Ngga sama siapa siapa!" tandasnnya galak.
"Tumben maen rahasia. Padahal aku udah jujur ngga bisa pake kaos," kesal Kaysar.
"Riel, kasih taunaja tutorial gimana cara pake kaos sama Kaysar," tawa Fazza berderai.
"Mana ada!" kilahnya lagi dengan sangat meyakinkan, tapi hanya dibalas tawa dan cibiran ngga percaya yang lain. Terutama Kaysar.
Aku ngga pake, bodoh, umpat Eriel dalam hati.
*
*
*
Edna sudah mulai bisa menerima apa yang sudah terjadi padanya perlahan lahan. Bekas bekas keunguan bercampur merah makin hari makin memudar.
Edna hanya berusaha tabah saja. Dia ngga mau membuat mamanya tambah sedih walaupun Edna tetap menangis tertahan setiap malam.
Siapa?
Selalu itu yang jadi pertanyaan dalam dirinya.
Hari hari berlalu terasa lama.dan berat baginya.
"Edna, kita dapat hadiah dari Eriel," seru Luna sambil memberikan sebuah paper bag keci.
Edna menerima dengan bingung.
"Satu kelas dikasih semua," tambah Luna lagi.
"Ooh." Saat Edna akan membuka paper bag itu, ternyata dikasih lem hingga sangat rapat.
"Ngga boleh dibuka sekarang. Harus di rumah," lanjut Luna lagi memperingatkan. Karena pesan Eriel memang begitu tadi saat membagikannya pada mereka.
"Kira kira apa isinya, ya? Huu... enak banget ngga sekolah sampai satu minggu." Luna menimang nimang paper bag yang ada di tangannya.
Edna ngga berkomentar apa pun. Dia langsung menyimpannya ke dalam tas tanpa minat untuk tau apa isinya.
Tadi sebelum masuk ke kelas dia sempat berpapasan dengan Eriel. Lengan laki laki itu digayuti Fanny dengan sangat manja. Maklum saja, satu minggu ditinggal pergi.
Edna hanya menundukkan kepalanya saat berpapasan dengan keduanya. Dalam hati mengutuk, ini nih yang bilangnya mau jadi pacarnya.
Dulu mungkin Edna masih bisa menegakkan kepala.saat bertemu teman temannya, tapi setelah kejadian malam itu, Edna sudah ngga punya muka dan harapan lagi. Dia hanya ingin cepat lulus dan menjauh dari teman temannya.
Apalagi dia yakin, salah satu dari mereka adalah tersangkanya.
Tapi kenapa orang itu melakukannya. Apa salahnya?
Edna merasa ngga pantas diperlakukan hina seperti itu. Dia juga bukan pelajar yang selalu menonjolkan keseksian atau nakal seperti beberapa teman cewenya. Dia ngga pernah maen mata dengan satu pun teman cowonya. Tapi kenapa bisa dia yang mendapat aib seberat ini.
Hari hari terus saja berlalu. Sudah hampir sebulan. Edna mulai bisa melupakan kejadian buruk yang menimpanya. Bibirnya pun mulai bisa sering tersenyum lagi. Edna pun sudah bisa seceria dulu.
"Ngga lama lagi kita lulus dan kuliah. Kamu udah daftar di kampus mana, Ed?"
"Kampus di sini aja, Luna. Yang dapat beasiswa," senyumnya agak lebar. Edna tau kalo Luna akan kuliah ke luar negeri seperti teman temannya yang lain.
Dia sendiri sudah mendapat pemberitahuan pihak kampus, kalo dia sudah diterima dengan jurusan yang dia mau. Arsitektur. Pihak sekolah sudah menjanjikannya mendapatkan beasiswa penuh. Dia juga akan mendapatkan uang sangu tiap bulan.
Dia ngga akan menyusahkan mamanya nanti. Itu sudah membuatnya sangat bahagia. Dia akan kuliah dengan rajin hingga cita citanya tercapai. Bisa mendapat pekerjaan yang menghasilkan banyak uang. Arsitektur salah satu yang bisa menjembatani cita citanya. Edna hanya ingin membahagiakan mamanya.
"Ya, ya. Kita jangan putus kontak, ya. Kamu tuh real besty aku." Luna tertawa senang. Begitu juga Edna.
Tanpa Edna sadari Eriel mengawasinya sebelum cowo itu pergi lagi menjauh.
Melihat Edna yang melalui hari harinya secara biasa saja seakan ngga pernah terjadi apa apa padanya membuat dada Eriel sesak.Apa dirinya ngga begitu berarti hingga mudah dilupakan begitu aja.
Tapi memang salahnya juga. Saat itu Edna dalam keadaan ngga sadarkan diri karena obat bius yang dia berikan agak tinggi dosisnya. Juga sedikit obat pe-r@ngs@ng yang dia semprotkan ke saputangan yang digunakan untuk membius Edna.
Dia memang sudah gila. Padahal dia hanya ingin menakuti gadis itu saja. Tapi gara gara obat pe-r@ngs@ng sialan itu membuat niatnya yang sudah kotor tambah semakin hebat tercemar. Dia malah melanggar larangan papinya. Siap siaplah nanti dia akan dibuang dari daftar keluarga kalo ketahuan.
Tapi ngga lama terdengar teriakan Luna. Eriel yang belum jauh reflek melarikan kakinya ke arah keduanya.
"Kamu kenapa, Ed?" seru Luna panik. Edna tiba tiba memegang lengannya erat erat. Wajahnya pucat dan suhu tubuhnya menurun drastis.
Eriel yang sudah tiba di depan mereka, langsung meraih Edna dalam gendongannya.
"Dia kenapa?"
"Ngga tau, Riel."
Edna membuka matanya yang terasa berat saat tubuhnya diangkat. Dia merasa familiar dengan sentuhan dan harum tubuh seperti ini. Tapi ngga lama kemudian matanya menutup karena ngga sanggup menahan pusing yang amat sangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
3sna
lha kan gk tau kalo situ tersangkanyA,,edna kan cm berdamai dngn keadaan yg diluar nulur
2024-07-11
1
Itha Fitra
edna hamil anak ny si eriel jg gpp,kn saling suka
2024-07-10
1
erinatan
apa Edna hamil🥺🥺
2024-05-01
1