Saidah berjalan sempoyongan menuju perpus. Hari ini rasanya lemes pakai banget. Perpus yang dekat itu berasa ada di ujung kota. Menyebalkan sekali bagi Saidah. Saat lagi malas-malasnya gini tiba -tiba ada yang merangkul dari belakang dengan tanpa rasa bersalah.
Plug.
" Hai Saidah ... Honey bunny sweety!" sapa James padanya. Gila ya ini laki tangan udah kayak nyamuk nyaplok sana sini. Saidah memberi tatapan tajam.
" Hei ... Bedugul! Ini tangan punya adab gak sih main nyaplok aja. Turunin gak! Gue sawet sepatu ntar loe!!!" marah Saidah pada james. Laki-laki itu malah tertawa dan menurunkan tangannta dengan sopan.
" Baik ... Baik sepuhhhh!" candanya dengan masih terkekeh. Tatapan Saidah jadi horor kali ini.
" Honey ... Jangan marah dong! Jelek tahu. Biar aja di hukum pak Saal kan enak bisa jamkos mulu sayang," ocehnya ke sana kemari membuat geram.
" Diam gak Loe bedugul! Pergi sana ... Jauh-jauh dari gue. Najis gue punya temen gila kayak loe," marah Saidah kemudian beranjak pergi dari sana. Namun suara James menghentikan Saidah.
" Honey ... Nikah yuk! Kayak di 172 Day itu loh. Janji deh gue bakal jadi Ameer. Bakal bahagiain loe selama nafas gue nyantol di mari!" serunya sambil memegang dada dan hidungnya. James udah gila memang. Gak bosan-bosannya ngejar si Saidah sampai detik ini.
" Males nikah ama loe! Udah sana ... Jangan karena Loe hukuman gue makin berat di matkul pak Saal. Minggir!" sentak Saidah pada James. Dia pergi begitu saja tanpa bergeming sedikit pun.
James tak sedikit pun mengalihkan tatapannya ke arah Saidah. Dia begitu kagum pada gadis imut itu. Tak pernah menyusahkan siapapun selalu ceria pintar sekali pun kadang agak nyeleneh. Beda dari cewek yang lain.
Sedari tadi Saidah dan James tak terlepas dari pantauan Saal. Dosen muda itu setelah memberikan tugas di menit-menit terakhir kembali ke ruangannya dan mendapati drama James dan Saidah yang saling adu mulut satu sama lain. Apalagi lamaran terbuka james itu lucu di mata Saal. Namun istri kecilnya itu menolaknya dengan tanpa bersalah. Saat james sadar ada pak Saal dia nyengir dan menghadap.
" Sudah ke kamar mandinya james! Jauh ya lokasi kamar mandi," ejek pak Saal pada james yang sudah garuk - garuk kepalanya. Tapi james tetaplah james yang agak somplak di hadapan siapapun tak terkecuali pak Saal.
" Pak ... Calon bini james jangan di hukum berat-berat ya!? Kasihan pak lecek ntar mukanya si Saidah. Dia ngomel mulu pak sama saya kalau lagi di hukum pak Saal," rayu James pada dosennya itu. Saal hanya menggelengkan kepalanya dan beranjak pergi.
" Belajar yang benar! Baru lamar anak orang james," ujar pak saal kemudian hengkang dari sana.
Saidah di perpus sudah mendapatkan referensinya. Dia akan segera mengerjakannya. Sebenarnya saidah bukan mahasiswi yang bodoh. Malah sebenarnya dia sangat cerdas. Tapi entaj kenapa jika waktunya Saal mengajar moodnya selalu tak baik.
Saat dia sudah setengah perjalanan tugasnya yang tinggal sedikit itu dia gadaikan sebentar. Ada telpon masuk dari Bunda.
" Iya bunda ... sudah dimana?" tanya Saidah pada ibu Saal itu. Beliau begitu menyayangi Saidah seperti putri kandungnya sendiri.
" Saidah ... Bunda kemungkinan sampai sore menjelang maghrib. Kalian masih di kampus.?" tanya Bunda.
" Iya bund ... Ada tugas sedikit. Hati - hati di jalan bund," jawabnya. Dia masih ada waktu mengerjakan dan segera mengumpulkannya.
Tak butuh waktu lama bagi Saidah untuk menyelesaikan tugasnya. Dia segera berlari ke ruangan pak Saal. Dia menghela nafas panjang sebelum pada akhirnya mengetuk pintu.
Tok. Tok. Tok
" Pak ... Ijin masuk! Mau mengumpulkan tugas," ijin Saidah dengan sopan dan membuka pintu. Saal yang sedang fokus pada laptopnya. Saidah menuju ke depannya dan mengulurkan tugas yang sudah dia kerjakan dan di bendel secepat kilat.
" Ada apa? Apakah sudah selesai?" tanya Saal tanpa menatap di empunya.
" Sudah pak ini!" jawab Saidah dan menaruhnya. Saal mengangguk tanda menerima. Namun kata -kata berikutnya membuat Saal menatap Saidah.
" Ada uang cash gak pak! Saidah mau belanja ... Bunda sore datangnya," ucap Saidah kemudian. Saal masih setia menatap istrinya yang manyun itu.
" Masak? Gak pesan aja?" tanya Saal yang melihat mood saidah gak benar itu. Gadis itu mengangguk iya. " Jangan memaksa jika tak ingin masak," tolak Saal kemudian dan fokus ke laptopnya. Tanpa di duga Saidah maju dan merogoh tas Saal. Saidah tahi di mana Saal menyimpannya. Dia tahu kebiasaan Saal. Saal jadi memegang tangan Saidah dengan cepat dan menatapnya.
" Cepatlah pak! Saidah harus buru pergi gak lagi bercanda," kesalnya. Saal masih diam bungkam seribu bahasa. Saidah kesal dan mau pergi malah pegangan tangan itu tak bisa di lepas.
" Jangan memaksakan diri. Abang tahu kamu marah sama abang Saidah!" serunya namun saidah tak menjawab. Entahlah ada apa tapi moodnya lagi bad dan tidak baik -baik saja.
" Lepasin Pak! Saidah mau belanja dulu," kesalnya dengan wajah kusut di tekuk -tekuk beberapa kali lipat. Sungguh makin cantik bagi Saal saat saidah ngambek kayak gini. Dia bisa menikmati wajah adik sekaligus istrinya ini.
Saal mengambil amplop di tasnya dan memberikan pada Saidah. Dia menatap Saidah tapi tidak dengan gadis itu. Dia amsih setia menunduk dan mencebik.
" Pergilah! Hati - hati di jalan," ujar Saal melepaskan pergelangam tangan Saidah dengan cepat. Dia juga harus segera menyelesaikan tugasnya agar segera pulang.
" Oke," jawab Saidah keluar ruangan menyebalkan itu. Sungguh jika bukan suami udah dia maki sama kayak james.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
" Wah ... Masak apa nih mantu bunda!" seru bunda di ikuti senyuman ayah paman bibi dan satu lagi si cool Aidan Hamra Gazalah polisi tampan putra dari paman Hagla.
" Spesial for Bunda dan keluarga! Tara ... " tawa Saidah sambil tertawa ceria. Beda saat di kampus tadi.
" Cantik ... Udah pinter masak ya! Abang mana? Kok belum pulang? Mobil gak ada tuh di depan," ujar Aidan nerocos udah kayak kereta api tut.tut.tut.
" Kak Aidan apaan sih! Bentar lag juga pulang orangnya emang gitu sibuk banget!!!" seru Saidah sok iya. Padahal dia gak tahu tuh pak suami sedang apa.
Saat mereka asik mengobrol ngalor ngidul atau ke sana kemari ada pertanyaan bunda yang membuat Saidah terjebak.
" Ngampus bareng abang gak sayang??? Kan satu lokasi sama abang," tanya Bunda.
" Emmm ... Iya sih bund bareng," jawabnya nyengir kuda. Salah gak ya bohong gini. Saidah ... Saidah ....
" Bohong dia bund! Kami tidak pernah berangkat bersama. Karena jamnya selalu siang abang pagi sampai malam," jujur Saal yang baru saja datang. Sedang saidah garuk - garuk kepala yang tidak gatal.
Astaga dosen satu ini mulutnya tidak bisa apa ya membahagiakan Bunda dikit doang. Bener ya selain nyebelin dia juga ngeselin tingkat dewa sumpah deh!!! Batinnya sebel.
Tawa semua orang jadi pecah di ruang makan termasuk Aidan yang tertawa dengan puas. Saidah menatap tajam ke arah Saal. Namun suaminya itu tampak biasa saja dan jutek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Sandisalbiah
sikap Sall ini susah di tebak
2024-09-06
0
erinatan
visual donk kak..
2024-03-09
0
Deklami Agta Musvaria
wah putranya haqla -Maira gak jd tentara kek papanya ya, tp jd polisi kek mamanya ,hmmmm bg sall kamu fto kopian ayah Hafla bget sih
2023-12-03
1