Tatapan Marah James

Saidah yang baru saja memarkir sepedanya seketika itu pula tangan james dengan lancang menarik pergelangan tangan saidah. Gadis itu sontak saja mendelik dengan rasa terkejut. Pasalnya bukan apa? James mencengkeram tangannya kuat.

" Lepasin James!! Kita bukan Mahram," teriak Saidah. James menatap tajam Saidah.

" Sudah ku katakan dari dulu menikahlah denganku tapi kau selalu saja menolaknya sedari dulu!" serunya seperti orang tak terima. Tangan Saidah yang di tarik- tarik itu membuat Saidah kesal karena sempoyongan mengikuti langkah kaki panjang james. Namun seruan seseorang menghentikan langkah james.

" James!!! Jangan membuat onar di kampus. Dia sudah meminta lepaskan sedari tadi!" seruan dingin muncul dari lisan pak Saal membuat Saidah menunduk dalam. James menatap dosennya itu.

" Saya ada kepentingan dengannya pak!" jawab James balik dengan wajah suram bin ketus.

" Lepaskan tangan Istri saya!" seruan itu membuat Saidah melongo tak percaya sedangkan james tangannya merasa kebas dan kaget setelahnya.

Ceklit.

" Aaaaahhhhh! Sakit," teriak Saidah dengan jelas.

" Bangunlah sudah siang! Bisa-bisanya habis shubuhan tidur lagi," gerutu Saal sambil membawa Handuk menuju kamar mandi.

Saidah menganga tak percaya baru saja ini hanya mimpi belaka. Dia jelas - jelas melihat Saal mengatakan itu di depan james. Saidah langsung mengingat kembali tadi dia sempat ke dapur umma dan bibi melarangnya membantu dan meminta istirahat lagi. Jadi, saidah kembali ke kamar dan dengan manjanya dia tertidur.

Mimpi o mimpi andaikan kamu nyata aku pasti bahagia dong! Batinnya tersenyum kek orang gila.

Saat saidah masih termenung di tempat yang sama dia melihat Saal memakai handuk sepinggang dengan badan basah dan rambut yang basah.

Degh.

" Bang Saal ganteng," lirihnya keceplosan. Saal yang mendengar jadi menatap Saidah yang juga menatapnya.

" Kamu mengatakan sesuatu?" tanya Saal pada istrinya. Saidah langsung cengar cengir gak jelas. Dia pun segera berdiri mendekati Saal.

" Gak ngomong apa-apa bang!" serunya kemudian melewati Saal untuk menuju kamar mandi. Saal menggelengkan kepala karena Saidah yang membagongkan.

Flash Back On ...

" Saal ... ," lirih Shalu.

" Shalu mungkin aku terlalu naif untuk mengatakan seharusnya aku tak menjanjikan apapun. Tapi, semuanya sudah terlanjur. Maafkan aku," jawab Saal dengan tenang. Shalu menggelengkan kepalanya.

" Kamu bisa mengatakan padanya Saal bahwa kamu tak mencintainya hanya menganggap adik," protes Shalu pada Saal. Lelaki yang menjadi impiannya selama ini.

" Tidak Shalu. Pernikahan bukanlah untuk di permainkan. Aku pun tak mungkin menyakiti dia. Dia juga tak pernah menyakitiku jadi, tidak ada alasan bagiku untuk menghukumnya karena janjiku di masa lalu," jawab Saal lagi dengan perasaan bersalah. Shalu berdiri dengan perasaan dongkol pada Saal.

" Pikirkan sekali lagi Saal! Dia bukanlah tipikal-mu. Akan sulit bersamanya jika tak seiya sekata. Aku berharap dia juga paham bahwa kamu bukanlah suami yang dia inginkan," kata-kata pedas Shalu membuat Saal bungkam. Bukan dia tak ingin komentar tapi di sini mungkin dia yang salah karena sudah berjanji. Janji adalah hutang tapi Saal tetap saja tak bisa mengkhianati Saidah demi Shalu.

" Jika kamu tak ingin menyakitinya! Biarkan aku yang mengatakan padanya Saal," lanjut Shalu yang sedang berdiri itu. Kini tatapan Saal mengarah pada Shalu.

" Jangan libatkan dia dalam ketidakberdayaan kita Shalu. Dia bukan untuk di hakimi! Dia adalah istriku jika dia bersedih maka akulah tempatnya kembali. Jangan membuat kita pada posisi yang sulit. Lupakanlah semuanya Shalu meskipun berat," sekali lagi Saal membujuk Shalu agar paham akan keadaan ini. Shalu menggelengkan kepalanya.

" Tidak Saal sampai kapanpun aku tidak menerima ini," jawab Shalu pergi. Saal hanya memandang tanpa mengejar. Percuma bagi Saa mengejarnya Shalu akan keras kepala dan tetap begitu. Saal hanya menghela nafas dan pergi dari sana.

Flash back Off.

...----------------...

" Apakah berangkat bersamaku?" ajak Saal tiba-tiba. Saidah berhenti mengenak hijabnya.

" Bagaimana cara turunnya pasti rame di sana bang!" jawab Saidah. Ya, sekarang Saal meminta memanggilnya Bang dan di kampus tetap pak.

" Ikut ke parkiran dosen!" ajaknya dengan merapikan tas. Saidah masih bingung namun segera di buyarkan oleh Saal.

" Cepat katakan sesuatu ?! Atau aku akan pergi saja," jawab Saal dengan menatap Saidah.

" Ba ... Baiklah bang Ikut. Sesekali bolehlah," jawabnya asal. Saal mengangguk dan beranjak dari sana.

Mereka pergi setelah sarapan bersama. Saidah pun mengikuti Saal dari belakang. Kali ini berbeda Saal membukakan pintu untuk Saidah. Tidak sampai di sana saja Saal juga memasangkan sabuk pengamannya.

" Permisi sebentar," ujarnya. Aroma maskulin sangatlah kentara. Sangat segar dan macho bagi Saidah. Sedang Saidah sendiri menahan nafas karena hidung dan pipi Saal berjarak beberapa centi saja.

Saidah mengerjapkan mata beberapa kali dan membiarkan Saal membantunya. Tanpa Saal sengaja dia menoleh tepat di hadapan wajah Saidah bibir mereka pun hampir bersentuhan. Tapi tidak seperti di film yang langsung sosor. Saal kemudian tersenyum dan mengatakan beres.

Harum nafasnya.

Otak Saidah jadi travelling kemana -mana dasar saidatun. Menggelikan sekali. Suka baperan bahaya anak muda satu ini.

Terpopuler

Comments

Dia Amalia

Dia Amalia

ooowwhhh dimulai ne perah ulat nangka ne saiiii😂🤣😂🤣

2023-12-17

0

Rofifi Hasanah

Rofifi Hasanah

ditunggu up nya thour....💪💪🥰🥰

2023-12-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!