Tatapan Benci Saidah

Saidah bukanlah tipe gadis arogan. Dia sama dengan gadis lain pada umumnya. Dia menyukai travelling, study wisata, belajar, nongkrong di cafe. Kehidupan sedikit tak beruntung baginya. Namun itu bukanlah alasan baginya untuk bersedih. Hidup tetap harus berjalan seperti biasanya. Dia tak mau menyalahkan siapapun atas pengorbanan papanya. Kepergian ibunya mungkin adalah bentuk kesetiaannya pada papa. Jadi, biarkan saja dunia menguji iman Saidah dia tak akan bergeming sedikit pun.

Tok. Tok. Tok.

Cekrek.

Suara pintu terbuka nampaklah si wajah jutek dosennya itu. Jika di kampus killer di rumah jutek banget. Pernikahan Saidah dan Saal itu memang hal yang tidak diinginkan mereka berdua tapi perasaan tanggung jawab Ayah Saal tidak main-main. Farrel adalah salah satu polisi terbaik bidikan Hafla. Gugurnya Farrel karena menyelamatkan Hafla. Tidak hanya sekali kesetiaan Farrel pada Hafla hingga titik nafas terakhirnya. Bukan hutang budi bagi Hafla tapi dia yakin putrinya adalah gadis baik sebab ayahnya sangatlah loyal. Saidah pun pasti memiliki kesetiaan yang cukup baik untuk putranya itu. Bukan tanpa alasan tapi sudah di pikirkan matang-matang oleh Hafla dan Seena.

" Apakah kamu tidak memiliki arloji untuk melihat jam? Harusnya sekalian pulang pagi," ujarnya begitu menohok dengan tatapan flat, datar bin tidak enak. Saidah hanya diam dan melepaskan sepatu sport-nya.

" Habis dari Bioskop nonton 172 Day bareng teman - teman," jawab Saidah kemudian melewati suaminya itu. Dan menenteng sepatunya. Tapi lagi-lagi Saal mengatakan hal yang membuatnya sebal.

" Lalu? Haruskah aku kasih reword padamu! Dan haruskah aku ulangi lagi bahwa besok ada bunda datang kemari," jawabnya ketus sekali. Seketika Saidah menoleh tajam pada pak Saal yang terhormat dan tampan itu.

" Menyebalkan sekali mulut anda itu pak!!! Biarkan saja kamar kita terpisah supaya sekalian ayah bunda tahu. Bereskan ... ! Jangan mempersulit diri sendiri pak. Jadi, saya yang ribet hadehhh," jawabnya sambil pergi ke kamar dengan perasaan dongkol sekali. Dia yang tak ingin jelek di hadapan orang tuanya tapi Saidah yang ribet.

Saidah di kamar kesal dan menangis. Dia tak pernah protes akan sikap Saal dan permintaan ayah bunda. Tapi dia jengkel karena lelah jika harus berdampingan dengan Saal sebagai suami istri. Lebih baik jadi adiknya saja itu sangat menyenangkan sekali. Dia lebih perhatian sekali.

" Aku rindu bang Saal yang dulu bunda ... Menikahkan aku dengannya bukanlah ide yang baik bunda. Sudah Saidah katakan bang Saal tak suka dengan pernikahan ini. Hiks ... Hiks ... Hiks ... ," tangisnya dia tutupi di bawah bantal. Jika Saal dengar bisa malu berabad - abad Saidah.

Tahun pertama kuliah di ibu kota sangat menyenangkan sebab Saal selalu hamble padanya. Namun saat di tentukan pernikahan sikapnya berubah 180 drajat. Sungguh sangat tidak mengenakkan sekali. 1 bulan ini berasa seperti 10 tahun lamanya. Sejam udah kayak sehari. Sikapnya itu sangat menohok.

Saal bukan tak mendengar tangisan Saidah. Dia dengar tapi bukan saatnya untuk membuat Saidah terlena. Saal juga belum mencintai Saidah. Bertahun-tahuj mereka bersama itu tak membuat Saal jatuh hati melainkan hanya menganggapnya adik belaka. Pernikahan ini juga menyiksa batin Saal. Bagaimana bisa dia menyentuh perempuan yang dia anggap hanya sebagai adik. Saal pun berat menjalin hubungan baru dengan Saidah sebagai istrinya. Adik imutnya malah di jadikan rekan ranjang itu membuat Saal kikuk dan tak nyaman dari segi mana pun.

" Saidah! Cepatlah kemasi barang-barangmu," seru Saal dengan perasaan campur aduk. Dia juga tak bisa membuat bunda dan ayahnya kecewa. Mungkin egois tapi semua butuh waktu yang panjang.

" Ya bang Saal ... Sebentar," jawabnya dengan serak. Suara khas habis menangis dan entah apakah dia sempat tertidur.

Deg.

Saal seperti mendengar suara adiknya sendiri. Ya, Saidah adalah adik satu-satunya yang dia miliki. Karena ayah bunda tidak kembali di karunia putra maupun putri kembali. Sehingga kepergian Paman Farrel dan istrinya membuat Saal memiliki adik perempuan. Bayangkan saja perempuan yang di anggap adik kandung sendiri bagaimana bisa kasih sayangnya berubah jadi istri. Saal benar - benar ingin menolak pernikahan ini. Namun Bunda dan ayah sangat bergantung padanya kebahagiaan Saidah.

Ceklek.

" Maaf ... Salah sebut nama pak!" cebiknya sambil keluar kamar dengan manyun. Dia berjalan ke arah kamar saal dengan sempoyongan. Gadis itu sudah terbiasa merapikan baju jadi tak butuh waktu lama untuk merapikan kamar saal yang berantakan akibat ulahnya.

Saat Saidah merapikan semuanya ...

" Masaklah! Aku sedang ingin makan masakan rumah," ucap Saal membuat Saidah menoleh.

" Pak!? Saidah capek loh. Gak kasihan sama Saidah???" tanya Saidah menatap dengan tatapan sendu.

" Abang bantu," jawabnya sedikit melunak.

Lihatlah mata Saidah seakan keluar dari tempatnya. Pasalnya Saal mengatakan Abang setelah sekian bulan. Pemuda itu berjalan ke arah dapur tanpa menoleh ke belakang lagi. Saidah berlari kecil mengikutinya. Dia bahagia setidaknya Saal mengatakan abang. Bahagianya udah yang setengah mati. Hahahah. Lebay loh!

Nampak Saal mengeluarkan bahan masakan dari kulkas. Saidah ikut membantu mencuci Brokoli, udang dan bahan lainnya. Saidah tahu bahwa abangnya ini menyukai Capcay ala -ala Saidah. Tapi apa iya malam ini Saal menginginkan masakan itu.

" Bang ... Eh Pak! Mau masakan Saidah yang dulu atau selera yang sekarang," tanya Saidah hati-hati khawatir kena semprot lagi. Berabe ntar hati dan matanya.

" Yang dulu," jawabnya singkat. Saida langsung mengangguk seketika.

" Oke," jawab Saidah singkat pula.

Tak ada obrolan apapun lagi. Hanya suara pisau penggorengan dan suara air yang di gunakan untuk mencuci sayur dan buah. Namun saat Saal akan keluar dari dapur mengatakan hal yang bisa di katakan sebuah nasehat untuknya.

" Aku tak peduli padamu bukan berarti kamu bisa pulang seenaknya. Selain menjaga attitude sebagai mahasiswi jagalah marwahmu sebagai seorang istri," ujarnya kemudian menghilang entah kemana.

Deg.

Abang Saal? Apakah dia marah padaku atau apa barusan itu? Apakah dia menerimaku sebagai istrinya. Tapi .... Ah, sudahlah Saidah! Masak - masak.

Terpopuler

Comments

Yurika23

Yurika23

ohhh karena hutang Budi toh...elaalaa

2024-10-04

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

wah.. bisa gaswat kalau Saida udah main hati tp Saal masih jaga hati.. yg ada kecewa nih buat Saida

2024-09-06

0

Dia Amalia

Dia Amalia

cinta akan menuju jlnnya saal jgn membentengi hatimu krna rasa itu☺️☺️

2023-12-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!