Dengan terpaksa Pak Komar memanggil Faza yang sedang berlatih dengan murid perguruan yang ada di gazebo belakang rumah. Dengan terpaksa pula Faza harus langsung ikut pulang bersama Paris karena sudah ditunggu. Babe Noor juga memerintahkan Faza untuk segera pulang ke rumah Pak Darma.
Berganti baju pun Faza tidak sempat karena terburu-buru. Masih memakai seragam bela diri dan sabuk hitam tertinggi dalam perguruan masih melingkar di pinggang. Dengan cemberut Faza naik mobil dan menutup pintu dengan keras.
Paris hanya memandang dengan lekat Faza tanpa berkedip. Tidak menyangka wanita yang selalu membuat sial itu memiliki sabuk tertinggi. Menelan ludah dengan kasar karena nyali langsung ciut.
"Apa lihat sampai seperti itu?" tanya Faza dengan ketus.
"GR, siapa yang melihat situ?"
"Jalan, Pak!" perintah Faza.
"Siap, Neng."
Perjalanan pulang tidak seperti awal berangkat tadi. Faza lebih banyak diam dan memilih melihat hiruk-pikul ibu kota. Masih ada banyak pedagang yang berdagang di pinggir jalan. Lampu kerlap-kerlip yang menghiasi toko atau tempat hiburan terlihat sangat indah.
Baru lima kilometer perjalanan, Faza melihat ada mobil yang ada di belakang selalu mengkuti. Awalnya tidak curiga karena mungkin jalan satu arah. Hanya melirik dari spion yang ada di samping pintu depan dengan sekilas saja.
Sampai setegah perjalanan dan melewati lampu merah, mobil warna hitam masih mengikuti dari belakang. Faza masih diam saja dan pura-pura tidak tahu. Sesekali melihat ke spion yang terlihat hanya samar-samar saja.
"Pak, apakah ada jalan pintas yang cepat sampai rumah?" tanya Faza mencoba tenang dan tidak menceritakan hal yang terjadi.
"Ada, Neng. setelah dua kilo dari sini."
"Kita lewat sana saja, Pak!"
"Mengapa buru-buru, Neng?"
"Tidak juga, Pak. Fa hanya ingin cepat sampai saja."
Dalam setengah jam, mobil berbelok ke tempat seperti yang dimaksud Pak Komar. Jalan setapak yang cukup hanya untuk dua mobil lewat bersamaan. Mobil hitam tetap mengikuti dari belakang dengan jarak dekat.
Bukan hanya Faza yang curiga, Pak Komar mulai curiga dengan mobil yang mengikuti mulai dari rumah Faza tadi, "Neng, mobil itu selalu mengikuti kita dari tadi, deh!"
"Fa juga curiga dari tadi, Pak. Fa kira Pak Komar tidak menyadari."
"Pak Komar menyadari dari lampu merah tadi, Neng."
"Eee, Pak. balik lewat jalan raya saja jangan lewat sini!" perintah Paris dengan suara keras.
Faza langsung memandang Paris dengan pandangan mata horor, wajahnya terlihat aneh dan susah diartikan. Dikatakan takut, tetapi tidak mungkin karena dia sudah dewasa. Namun, gestur tubuhnya seolah menunjukkan rasa takut.
"Anda takut, Tuan?" tanya Faza sambil tersenyum devil.
Belum sempat Paris menjawab pertanyaan Faza yang terdengar mengejek. Mobil yang awalnya di belakang langsung tancap gas mendahului dengan melewati kiri mobil. Setelah sampai di depan, mobil hitam itu mendadak berhenti dengan menginjak rem.
"Ya, Allah. Tuan, Neng Fa pegangan!" teriak Pak Komar menginjak rem dengan kekuatan penuh.
"Pak Komar, apa-apaan, sih!" teriak Paris.
"Itu mobilnya mendadak berhenti, Tuan!"
Ada empat laki-laki yang keluar dari mobil warna hitam itu bergantian. Tangan mereka memegang kayu balok yang panjangnya sekitar satu meter. Mendekati mobil yang ditumpangi Faza.
"Kurang ajar mau apa mereka?" tanya Paris gugup.
Tanpa bertanya dan melihat ke dalam, keempat orang itu langsung mengayunkan kayu balok pada empat pintu mobil yang ditumpangi Faza. Kaca pintu mobil langsung pecah dan suara pukulan kaca terdengar keras sangat keras," Aaargt, Mami!" teriak Paris sambil memeluk pinggang Faza.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 322 Episodes
Comments
Ma Em
ternyata si Paris penakut ngomong aja galaknya minta ampun baru segitu aja sudah ketakutan lawan Paris tuh penjahatnya sama kamu
2024-01-16
1
uyhull01
aciiaahhhh muka garang tp ko anak Mami nya kelihatan yaa🤭🤭
2023-12-16
1
Rosy
astaghfirullah Paris..padahal sudah tegang loh saat mereka memecahkan kaca mobil..lah kamu malah teriak mami..nggak tau deh pengen tertawa atau gemes sama kamu 🤦🏻♀️🤣
2023-12-08
1