Kesan pertama saat masuk kamar, Faza menggelengkan kepala. Kamar mewah seperti hotel dengan fasilitas lengkap. Sangat kaget saat akan meletakkan tas ranselnya di lemari ada banyak baju wanita yang ada di dalam lemari.
"Baju siapa ini?" tanya Faza pada diri sendiri.
Faza langsung menutup lemari dan mengurungkan niatnya untuk meletakkan baju ke lemari. Tas ransel diletakkan di kursi meja rias yang ad disamping lemari. Melihat di meja pun sudah ada kosmetik dengan merk terkenal komplit dan semua masih bersegel.
Faza mencuci muka di wastafel yang ada di depan kamar mandi. Mencuci tangan dan bergegas ke luar dari kamar untuk menemui Pak Bandi, "Sudah, Pak. Apa tugas pertama Fa?"
"Akan Pak Ban kenalkan dulu yang bekerja di sini, ayo ke dapur!"
"Baik, Pak."
Sampai di dapur sudah ada lima orang yang berdiri berjajar. Tiga wanita dan dua laki-laki yang semua memakai seragam. Faza datang mereka langsung menyambut dengan tersenyum dan membungkukkan badan.
"Selamat siang," sapa Faza.
"Siang, Neng," jawab mereka serentak.
"Yang paling ujung namanya Pak Komar sopir, Pak Harno tukang kebun," kata Pak Bandi memperkenalkan dua laki-laki yang umurnya sekitar tiga puluh lima tahun.
"Assalamualaikum Pak Komar, Pak Harno. Perkenalkan aku Faza."
"Walaikum salam."
"Ini Bibi Atun, Bibi Kom, dan satu lagi Bibi Sri." Pak Pandi menunjuk wanita mulai dari yang ada di sampingnya.
"Bi, mohon bimbingannya."
"Siap, Neng." Bibi Sri yang menjawab.
Dari dapur Faza diajak keliling dan menunjukkan lingkungan rumah. Mulai dari kamar belakang untuk pembantu sampai kamar tuan rumah. Dan terakhir mengetuk pintu kamar utama milik pengusaha terkenal Pak Darmawan Bisma.
"Neng Fa sudah siap bekerja, Nyonya," kata Pak Bandi setelah dipersilahkan masuk.
"Terima kasih, Pak Ban."
"Sama-sama, Nyonya. Pak Ban permisi melanjutkan pekerjaan."
"Terima kasih, Pak Ban." Faza membungkuk mengucapkan terima kasih kepada kepala rumah tangga.
Setelah pintu ditutup oleh Pak Bandi, Ibu Niken langsung menepuk kursi yang ada di sampingnya, "Duduk sini, Nak!"
"Terima kasih, Nyonya."
"Eee mengapa memanggil seperti itu?" protes Ibu Niken.
Pak Darma tersenyum sambil berusaha duduk. Dengan secat Faza membantu beliau duduk, "Pelan-pelan, Tuan!"
"Silakan jika didepan banyak orang Fa memanggil seperti itu, tetapi jika tidak ada orang panggil saja Pak Darma dan Bu Niken seperti biasa."
"Baik."
Dalam waktu satu jam lebih, di kamar bertiga bercerita panjang lebar tentang Paris yang membenci kedua orang tua. Walau umur Paris sekarang ini masuk usia kepala tiga pikirannya masih seperti anak keci. Hanya berfoya-foya menghabiskan uang orang tua.
Bercerita juga jika Paris lulusan universitas Amerika Serikat dengan nilai yang memuaskan. Di sanalah bertemu dengan Adelia Candra seorang model bertaraf internasional. Sampai sekarang hubungan itu terus terjalin putus nyambung walau sering dibumbui perselingkuhan.
Pergaulan dan lingkungan yang negatif membuat Paris jauh tersesat. Kurang tanggung jawab dengan pekerjaan sendiri. Sering ke luar negeri hanya demi menyenangkan kekasih yang ingin berwisata keliling dunia.
"Nak Fa, Bapak mohon, mungkin Bapak sudah tidak punya waktu banyak sekarang."
"Mengapa Pak Darma bicara seperti itu, Bapak masih punya banyak waktu untuk bersama keluarga dan cucu Anda nanti, Fa mohon jangan putus asa!"
"Aamiin, itu yang Ibu harapkan, Ibu ingin mempunyai cucu dar Nak Fa."
"Eeee, bukan itu maksud Fa, Bu."
"Ibu benar, Nak. Bapak juga berharap mempunyai cucu dari Fa walau nanti Bapak hanya bisa melihat dari atas saja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 322 Episodes
Comments
uyhull01
duhhh pak Darma bicara nya dikit tp dalem😭😭
2023-12-16
1
Rosy
ya Allah pak..ucapan adalah doa..semoga pak Darma panjang umur..bisa menimang cucu sebelum pak Darma meninggal..
2023-12-05
1
Rosy
kalau semuanya masih bersegel kemungkinan itu semua untuk kamu Fa dari ibu Niken..
2023-12-05
1