Dengan spontan Faza langsung berdiri saat Paris datang. Langkah Paris yang terlihat terburu-buru tanpa sengaja menabrak Faza. Dengan reflek tangan Paris melingkar di pinggang Faza.
"Lepas, jangan ...!" Faza langsung menghentikan ucapannya saat Paris dengan spontan mendorong tubuhnya dengan keras.
"Siapa yang mau memegang kamu?"
Paris mendorong Faza dengan keras, tetapi bagi Faza tenaga itu tidak berpengaruh dengan posisinya berdiri. Bagi orang yang terbiasa berlatih bela diri pertahanan kuda-kuda akan selalu spontan terjaga. Sehingga Faza tetap berada ditempatnya berdiri tanpa bergeser sedikit pun.
Paris mundur beberapa langkah sambil menatap tajam mata Faza, "Mengapa sial terus saat bertemu kamu, sih?" Paris mengusap tangannya menggunakan sapu tangan yang diambil di kantong celana.
"Anda yang menabrak, mengapa Fa yang disalahkan?"
"Berisik, jangan menjawab, bikin kesal saja!"
Faza langsung menutup mulut tidak ingin berdebat lagi dengan laki-laki arogan yang ada didepannya. Wajahnya yang garang, tetapi terlihat manja dan mudah emosi. Akan panjang jika dijawab setiap ucapannya.
Pak Darma dan Bu Niken tertawa dengan ditahan dan menutup mulut menggunakan telapak tangan. Pura-pura jutek dan kesal karena Paris masuk lagi tanpa mengetuk pintu, "Ada lagi, Paris?"
"Di mana foto Adel yang ada di kamar Paris?"
"Ooo, itu. Kirain ada apa, tanya saja Mamimu karena Papi tidak tahu!"
Ibu Niken terdiam sambil teringat dua hari lalu tanpa sengaja foto berukuran besar itu terjatuh. Gara-gara Bibi Atun membersihkan kamar dan tidak sengaja terpeleset dan menarik foto figura untuk berpegangan. Kacanya pecah berantakan dan foto kekasih Paris itu terkena noda darah tangan Bibi Atun.
"Di mana, foto Adel?" tanya Paris kepada Ibu Niken tanpa menyebut panggilan mami.
"Ada di gudang, kemarin terjatuh karena ada kucing yang masuk kamar, foto itu ada noda darahnya," jawab Ibu Niken dengan suara pelan.
"Ya, sudah." Paris langsung berbalik badan dan ke luar dari kamar.
Ibu Niken terdiam dan melamun, putra tirinya itu jarang sekali bertanya atau memanggil dengan sebutan mami. Jika bertanya selalu jutek dan seperlunya saja. Sudah bertahun-tahun memberikan kasih sayang yang tulus, tetapi tidak pernah dianggap sama sekali.
Pak Darma yang sangat tahu dengan perasaan istri tercinta, langsung mengusap pipi dan tersenyum, "Fa, lihatlah, Ibu seperti biasa sedih karena putranya yang jutek!"
"Sini Fa peluk, Bu. Anggap saja Fa putri Ibu." Faza memeluk Ibu Niken dengan erat.
"Terima kasih, walau baru bertemu Ibu sangat menyayangi Fa."
"Fa juga sangat sayang Ibu."
Satu jam kemudian, Pak Darma dan Ibu Niken sudah duduk di kursi meja makan, dan Faza berdiri di belakang Ibu Niken. Sarapan nasi uduk dan roti sandwich sudah terhidang di meja. Ditambah dengan susu coklat hangat dan jus jeruk.
"Pak Ban, apakah hari ini ada yang perlu belanja untuk keperluan Paris?" tanya Ibu Niken.
"Ada, Nyonya. Nanti agak siang saja Pak Ban belanja."
"Baiklah, Ibu titip belikan parsel buah ya!"
"Siap, untuk siapa, Nyonya?"
"Untuk Babenya Fa, malam ini Fa akan pulang ke rumahnya, jangan lupa bilang Pak Komar untuk mengantar dan menjemput Fa nanti!"
"Siap."
Paris ke luar dari kamar dengan penampilan kasual dan santai. Kaos distro tanpa lengan dan celana pendek. Langsung duduk di samping Pak Darma dan melirik Faza yang berdiri sambil melipat tangan di belakang, "Pak Komar tidak bisa, nanti malam akan mengantar Paris!"
"Kebetulan kalau begitu, kalian bareng saja, antar Fa dulu baru antar Paris. Dan jangan lupa nanti pulang Fa jemput lagi!" perintah Pak Darma.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
uyhull01
hahaha klo satu mobil kya apa ya mreka masih kah kya kucing dam tikus ??
2023-12-16
1
Deriana Satali
Fa sama Paris kaya Tom and Jery 😃
2023-12-07
1
Nena Anwar
sekeras apapun kamu untuk menghindar dan mencari alasan tetap saja Pak Darma juga tak kehabisan akal yg ada Paris akan kalah dan tetap menuruti keputusan Pak Darma
2023-12-06
2