Paris bertanya kepada Pak Komar sambil melotot dan mulai emosi. Membuat sopir pribadi itu langsung ciut nyalinya. Mulai menjalankan mobil perlahan menembus jalan pintas yang terlihat sepi.
"Tidak jadi, Tuan. Yang tadi hanya cerita sesuai yang Pak Komar lihat saja."
Faza hanya diam dan mendengarkan Pak Komar dan Pris berdebat. Menebak jika laki-laki yang duduk disampingnya itu sangat mencintai kekasih hati. Percaya saja dengan kekasih walau ada keanehan dari cerita Pak Komar.
Sampai rumah pun, Faza enggan berinteraksi dengan Paris. Lebih memilih diam dan memejamkan mata merasakan perih yang di tahan. Walau berkali-kali Paris melirik dan mencuri pandang kepada Faza, tetap saja Faza diam dan pura-pura tidak tahu.
Security yang pertama kali melihat mobil dalam keadaan kaca pecah dan retak, langsung berlari mengikuti mobil, "Ada apa, Pak Komar?"
"Kami di serang tadi."
"Bagaimana dengan Tuan Paris?"
"Lihat saja sendiri!"
Pertanyaan security bersamaan dengan dengan Paris turun dari mobil. Bersamaan pula Faza juga turun membuka pintu. Tidak hanya satu security yang datang mendekati Faza, tetapi empat sekaligus, "Apa yang terjadi, Nang Fa?" tanya mereka bersamaan.
"Nanti Pak Komar yang cerita, tolong panggilkan Pak Ban sekarang!"
"Saya yang akan memanggil Pak Ban." Salah satu security berlari masuk rumah utama.
Kali ini Paris berjalan perlahan dibelakang Faza. Tidak seperti biasanya angkuh dan tidak perduli dengan keadaan orang lain. Hanya sayangnya, laki-laki manja itu diam seribu bahasa tanpa kata.
Faza bukan gadis yang lemah, selalu mengatakan baik-baik saja saat semua security merasa iba dan kasihan. Bagi pesilat luka dan berdarah hal biasa dan sering dialami. Walau perih dan sakit pun sudah terbiasa tidak mengeluh sedikit pun.
Pak Bandi berlari bersama security dari dalam rumah, "Neng Fa, apa yang terjadi?"
"Tidak apa-apa, Pak. Jangan khawatir."
"Ya, Allah. Babak belur begitu dan mobil juga hancur ayo cepat masuk!"
Pak Bandi melihat Paris yang berjalan di belakang Faza, "Anda tidak apa-apa, Tuan?" Paris hanya menjawab dengan menganggukkan kepala.
"Pak Komar kumpulkan para bibi sekarang, ini darurat!"
"Pak Ban, tidak perlu merepotkan banyak orang. Ini sudah malam biarkan mereka beristirahat, Fa baik-baik saja."
"Tidak bisa, Neng, Nanti Pak Ban yang kena marah Tuan Darma."
Di ruang keluarga terpaksa Faza duduk di sofa sambil di kerumuni semua pegawai Pak Darma. Ada yang mengambilkan minum dan ada yang mengambilkan otak obat P3K. Ada juga yang ingin membantu mengobati luka Faza.
Paris tidak diperhatikan sama sekali oleh para pegawai. Laki-laki tampan nan manja itu hanya terdiam sambil melihat mereka yang ribut dan sibuk sendiri karena melhat Faza yang terluka. Tidak juga beranjak dari dekat Faza walau hanya memperhatikan tanpa kata.
Pak Komar bercerita kejadian sambil melihat Faza di kompres lengannya oleh Bibi Sri. Suara berisik perpaduan cerita Pak Komar dan pertanyaan pegawai yang mendengarkan. Membuat ruang keluarga seperti pasar ramainya.
Kamar Pak Darma dan Ibu Niken kedap suara, sehingga ada keributan seperti apapun dari dalam tidak terdengar. Secara kebetulan Ibu Niken keluar ingin megambil air minum untuk suami. Setelah melihat dan mendengar suara ribut-ribut padahal waktu hampir tengah malam, Ibu Niken mengajak suami ke luar kamar berdua, "Ayo, Papi kita ke luar, Di luar ada keributan besar!"
"Ada apa, sih?"
Saat Pak Darma dan Ibu Niken keluar bertepatan tanpa sengaja Bibi Sri menekan luka bengkak di lengan Faza, "Auw, jangan ditekan, Bibi!" teriaknya.
"Ada apa ini?" tanya Pak Darma mengagetkan semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 322 Episodes
Comments
uyhull01
si anak Mami kyanya memendam hal yng dalam deh ingin d perhatikan secara batin bukan d perhatikan secara materi yng lebih, terlihat dri bgaimna Fa d brikan perhatian, dia yng terabaikan
2023-12-16
1
Rosy
nah Lo..alamat Paris ini yg bakalan dapat ultimatum dari papanya..karena masalah dia dg Beno sekarang Fa jadi babak brelur..
2023-12-10
1
Ira Sulastri
Semoga suatu saat Paris bucin ke Faza😍
2023-12-10
1