Malam ini pertama kali Faza tinggal di kamar di kediaman pengusaha kaya raya Darmawan Bisma. Sudah hampir tengah malam mata Faza tidak bisa terpejam. Padahal lebih nyaman sepuluh kali lipat nyamannya dibanding kamar pribadi Faza yang ada di rumah Babe Noor.
Terus terbayang permintaan harus menikah dengan putra pengusaha yang sudah memiliki kekasih. Teringat kedua orang tua Paris itu menginginkan cucu. Perkataan dan keputusasaan mereka selalu menghantui pikiran.
"Ya, Allah. Apa yang harus Fa lakukan, apakah permintaan Pak Darma itu suatu wasiat. Bagaimana Fa bisa melakukan itu?"
Dengan mengambil napas panjang, Faza mencoba untuk memejamkan mata. Akan mulai melalukan solat di sepertiga malam untuk mencari solusi yang terbaik. Hanya kepada Ilahi Robbi semua jodoh dan masa depan nanti.
Satu jam, sehari dua hari hampir lima hari ini Faza dengan sabar membantu Pak Darma sembuh dari sakitnya. Sudah lima hari juga setiap sepertiga malam selalu mengadukan nasib kepada Haribaan Ilahi Robbi. Memasrahkan hidup kepada yang Maha Kekal, hanya dengan ridho-Nya semua akan terjadi.
Subuh ini Faza kesiangan karena seperti biasa tidak bisa tidur nyenyak dan akan terjaga di sepertiga malam. Jadwal membangunkan Pak Darma untuk membimbingnya beribadah terlambat sepuluh menit. Harus berlari dari kamarnya menuju kamar yang ada di depan kamarnya.
Matahari masih enggan beranjak dari peraduan saat Faza berlari ke luar kamar tanpa melihat kanan dan kiri. Ruang keluarga yang masih gelap membuat Faza tidak melihat ada orang yang melintas sambil menarik koper. Tanpa sengaja Faza menabraknya dengan kekuatan penuh.
Yang ditabrak spontan berputar beserta kopernya, "Aduh, apa-apan ini, brengsek!" teriaknya.
Tanpa melihat wajahnya, Faza langsung menarik suara laki-laki yang berbicara dengan kasar dan di tarik sedikit di putar ke belakang badan. Menduga yang datang maling masuk menyelinap, "Kalau bicara yang sopan, dodol!" Faza ikut berteriak.
"Auuw, sakit lepaskan!"
Bersamaan dengan teriakan kesakitan, lampu menyala terang karena saklar di tekan tombol on oleh Pak Bandi, "Tuan Paris ...?" Pak Bandi tidak berani melanjutkan ucapanya karena melihat posisi Paris berada dalam tekanan Faza.
"Astagfirullah," kata Faza langsung melepaskan lengan Paris karena membuat pertemuan pertama yang buruk.
Sambil mengusap lengan yang sakit, mata Paris langsung melotot tajam, "Siapa kamu berani-beraninya melukai aku, jalan matanya meleng tidak tahu aturan?" tanyanya sambil bertolak pinggang.
Pak Bandi datang sambil tersenyum devil, "Tuan Paris, maafkan ...!"
"Siapa yang suruh Pan bicara, aku tanya sama gadis ingusan ini!" Paris langsung mendorong Pak Bandi sampai dia termundur beberapa langkah.
Dengan sengaja Faza pura-pura tertabrak Pak Bandi dan seolah termundur setengah kayang dan siku terkena perut Paris bagian bawah, 'Rasakan itu, brengsek.' Syangnya Faza hanya bergumam dalam hati.
"Auuw, sakit, dasar gadis sial!"
Faza mengedipkan mata kepada Pak Bandi yang ketakutan. Laki-laki tua itu hanya berani mengangguk tanpa berani menjawab. Faza berbalik badan dan pura-pura ketakutan, "Maaf, Tuan. Fa tidak sengaja." Tangan Faza disatukan di dada sambil membungkuk.
Paris terus mengusap perutnya yang terasa sakit terkena sikut Faza dengan kekuatan penuh. Sakitnya sampai ke perut bagian dalam. Memundurkan kakinya beberapa langkah menjauhi Faza.
"Maaf, Tuan. Fa harus membangunkan Tuan Darma!" Faza langsung berlari masuk kamar.
"Siapa dia, Pak Ban?" tanya Paris penuh dengan amarah.
"Faza perawat pribadi Tuan Darma, Tuan."
"Minta dipecat gadis sial itu, lihat saja nanti!" Paris bergegas masuk kamar milik papinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 322 Episodes
Comments
Serli Ati
emosi tanda cinta ya Thor.....
2024-07-05
0
Enung Samsiah
aaahhh,,, marah-marah tpi lembek baru disikut aje kesakitan,,, wikwiww,, wkwkwk
2024-01-31
1
mama galaau
tak se gampang itu Paris... blum kena 1 jurus udah kesakitan aja km Par...
2023-12-19
1