"menikah? Ck! yang benar saja!" gerutu Fabian.
"kenapa tidak, Tuan? Dia wanita baik" ujar Alan.
kadar mood Fabian semakin menurun, ia pun mengusir asistennya itu untuk segera menjemput Ambar di bandara.
Fabian keluar dari ruangan kerjanya dengan perasaan kesal, ia menatap pintu kamarnya dan kembali terngiang dengan ucapan Alan.
"Tidak, bagaimana mungkin aku menikah dengan seorang wanita yang asal usulnya tidak jelas!" Monolognya.
ia pun memutuskan melangkah masuk ke dalam kamar. Namun, tidak melihat Olivia di sana.
"kemana, Dia?" Gumamnya.
Fabian mencari ke arah balkon kamar, dan mendapati Olivia yang tengah duduk melamun memandangi perkebunan teh yang terhampar luas.
Sesekali Olivia menyeka airmata yang sudah membasahi pipinya, dia terus menyesal karena telah mengenal Della.
"gara-gara dirimu, Della aku sudah tidak perawan lagi! Dan sekarang aku di kurung seperti ini. Aku tidak pernah berbuat salah padamu, tapi kenapa kau tega sekali! Hiks" Olivia terus menggerutu, ia tidak sadar ada pria yang tengah memperhatikannya.
"apalagi pria arogan itu, seenaknya saja meniduri ku! Kalau aku hamil bagaimana? Apa dia mau bertanggungjawab!" Monolognya sembari terisak.
"apa sebaiknya aku mengakhiri hidup ku saja? Sepertinya jika aku melompat dari sini, aku bisa langsung menemui almarhum ibu 'kan?!"
Olivia hendak melompat, kini ia sudah berada di pagar balkon. pikirannya begitu kalut, gadis polos sepertinya harus mengalami nasib tragis.
"jika aku hamil dan pria itu mencampakkan ku, aku bisa malu! lebih baik aku pergi saja daripada di dunia tersiksa seperti ini!" ucapnya dengan tubuh yang bergetar.
Fabian terus mengamati gerakan Olivia, matanya menatap datar wanita itu.
Olivia mengambil ancang-ancang untuk mengakhiri hidupnya. Namun, suara bariton Fabian tiba-tiba mengagetkannya.
"jika kau mati, maka aku akan menagih hutang kontrak kerja itu pada keluargamu!" ucap Fabian dingin.
"aku sudah tidak punya keluarga lagi! aku ini sebatang kara!" teriak Olivia.
"ck! Menyusahkan saja!" gerutu Fabian yang terlihat acuh.
Olivia Kembali pada keputusannya, sudah tidak ada ketakutan dalam hatinya. Tanpa aba-aba ia langsung melompat, namun tubuhnya tiba-tiba di tarik oleh pria arogan tersebut membuat Olivia jatuh menindih tubuh Fabian.
Mereka saling menatap satu sama lain, Mata indah Fabian membuat Olivia lebih tenang. Namun, lagi-lagi air matanya jatuh.
Fabian menarik nafasnya dalam, ia langsung bangkit dan mendudukkan Olivia di sampingnya. Olivia menunduk sedih, pandangan matanya tampak begitu kosong.
"kenapa menolong ku?" tanyanya datar tanpa melihat ke arah Fabian.
"ck! kalau kau mati di sini aku yang susah! lebih baik kau mati di tempat lain saja!" hardik Fabian kemudian menarik tangan Olivia untuk masuk ke kembali ke kamar.
Olivia pun pasrah, jika pria arogan itu menginginkannya lagi ia sudah tidak peduli. Olivia duduk di tepi ranjang, ia sudah tidak menangis. Namun, masih terlihat kosong.
Fabian terlihat jengah, ia berdiri di hadapan Olivia dan menatapnya datar.
"jika kau begini terus, aku benar-benar akan membawamu pada binatang peliharaan ku!" ancamnya.
Olivia tersenyum, ia bangkit dan berdiri mensejajarkan tubuhnya pada Fabian, tidak ada ketakutan lagi. ia sudah sangat pasrah.
"Dimana kandangnya? Antar 'kan aku ke sana, supaya aku tidak meninggalkan jasad ku di sini" ucapnya tanpa terlihat sedih.
Fabian begitu kesal, membujuk wanita bukanlah keahliannya. Ia tidak suka dengan wanita cengeng yang terus meratapi nasibnya. Fabian menarik tangan Olivia untuk keluar dari kamar, dia benar-benar ingin membuat wanita muda itu berhenti mengeluh.
Namun, saat di pertengahan anak tangga, terdengar suara Ambar berteriak memanggilnya. Fabian langsung berbalik arah dan kembali memasukkan Olivia ke dalam kamar.
Olivia mengerutkan keningnya, ia bingung dengan sikap Fabian yang tiba-tiba membawanya kembali.
"Tuan, kenapa tidak jadi? Aku sudah siap jadi santapan binatang peliharaanmu" ucapnya.
"nanti saja! Di bawah ada Oma ku, jangan berisik dan jangan melakukan hal konyol seperti tadi!" ucap Fabian kemudian menutup pintu balkon dan tak lupa menguncinya, ia juga mengamankan benda tajam di kamar itu sebelum akhirnya keluar menemui Ambar.
"tetap diam! jangan bersuara!" ucapnya dan akhirnya keluar dari kamar. namun, ia begitu terkejut melihat Ambar yang tengah berdiri menatapnya tajam.
"Mama?" sapanya.
Ambar tidak menjawab, ia menatap Fabian dengan tatapan menyelidik.
"apa kau menyimpan seorang wanita di dalam?" Tanyanya.
"tidak ada, ma" jawab Fabian tenang.
"benarkah?" Tanya Ambar sekali lagi.
"iya, lebih baik kita ke bawah saja , mama. Kau sepertinya sangat lelah" ucap Fabian mengalihkan pembicaraan.
Ambar seketika lupa dengan kecurigaannya, ia sangat senang Fabian mau memperhatikan dirinya.
"apa mama membutuhkan sesuatu?"
"mama tidak butuh apapun, hanya ingin beristirahat saja" ucap Ambar lembut.
"kalau begitu, aku antar ke kamar mama ya" Fabian dengan sigap menuntun Ambar ke kamar yang berada di lantai utama. Setelah itu, ia kembali ke kamarnya menemui Olivia.
...****************...
Della terlihat bahagia, ia duduk di tepi kolam renang bersama seorang pria yang tak lain pacar Olivia yang kini telah ia rebut. Della membuat cerita pada Kenzo bahwa Olivia sudah kabur bersama seorang duda.
"ternyata kau cantik juga, Della. Kenapa aku tidak pernah menyadarinya?" puji Kenzo.
Della tersenyum, usahanya untuk menyingkirkan Olivia tidak sia-sia.
"kau saja yang tidak pernah melihat ku" ucapnya.
Kenzo meraba pipi Della yang kini tampak malu-malu, mereka sudah seperti sepasang suami istri. Tidak ada jarak di antara mereka, hingga dua orang itu melakukan hubungan terlarang yang seharusnya tidak terjadi.
"Jadi, apa kau masih mau menikah dengan Olivia?" Tanyanya, sengaja membuat Kenzo marah saat mendengar nama Olivia.
"ck! Wanita jalang itu, dia tidak pantas mendapatkan aku. Della!" ucapnya dengan rahang yang mengeras.
Della tersenyum senang, sudah di pastikan ia yang akan menjadi Nyonya Kenzo. sudah lama Della menaruh hati pada Kenzo, hingga ia selalu mencari cara untuk menghancurkan hubungan sahabatnya itu. Di tambah lagi, ia punya dendam pada Olivia karena para pria selalu menyukai Olivia ketimbang dirinya.
"kalau aku yang menikah denganmu bagaimana?" Tanya Della tanpa malu-malu.
Kenzo tampak berpikir, meski ia sudah tidur bersama Della. Namun, wanita itu belum tersemat di hatinya. Olivia masih ada di relung hatinya meski tertutup rasa kecewa juga amarah.
"Hem, nanti kita pikirkan lagi" ucapnya tidak mau membuat Della berfikir yang tidak-tidak.
Della mengatup bibirnya, ia masih belum mendapatkan jawaban yang pasti dari Kenzo. Namun, ia bertekad untuk selalu membuat Kenzo nyaman.
Kenzo mengajak Della kembali ke kamar untuk melakukan kegiatan itu lagi, tentu saja Della mengiyakannya tanpa rasa malu sedikitpun.
"jika aku hamil, aku yakin dia pasti akan menikahi ku" Gumamnya sembari tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments