episode. 17

Fabian telah sampai di kantor, wajahnya berseri tak nampak aura arogan yang biasa ia tunjukkan jika berada di tempat kerjanya. Para karyawan mengerutkan keningnya menatap bingung sang Tuan, bahkan tanpa disangka Fabian membalas sapaan salah satu staf.

"Aku tidak menyangka dia mau tersenyum padaku meski hanya tersenyum tipis saja." Ucap salah satu staf pada staf lainnya.

"Mungkin pawangnya bagus kali ini."

Mereka pun tertawa pelan, Fabian terlihat tak peduli ia terus berjalan masuk hingga akhirnya bertemu Alan yang berdiri di depan pintu ruang rapat.

"Tuan, nona Sandra sudah menunggu anda sejak setengah jam yang lalu." Ucap Alan memberitahu.

Fabian hanya mengangguk ia masuk dengan gaya santainya, dan tas yang ia pegang ia serahkan pada Alan.

Sandra tersenyum senang saat orang yang paling ia tunggu akhirnya muncul. Ia berdiri hendak menyapa Fabian yang juga tersenyum padanya.

"Selamat pagi, nona. Maaf, saat terlambat karena ada sesuatu yang harus di urus." Ucap Fabian.

Alan menarik kedua sudut bibirnya, dalam hati jelas ia sedang mencibir sang Tuan.

"Pagi, tuan Fabian. Tidak apa, saya sudah terbiasa menunggu, hal ini bukanlah masalah." Balas Sandra.

Fabian mengangguk paham, ia tak ingin memperlama obrolan yang menurutnya tak penting itu.

"Baiklah, mari kita mulai saja rapat ini. Alan, segera siapkan semuanya." Pinta Fabian pada Alan yang tengah berdiri di samping Fabian.

Asisten itu pun langsung bergerak mengikuti perintah Fabian, ia memberikan beberapa berkas untuk di bagikan kepada Sandra dan para staf yang ada di ruangan itu.

Sandra sedikit kecewa, karena Fabian tidak melanjutkan obrolan yang sudah membuat hatinya tersenyum. Tapi, ia tahu bagaimana Fabian yang tidak suka membuang waktu.

Akhirnya mereka melakukan rapat hingga menjelang makan siang, keduanya sudah mendapatkan kesepakatan kerjasama yang baik.

"Tuan, bisa kita atur makam malam bersama atas suksesnya kerjasama yang akan kita jalin ini?" Usul Sandra pada Fabian.

Tentu saja itu bukan hanya sekedar makan malam bersama, ada hal lain yang ingin Sandra lakukan. Wanita itu benar-benar terobsesi dengan Fabian, yang meski ia tahu sudah memiliki istri lagi.

Fabian hanya bersikap datar, tak ada raut wajah kebahagiaan. Ia melirik sekilas pada Alan seolah memberikan kode yang hanya dia dan sang asisten saja yang tahu. Alan mengerti dan ia pun mengangguk.

"Soal itu, bisa kita atur nanti, Nona." Kali ini Alan yang menjawab. Sandra yang sudah berharap seketika merasa kesal, ia sedikit tidak di hargai tapi tidak ingin membuat keributan. Ia tidak mau kerjasama ini di batalkan begitu saja, karena sesuatu yang tidak begitu penting.

"Baiklah kalau begitu, kami pamit dulu kalau begitu. Terimakasih telah menerima kami di kantor ini." Ucap Sandra sembari tersenyum.

"Terimakasih juga sudah mau berkunjung kemari, nona." Ucap Alan.

Sandra dan asistennya pun meninggalkan ruang rapat itu. Sebelumnya, Fabian juga menjabat tangan wanita itu. Tapi, ia tidak mengantar Sandra hingga keluar kantor hanya sampai pada pintu ruang rapat saja.

...----------------...

Olivia bingung harus berbuat apa, ia bosan hanya menonton televisi saja. Gadis itu tak mempunyai ponsel yang bisa ia gunakan untuk menghabiskan waktu jika sedang ada waktu lenggang.

"Sepertinya memasak bisa menghilangkan jenuh. Kebetulan aku juga sudah lapar." Pikirnya sembari berjalan menuju area dapur.

Sesampainya di depan lemari pendingin, ia membukanya dan langsung mengambil beberapa bahan yang begitu lengkap untuk di jadikan berbagai santapan. Ya, satu hari sebelum Fabian memutuskan untuk tinggal di apartemen miliknya itu, ia menyuruh asistennya dan satu pelayan berbelanja kebutuhan pokok lengkap dengan sayuran dan buah-buahan.

Olivia mulai memasak bahan-bahan yang sudah ia ambil, seketika ia lupa dengan rasa bosannya. Alat masak yang di gunakan benar-benar membuatnya bahagia.

"Sepertinya sisi lain ku sebagai seorang ibu mulai keluar." Gumamnya sambil memotong sayuran yang akan ia masak.

Namun, saat sedang asyik mengkreasikan masakannya, seseorang memencet bel pintu apartemen. Tak tanggung-tanggung orang tersebut memencetnya hingga berkali-kali hingga Olivia merasa kesal sendiri.

"Siapa sih!" Gerutunya sembari berjalan menuju pintu.

Sampai di depan pintu, Gadis itu tiba-tiba teringat dengan ucapan Fabian yang memberi peringatan untuk tidak menerima tamu sembarangan. Namun, bel pintu terus berbunyi hingga Oliva semakin bingung. Akhirnya ia memutuskan untuk mengintip melihat orang tersebut dari sebuah kamera kecil yang terpasang di pintu.

Olivia seketika panik siapa yang ada di luar, ia pun bergegas membukanya dan mendapati Ambar yang tengah menahan kesal.

"Darimana saja, kau?!" Hardik Ambar sambil tangannya terlipat di dada.

"Hem, maaf Nyonya. Saya sedang memasak tadi," jawab Olivia merasa tak enak hati.

Ambar tersenyum samar, namun seketika wajahnya kembali ketus. Ia pun masuk dengan langkah yang begitu angkuh, memperhatikan setiap detail ruangan apartemen itu. Olivia menelan ludahnya kasar, ia merasa sedang di sidak oleh mertuanya.

"Hem, bau apa ini?!" Ucap Ambar.

Olivia seketika sadar, ia berlari ke dapur untuk melihat masakan yang ia tinggal tadi. Rupanya ayam yang sedang ia goreng sudah hangus. Olivia panik, ia buru-buru mematikan kompor dan meniriskan ayam goreng hangus itu.

Ambar menggelengkan kepalanya pelan, ia menatap Olivia yang terlihat lemah. Keningnya berkeringat, ayam goreng telah tiada. Padahal dia sudah lapar, karena hari sudah begitu siang.

"Kau tidak bisa memasak, ya?!" Bentak Ambar lagi.

"Hem, tidak bukan begitu, nyonya. Saya bisa memasak hanya saja tadi saat membuka pintu, tidak mematikan kompornya dulu." Ucap Olivia menjelaskan.

Ambar duduk disebuah meja bar mini yang menjadi pembatas antara dapur dan ruang tengah.

"Sudah! Buang semua itu, Fabian tidak akan mau memakan masakan mu!" Ucap Ambar yang langsung membuat Olivia terlihat sedih.

Meski sedih Olivia tetap menurut membuang semua itu, setelah itu ia mencuci alat-alat masak dengan wajah yang murung. Ambar hanya memperhatikan, ia tidak melepas sama sekali tatapannya itu.

"Sudah, nyonya." Ucap Olivia tak bersemangat.

Ia sedih bukan karena Fabian tak mau memakan makanannya, tapi karena bahan masakan yang masih bisa olah itu harus dibuang.

"Mubazir sekali!" Batinnya.

Ambar masuk ke kamar dimana Fabian dan Olivia tidur bersama diikuti oleh Olivia di belakangnya, lalu ia berjalan ke kamar sebelah yang tampak begitu rapi. Senyuman tipis terbit di sudut bibirnya, entah apa yang dipikirkan wanita itu.

"Ganti pakaianmu!" Ucap Ambar.

"Maaf nyonya, memangnya ada apa? Apa pakaian yang saya pakai ini tidak bagus?" Tanya Olivia yang bingung.

"Nyonya? Aku tidak sedang berbicara pada pelayan!" Ucap Ambar dengan suara yang agak keras.

Olivia semakin bingung, ia hanya melihat Ambar meminta penjelasan.

"Kau ini kenapa bodoh sekali, Olivia! Panggil aku Mama, bukan nyonya dimana pun berada. Heran sekali, sepertinya Fabian tidak menikah dengan seorang pelayan!" Ambar mengomel namun kali ini ia menurunkan nada bicaranya.

"Mama?" Gumamnya.

Olivia merasa tidak pantas memanggil Ambar dengan sebutan itu, tapi ia tidak bisa menolak karena Ambar terus menatapnya tajam.

"Yasudah cepat ganti pakaianmu! Mama tunggu di ruang tengah." Ucap Ambar kemudian pergi meninggalkan Olivia yang masih bingung.

Gadis itu melihat isi lemari berharap ada satu gaun yang bagus yang bisa ia kenakan, matanya terbelalak saat melihat isi lemari yang dia sendiri tidak tahu kapan gaun-gaun indah itu tertata rapi disana. Pagi tadi Olivia memakai gaun yang berada di atas kasur pemberian Fabian, ia belum sempat membuka lemari pakaian yang ada di walk in closed.

Olivia mengambil satu gaun yang menurutnya terlihat tidak berlebihan tapi begitu elegan. Ia pun memakainya.

"Cantik." Gumamnya saat menari di depan cermin.

Setelah itu Olivia keluar menemui Ambar, gadis itu berjalan perlahan mendekati sang mertua yang sedang asyik dengan ponselnya.

"Nyonya eh Mama, saya sudah selesai." Ucapnya.

Ambar menatap kearah Olivia, seketika ia pun terkesima melihat tampilan Olivia yang semakin mirip dengan seseorang.

"Mungkinkah?" Gumamnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!