episode 12

Esok harinya acara pernikahan pun di gelar, Olivia menatap dirinya di depan cermin. Ia baru saja selesai dirias. Olivia terlihat begitu cantik, balutan gaun yang ia kenakan begitu pas dengan lekukan tubuh yang begitu indah.

Namun, gadis itu terlihat tidak bersemangat. Apalagi sejak pagi Ambar terlihat tidak suka menatap dirinya, wanita paruh baya itu selalu bersikap ketus padanya. Membuat Olivia ingin pergi dari gedung tersebut, Olivia merasa sendiri. Bahkan para perias pun tidak tersenyum sama sekali.

"Olivia!" Teriak seseorang dari ambang pintu.

Olivia tersadar dari lamunannya ia mengerutkan keningnya, menoleh kearah ambang pintu. Ia tidak mengenal siapa wanita yang meneriakinya dengan suara yang cukup keras.

Wanita itu pun mendekatinya, ia terlihat bahagia saat bertemu Olivia. Bahkan ingin sekali ia memeluk calon pengantin itu.

"Kau tidak mengenalku?!" tanyanya dengan ekspresi senang.

Olivia mencoba mengingat siapa gadis yang ada di depannya itu, ia merasa tidak asing dan pernah bertemu.

"siapa? Aku benar-benar tidak tahu siapa dirimu." ucap Olivia sopan.

Gadis memajukan bibirnya, ada sedikit rasa kecewa karena Olivia tidak mengenal dirinya.

"Kau sungguh tidak tahu siapa aku? Teman main mu saat di desa T dulu." Gadis itu tak putus asa mencoba mengingatkan Olivia.

Beberapa detik berpikir, mengingat masa lampau saat ia masih berada di sebuah desa yang cukup terpencil. Mata Olivia memicing menatap wanita itu. Hingga akhirnya Olivia pun mengingatnya.

"apa kau, Lucy?" Olivia memastikan berharap seseorang itu adalah orang yang ia sebut namanya.

Lucy mengangguk cepat sambil tersenyum, hal itu membuat Olivia bahagia. Mereka pun saling berpelukan melepaskan rindu yang sudah berpuluh tahun tak bertemu.

"Apa kabar, Oliv? sudah lama aku mencari keberadaan mu." ujar Lucy di selingi airmata.

Olivia juga ikut menangis haru, teman lama yang hilang kini bertemu kembali.

"Aku baik, Lucy." jawab Olivia dengan deraian airmata.

"Aku rindu padamu, saat kau pergi meninggalkan desa itu aku sama sekali tidak memiliki teman," ungkap Lucy mengingat kejadian masa kecilnya saat Olivia hijrah ke kota bersama ibunya.

Olivia melepaskan pelukannya, ia menghapus air mata yang membanjiri pipi chubby temannya itu. Meski begitu makeup yang ia pakai tidak luntur sama sekali.

"Maafkan aku, aku harus pergi mengikuti ibuku," ucap Olivia merasa menyesal.

Lucy tersenyum, ia tak mau membuat temannya ini sedih.

"Sudahlah, yang penting sekarang kita sudah bertemu kembali. Aku tidak menyangka ternyata kaulah pengantin wanitanya." ucap Lucy menghibur Olivia.

Olivia tersenyum getir, namun tak ingin terlihat bersedih di depan teman masa kecilnya itu.

"Hem, kenapa kau bisa ada disini, Lucy?" tanya Olivia yang bingung tiba-tiba melihat Lucy di gedung itu.

"Kau benar-benar tidak tahu?" ucap Lucy.

Olivia hanya mengangguk menatap Lucy yang kini tersenyum manis padanya.

Belum sempat menjawab, dua orang wanita menyuruh Olivia keluar untuk menemui Fabian. gadis itu tidak tahu kalau dia sudah resmi menjadi istri pria itu.

"Ayo! Olivia, kak Fabian sudah menunggu." seru Lucy yang langsung merangkul lengan Olivia menuju ballroom hotel tempat dimana acara pernikahan itu diadakan.

"Kakak?" Batinnya bertanya-tanya.

Olivia dibawa duduk tepat di samping Fabian yang begitu tampan dengan balutan jas. Ia lebih tampan saat melaksanakan pernikahan yang kedua ini dibandingkan dengan pernikahan yang pertama. Meski dia sudah pernah menikah, tetap saja Fabian merasa gugup mengucapkan janji suci pernikahan itu.

Olivia menatap sekilas kearah Fabian, lalu memalingkan wajahnya kearah lain. Sejujurnya ia begitu terpesona melihat suaminya itu. Namun, Olivia tak ingin Fabian masuk kedalam hatinya membiarkannya tinggal di sana.

"Nona, selamat! Anda dan Tuan Fabian telah menikah." ucap seorang pria paruh baya yang duduk berhadapan dengannya.

Olivia mengerutkan keningnya menatap Fabian dan pria paruh baya itu secara bergantian.

"Ada apa?" tanya Fabian dengan sikap dinginnya.

Olivia menggelengkan kepalanya pelan kemudian tertunduk sedih. Tak ada lagi harapan untuk pergi, kini Olivia telah resmi menjadi seorang istri yang harus mengabdi pada suaminya.

pria paruh baya tadi menyuruh Olivia untuk menandatangani sebuah berkas pernikahan. Batinnya tak tenang, Olivia ingin berteriak. Namun, harus ia tahan mengingat banyaknya orang yang sedang memperhatikan keduanya.

Setelah menandatangani berkas itu, Fabian diminta untuk mencium kening Olivia. para fotografer dengan sigap mengabadikan moment tersebut. Olivia tampak canggung namun tidak dengan Fabian.

Setelah itu mereka di bawa ke sebuah pelaminan untuk foto bersama. Olivia menatap Fabian yang tersenyum kearah kamera, dan lagi-lagi ia terpesona melihat senyuman yang tidak pernah ia lihat itu.

"Aku tahu aku tambah, berhentilah memandangi ku seperti itu!" Ucap Fabian setengah berbisik.

Olivia tampak malu, ia membuang pandangannya kearah lain.

Tak beberapa lama, Ambar pun naik keatas pelaminan untuk mengucapkan selamat atas pernikahan itu. Ia memeluk sang anak dengan erat, bahkan airmatanya menetes bahagia karena pernikahan itu. Fabian bingung Karena pernikahan pertamanya ia tidak bersikap demikian. Malah terlihat dingin dan datar.

"Selamat sayang, jaga Olivia baik-baik. Mama tahu ini tidak mudah bagimu, tapi Mama yakin seiring berjalannya waktu pasti kalian akan saling jatuh cinta dan menyayangi." Ucap Ambar setengah berbisik.

Kini ia beralih pada Olivia, Olivia pun tersenyum getir menatap sang mertua. Tanpa disangka Ambar pun membalas senyuman menantunya itu dengan senyuman yang begitu tulus. Olivia tak percaya, kemarin Ambar terlihat tak suka padanya bahkan tak mau menyapa atau sekedar membalas senyumannya. Namun, kali ini sangat berbeda Ambar menunjukkan sikap yang lembut pada Olivia.

"Mulai sekarang panggil saya Mama, karena dirimu sudah menjadi bagian dari hidup Mama." ucap Ambar.

"Benarkah? Terimakasih nyonya eh Mama." ucap Olivia lembut.

"Semoga kau tahan dengan sikap Fabian, dan mama minta satu hal darimu, jangan pernah meminta berpisah padanya apapun masalah kalian. Jika kau tidak sanggup menghadapinya ceritakan pada Mama, Mama akan menegurnya, nanti." Ucap Ambar dengan senyuman dan sesekali melirik kearah Fabian.

Olivia seketika melupakan sakit hatinya, ia menyangka Ambar tidak seburuk yang ia pikirkan.

...----------------...

Acara pernikahan itu digelar hingga sore hari, banyak tamu yang menghadirinya. Meski ini pernikahan yang kedua bagi Fabian. Namun, Ambar menggelarnya begitu mewah semua kolega mendapatkan undangan pernikahan itu. Banyak yang bahagia, dan juga yang merasa aneh karena Fabian tidak pernah menunjukkan siapa calon istrinya pada mereka. Tiba-tiba saja dia melakukan pernikahan, dan tentu saja membuat kaget hampir seluruh rekan bisnisnya.

Beberapa dari mereka sepertinya tahu, bahwa Olivia bukanlah dari keluarga kalangan terpandang. Banyak diantara Mereka menyayangkan pilihan Fabian. Namun, sebagian lagi begitu kagum karena mereka pikir Fabian bukanlah pria yang melihat seseorang dari kastanya.

Diantara tamu-tamu itu, terlihat Fanny juga menghadiri pesta pernikahan mantan suaminya. Ia duduk menyudut dengan perasaan marah, hatinya tak terima saat ia tahu ternyata istri Fabian lebih cantik dan muda darinya.

"Kau tidak boleh jadi miliknya, sialan!" Gumamnya dengan gigi yang tertutup rapat.

Wanita itu mengepalkan tangannya kuat, ia akan melakukan sesuatu untuk merebut kembali Fabian dari Olivia.

Keinginan untuk menunjukkan gaun yang ia pakai pada Fabian harus ia urungkan, sebab beberapa diantara tamu undangan itu pernah memiliki hubungan khusus dengannya saat masih menikah dengan Fabian.

Fanny datang bersama seorang pria yang tak lain teman bisnis Fabian, ia meminta ikut dengan pria agar bisa masuk ke acara pernikahan tersebut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!