episode. 15

Fanny mendatangi kediaman Ambar yang juga merupakan kediaman mantan suaminya. Ia memakai gaun yang begitu sopan untuk menarik perhatian Ambar kembali, Fanny yakin mantan mertuanya itu mau menerimanya jika ia bersikap baik seperti itu.

Suara bel pintu terdengar nyaring, buru-buru ketua pelayan membukakan pintu tersebut. Ketua pelayan pun terkejut melihat Fanny tengah berdiri tersenyum sinis menatapnya.

"Nona Fanny?" Ucap sang ketua pelayan.

Fanny menerobos masuk sembari menabrak bahu ketua pelayan itu. Kemudian ia berbalik dengan gaya angkuhnya.

"Mana nyonya Ambar? Aku ingin bertemu dengannya!" Ucapnya ketus.

Ketua pelayan yang sejak awal sudah jengkel, dengan kemunculan wanita yang ada di hadapannya ini pun memiliki keberanian untuk mengusirnya.

"Lebih baik anda keluar dari sini, Nona! Nyonya Ambar tak akan mau bertemu dengan anda." Ucapnya dengan suara yang begitu dingin.

Fanny tercengang, ketua pelayan yang dulu patuh padanya kini berbalik menyerang dirinya. Wanita itu tidak terima, ia lantas mendekati wanita yang umurnya sudah menginjak enam puluh tahun itu dengan sikap yang begitu kejamnya.

"Oh! Berani sekali kau mengusirku! Kau lupa siapa aku, hah?!" Sergah Fanny dengan mata yang menyalang.

Ketua pelayan itu tersenyum tipis, ia tak takut sama sekali mengingat Fanny kini bukanlah siapa-siapa lagi di rumah itu.

"Aku ingat, Nona. Anda itu sudah menjadi orang asing, dan nyonya Ambar tidak suka dengan orang asing yang hendak mengusik ketenangannya!" Ucap sang ketua pelayan tak kalah pedasnya.

Fanny benar-benar geram, ia mencengkram kerah baju pelayan itu, matanya melotot tajam.

"Hei, babu! Sebaiknya jaga ucapanmu! Mertuaku itu tidak pernah menganggap ku sebagai orang asing! Aku yakin dia masih menyayangi ku layaknya anak sendiri!" Ucap Fanny begitu yakin.

Ketua pelayan itu melepaskan tangan Fanny dengan hentakan yang cukup kuat, hingga wanita itu bergeser kebelakang.

"Aku tidak punya waktu meladeni orang sepertimu, nona. Segeralah angkat kaki dari sini, sebelum petugas keamanan menyeretmu keluar!" Ketua pelayan memberikan peringatan keras. Namun, Fanny tidak gentar ia berjalan mendekati pelayan itu lagi dan hendak menampar pipinya. Namun, gerakan tangannya terhenti saat wanita yang ingin ia temui berteriak kencang.

"Hei!" Teriak Ambar yang berdiri tidak jauh dari keduanya.

Fanny terkejut, ia menurunkan tangannya lalu menoleh kearah sumber suara. Ia pun tersenyum tanpa rasa bersalah, dan hendak menghampiri Ambar.

"Jangan mendekat!" Ucap Ambar tegas.

Fanny membulatkan matanya, ia tak percaya dengan apa yang di ucapkan mantan mertuanya itu.

"Mah, apa mama lupa denganku? Aku Fanny, mah menantu mama." Ucap Fanny mencoba mengingatkan.

Ambar tersenyum sinis, ia berjalan menghampiri Fanny yang menunjukkan ekspresi sedih.

"Menantu? Anak laki-laki hanya ada satu, tapi bukan kau istrinya!" Cibir Ambar.

"Ma, aku dan Fabian masih saling mencintai, biarkan kami hidup bersama-sama lagi, mama jangan pisahkan aku dan Dia!" Ucap Fanny, airmata buaya yang ia tahan sejak tadi akhirnya pun keluar. Fanny merasa Ambar telah berubah.

"Maaf Fanny, dia sudah bahagia dengan istri barunya. Kau carilah kebahagiaan mu sendiri, jangan ganggu Fabian lagi." Ucap Ambar menasehati.

"Kenapa mama berubah seperti ini?! Apa karena wanita j*l*ng itu?!" Sergah Fanny tak terima.

Ambar tersenyum sinis, menyoroti penampilan Fanny. Matanya menyiratkan kebencian yang mendalam, karena wanita yang ada dihadapannya ini sudah merusak kepercayaannya.

"Kau tak pantas menyebutnya seperti itu, dia gadis baik-baik! Seharusnya kau berkaca, Fanny!" Ucap Ambar dingin.

Fanny mengepalkan tangannya kuat, emosinya hendak meledak. Ingin rasanya ia menarik rambut Ambar lalu mengh*j*rnya Tampa ampun.

"Kenapa kau masih diam?! Cepat panggil satpam! Seret dia Keluar dari rumahku ini! Dan setelah itu, bersihkan lantai bekas pijakan kakinya!" Pinta Ambar pada ketua pelayan.

Fanny begitu geram, tangannya terangkat hendak melayangkan sebuah tamparan di pipi wanita paruh baya itu. Namun, dengan cepat ketua pelayan menariknya keluar.

"Kurang ajar! Awas kau wanita tua sialan! Aku akan membuat perhitungan pada keluargamu!" Teriak Fanny kesetanan.

Ambar tidak peduli, ia pergi begitu saja meninggalkan Fanny yang kini telah berada di teras rumah itu. Wanita paruh baya itu tidak takut dengan ancaman yang menurutnya bukanlah masalah besar.

"Jika kau berani menyentuh Olivia, maka aku pastikan kedua tanganmu tidak berada lagi di tempatnya!" Monolog Ambar sembari berjalan.

Fanny semakin gila saat petugas keamanan datang dan langsung menyeretnya keluar dari pekarangan rumah tersebut, ia memaki dengan suara yang keras. Sehingga orang-orang yang berlalu lalang di jalan itu menatapnya aneh.

...----------------...

Alan mendatangi apartemen Fabian dan Olivia, ia sedikit tergesa-gesa karena mendapat kabar dari Ambar bahwa Fanny sudah berani datang ke rumah itu.

"Nona Fanny hendak membuat perhitungan pada keluarga anda, dan sepertinya yang akan menjadi incaran utamanya adalah nona Olivia." Ucap Alan menyampaikan informasi itu pada Fabian.

"Tidak ada yang bisa menyentuh, Olivia selain aku!" Ucap Fabian dingin.

Alan mengerutkan keningnya, ucapan Fabian itu seolah ia melindungi Olivia secara tidak langsung. Belum pernah ia mendengar kata-kata itu, saat istri pertamanya mendapatkan sebuah ancaman dari seseorang.

"Tuan, anda tahu dia wanita gila yang akan melakukan apa saja, apabila keinginannya tidak terpenuhi." Alan mengingatkan Fabian sekaligus ingin tahu reaksi bosnya itu.

Fabian bangkit dari duduknya, menatap dingin sang asisten.

"Untuk apa aku mempekerjakan dirimu, jika hal seperti ini saja kau tidak bisa mengurusnya!"

Alan menelan ludahnya kasar, ia tahu kearah mana ucapan Fabian.

"Tapi Tuan, anda tentu tahu pekerjaanku banyak sekali akhir-akhir ini, apalagi anda baru saja membeli perusahaan baru." Alan menolak tugas baru dari Fabian tanpa secara langsung.

"Kau punya otak?" Tanya Fabian pada Alan.

Alan mengangguk pelan.

"Gunakan otakmu, Alan! Aku tidak memintamu Langsung untuk turun mengerjakan semuanya! Pakai orang untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu pada keluargaku!" Maki Fabian.

Alan tertawa getir, pria itu sama sekali tidak berpikir sampai kesana.

"Hehehe, maaf Tuan. Saya akan mengusahakannya." Ucapnya polos.

Fabian meninggalkan laki-laki itu sendiri di ruang tamu. Ia benar-benar jengah menghadapi pria yang sudah bertahun-tahun menjadi tangan kanannya itu.

"Sudah lama bekerja aku pikir dia semakin pintar! Ternyata sama saja, tidak ada perubahan apapun!" Fabian mengomel sembari masuk kedalam kamar, dan dia berpapasan dengan Olivia yang hendak pergi ke dapur. Gadis itu menatap bingung pada Fabian.

"Ada apa?" Gumamnya.

Olivia berjalan menuju dapur, dan tidak sengaja melihat Alan yang tengah duduk dengan wajah frustasi. Gadis itu pun menghampirinya, tapi sebelumnya ia membuatkan minuman terlebih dahulu.

"Tuan, kapan anda datang?" Tanyanya sembari meletakkan secangkir teh di atas meja.

Alan melotot ke arah minuman tersebut, jantungnya berdebar kencang. Bukan karena jatuh cinta, tapi takut Fabian marah.

"Nona, ku mohon bawa kembali minuman ini! Aku tidak bisa meminumnya!" Ucapnya panik.

"Kenapa?! Kau alergi teh ya? Kalau begitu aku buatkan kopi saja, mau?" Tawar Olivia.

"Tidak nona, tidak usah. Sebaiknya Anda bawa saja ke dapur teh ini!" Ucap Alan sembari melihat ke arah dimana kamar Fabian berada, takut pria itu keluar secara tiba-tiba dan memakinya lagi.

Olivia heran dengan gelagat asisten suaminya itu, namun ia tidak curiga sama sekali.

"Ya sudah minum saja, daripada di buang. Aku memang sengaja membuatkannya untukmu." Olivia memaksa.

Wajah Alan tampak pucat dan berkeringat, ia begitu gelisah.

"Tidak, bawa saja Nona, saya tidak mau meminumnya."

Mata Olivia memicing, gadis itu berpikir bahwa Alan tak menyukai teh buatannya.

"Kau tahu tuan Alan, teh buatan ku ini enak sekali. Coba saja dulu, biar anda tahu rasanya." Ucap Olivia tetap memaksa.

Tangan Alan bergetar, mau tidak mau ia meraih minuman itu. Ia merasa tidak enak pada Olivia karena sudah bersusah payah membuat minuman untuknya.

Setelah ia menenggak habis minuman itu, tiba-tiba Fabian memanggil Olivia dengan suara yang menggema.

"Olivia!"

Alan semakin takut, ia berlari membawa cangkir itu ke dapur kemudian mencucinya.

"Hei, tidak usah di cuci, biar aku saja nanti." Cegah Olivia.

Alan tak menjawab, ia tetap membersihkan cangkir itu. Kemudian buru-buru pamit pulang.

"Nona, ini sudah malam. Saya pamit dulu." Ucapnya lalu menghilang dari balik pintu.

Olivia menggelengkan kepalanya pelan, ia benar-benar bingung melihat tingkah Alan yang seperti di kejar oleh setan. Namun, seketika ia berpikir jika Alan memang tidak bisa meminum teh hangat.

Suara bariton Fabian terus bergema memanggil sang istri yang tengah berdiri menatap pintu apartemen itu.

Merasa Olivia tak kunjung datang, Fabian pun memutuskan untuk menghampirinya.

"Kau sedang apa?!"

"Hem, itu tuan Alan pulang dengan tergesa-gesa, setelah meminum teh yang aku buatkan untuknya. Aku jadi takut kalau dia benar-benar memiliki alergi pada secangkir teh." Ucap Olivia merasa bersalah.

"Jadi kau membuatkan seorang asisten minuman?" Tanya Fabian tak habis pikir.

Olivia mengangguk pelan tanpa beban.

"Olivia, tidak pernah aku mendengar atau melihat seorang istri CEO kaya raya membuatkan minuman untuk bawahannya!"

Olivia menatap Fabian bingung dan mengedipkan matanya beberapa kali.

"Istri CEO? Memangnya kenapa, apa ada yang salah?" Olivia benar-benar tidak mengerti.

Fabian berjalan mendekati gadis itu, tatapannya begitu tajam.

"Kau harus menebus kesalahanmu, Olivia!" Ucap Fabian dingin.

"Hah? Memangnya aku salah apa?! Kau yang benar saja, Tuan!" Olivia masih belum mengerti, bahkan ia menantang pria dingin itu.

Fabian tak mau membuang-buang waktu, ia langsung mengangkat tubuh gadis itu dan menaruhnya diatas pundak, ia melakukannya seperti membawa sekarung beras.

"Hei! Apa yang kau lakukan?! Turunkan aku!" Teriak Olivia.

"Kau harus membayarnya!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!