episode 7

Malam hari, Olivia terbangun dari tidurnya ia melirik kearah samping dimana Fabian berada. Namun, bukannya marah pipi Olivia malah bersemu merah. Ia kembali teringat dengan perlakuan pria itu sore hari tadi. beberapa menit memikirkan hal yang tidak seharusnya ia pikirkan itu, akhirnya ia pun tersadar. Olivia menggelengkan kepalanya cepat mengusir pikiran-pikiran menjijikkan itu.

"Jika kita dalam ikatan yang sah, aku pasti dengan sukarela melayanimu." ucapnya tanpa sadar.

plak!

Olivia memukul mulutnya sendiri, ia menyesal berkata demikian.

"Olivia! Kenapa kau berkata seperti itu?!" ucapnya kesal.

Olivia pun memutuskan untuk turun dari ranjangnya, tenggorokannya terasa kering. Ia melihat gelas yang berada di samping tempat tidur telah kosong. Akhirnya mau tidak mau Olivia mengambilnya sendiri ke dapur.

Perlahan ia membukanya pintu kamar dan berjalan menuruni anak tangga hingga sampai ke dapur untuk mengisi air di gelas yang ia pegang.

Setelah mendapatkan air yang ia mau, Olivia langsung menenggaknya hingga habis tak bersisa.

"ah, rasanya lega sekali." monolognya sembari menyeka dagunya yang sudah basah karena tumpahan air dari bibirnya.

Olivia mengisi gelasnya lagi untuk ia bawa ke kamar. Namun, baru setengah gelas yang terisi tiba-tiba seseorang memukul bahunya. Olivia benar-benar terkejut dan nyaris menjatuhkan gelas yang ia pegang.

"astaga!"

Gadis itu pun menoleh dan mendapati Fabian yang tengah berdiri menatapnya dengan tatapan datar.

"Tuan? Ck! Mengagetkan ku saja!" gerutunya sembari mengelus dadanya.

"Sedang apa kau?" tanya pria itu.

"aku haus, air di kamar tidak ada jadi aku turun kebawah untuk mengambilnya." jawab Olivia jujur.

"kenapa kau tidak membangunkan ku?" tanya Fabian lagi.

"untuk apa? Aku bisa melakukannya sendiri!" jawab Olivia ketus.

Tampaknya Fabian benar gemas melihat jawaban gadis yang ada di hadapannya ini. Ia mendekati wajahnya dan menatap Olivia begitu lekat, sehingga yang di tatap tampak salah tingkah.

"Tuan, kau mau apa?" tanyanya dengan sikap awas sambil memegang gelas sebagai tameng.

Fabian tidak menjawab, ia mencium aroma tubuh Olivia yang menjadi candu baru untuknya.

"Kau pakai parfum apa?" tanya Fabian.

"Hem?" Olivia kesulitan menjawab ia takut jujur karena terlalu berani memakai parfum milik pria itu.

Fabian mengendusnya lagi, namun kali ini semakin dekat hingga ujung bibirnya menyentuh tengkuk leher gadis itu. Seketika Olivia pun meremang, jantungnya berdebar kencang.

"ya Tuhan selamatkan aku!" batinnya lirih.

Beberapa menit Fabian tenggelam dalam ketenangan yang ia dapatkan dari aroma tubuh Olivia, tiba-tiba ia tersadar karena suara derap langkah kaki yang sedang menuruni anak tangga terdengar jelas.

Fabian langsung menarik tangan Olivia untuk bersembunyi di bawah meja makan. Olivia menatap heran pria itu, matanya tak bisa lepas sebab sangat terlihat jelas kepanikan di wajah Fabian.

Suara derap langkah itu terhenti tepat beberapa meter dari tempat mereka bersembunyi. Fabian membungkam mulut gadis itu dengan telapak tangannya agar tidak bersuara, dan hal itu membuat Olivia membulatkan matanya.

"Ya Tuhan! Kenapa rumah ini sepi sekali?" ucap seorang wanita paruh baya yang di ketahui adalah Ambar.

Ambar membuka kulkas dan mengambil beberapa anggur dan melahapnya sembari melamun.

"Hem, seandainya Fabian menikah lagi dan memiliki seorang anak itu pasti akan menyenangkan." ucapnya lirih.

Fabian langsung menatap Olivia, tiba-tiba hatinya berdesir mendengar ungkapan hati sang Mama. Sementara Olivia semakin kesal, karena ia tahu arti tatapan itu.

Lama mereka bersembunyi hingga Ambar pergi kembali ke kamarnya. Fabian tak melepaskan gadis itu begitu saja, pikirannya berkelana dengan Ucapan Andre kemarin.

"Menikah?" gumamnya.

Olivia benar-benar kesal, ia melepaskan tangan Fabian dari mulutnya.

"Kau ingin membunuhku?!" tanyanya setengah berbisik.

Fabian tersadar, ia mengusap wajahnya lalu keluar dari persembunyian itu diikuti oleh Olivia.

"Tuan, sepertinya mama Anda ingin anda segera menikah. Kenapa tidak menikah saja?" tanya Olivia.

"Kita menikah?" ucap Fabian.

"cih! bukan denganku! tapi dengan wanita pilihanmu atau pilihan mamamu! Aku ini 'kan hanya sandera mu!" ucap Olivia ketus.

Fabian mengangkat kedua alisnya, sungguh bukan itu ucapan yang ingin ia dengar. Pria itu agaknya mulai tertarik dengan Olivia.

***

seorang wanita duduk di tepi kolam renang sembari memegang segelas wine di tangannya. Wanita yang memiliki kulit putih dan rupa blasteran itu memandang langit gelap. Pikirannya melayang jauh tentang seorang pria yang kini telah menjadi kenangan di dalam relung hatinya.

"Tiga tahun kita berpisah, tiga tahun juga kita tak pernah lagi bertemu." ungkapnya.

Wanita itu menjatuhkan airmata kerinduan dan penyesalan.

"Bian, apa kau tidak ingin bertemu denganku lagi?"

seorang wanita paruh baya berdiri di ambang pintu menatap sang putri yang tengah bersedih. melihat keadaan anaknya ia juga merasakan sakit hati.

"Fanny, kau harus kuat nak" ucapnya lembut sembari menyeka airmatanya.

"ma," sapa seorang pria yang tiba-tiba datang dari arah belakang sembari menyentuh bahunya.

"kau sedang apa?" tanya pria yang di ketahui bernama Kenneth itu.

"mas, aku tidak kuat melihat anak kita yang setiap harinya menghabiskan waktu memikirkan Fabian." ucap Grace lirih.

Kenneth menghela nafasnya panjang, sejujurnya dalam hati ia juga kasihan. Namun, mau bagaimana lagi semua ini juga karena perlakuan sang anak hingga perceraian di antara keduanya terjadi.

"ma, biarkan dia merenung menyesali semua perbuatannya. Jika nanti ia mendapatkan pria lain lagi, Fanny sudah mengerti apa artinya setia." ucap Kenneth yang tak mau membela sang anak atas perbuatan yang ia lakukan.

Grace tampak tidak senang mendengarnya, matanya menatap tajam sang suami.

"Kau pikir ini semua karena ulah Fanny begitu, mas?!" tanyanya.

"memang benarkan? Fanny berselingkuh dengan mantan pacarnya hingga akhirnya Fabian tahu dan langsung menceraikannya? Apa mama lupa siapa Fabian Findlay? Dia pengusaha yang sahamnya ada di seluruh negara ini!" ucap Kenneth yang berusaha menahan emosinya.

"Tetap saja dia yang salah karena sering meninggalkan Fanny karena pekerjaan yang tidak ada habisnya itu! wanita mana yang tahan di tinggal terus-terusan seperti itu, bagi mama sangat wajar jika Fanny berselingkuh!" ucap Grace geram lalu pergi meninggalkan sang suami.

Kenneth sungguh tidak habis pikir dengan ucapan istrinya. Ia menghela nafasnya panjang mengusap wajahnya dan menatap sang anak yang masih setia duduk di tepi kolam.

***

Alan yang baru tiba di rumah Fabian seketika terkejut melihat Olivia dan bosnya saling berpegangan tangan keluar dari area dapur. Fabian tersadar dan langsung menghempaskan tangan gadis itu begitu saja dan menyuruhnya untuk segera pergi ke kamar.

"ck! Ada apa malam-malam kemari?! apa kau tidak punya waktu besok?!" tanyanya dengan nada kesal.

"hem, tidak ada waktu lagi, tuan. Besok semuanya harus sudah di serahkan pada semua divisi. Client sudah menunggu kita, tuan." ujar Alan menyadarkan Fabian.

"ck! Ada-ada saja! Ya sudah bawa itu semua ke ruangan kerja ku!"

Alan pun menurut, ia berjalan masuk menuju ruangan bosnya. Mereka bekerja hingga larut malam keduanya tampak serius membahas masalah pekerjaan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!