episode 8

"Tuan, kapan anda akan ke kantor? pekerjaan kita banyak sekali," ucap Alan dengan mimik wajah yang sendu.

Fabian menatap sekilas pada sang asisten lalu kembali fokus pada berkas yang ada di meja kerjanya. Pria itu tidak menjawab namun, tangannya terus bergerak membubuhkan tandatangan.

"Tuan," ucap Alan lagi, ia tidak putus asa membujuk sang tuan agar kembali ke kantor esok hari.

Fabian bergeming, ia terlihat tidak peduli dan masih terus fokus pada pekerjaannya. Akhirnya Alan pun diam tak lagi bersuara, pria maskulin itu agaknya menyerah dengan sikap yang di tunjukkan oleh Fabian.

...----------------...

Setelah selesai melakukan tugasnya, Fabian langsung mengusir begitu saja sang asisten.

"Sebaiknya kau pulang, ini sudah larut malam." ucapnya.

"Baik Tuan, dan bagaimana dengan besok? Apa tuan akan ke kantor?" tanya Alan memastikan.

Fabian menghela nafasnya, baru kali ini ia merasa pusing untuk menyembunyikan wanita. Pria itu tidak rela jika melepaskan Olivia begitu saja, bahkan beberapa menit ia tidak melihatnya rasanya ada yang berbeda.

"Alan, apa kau punya ide?" tanyanya.

"Tentang wanita itu?" Alan memastikan lagi.

Fabian menunjukkan ekspresi wajah yang mengiyakan pertanyaan Alan.

"Hem, apa sesulit itu untuk melepaskannya sebentar saja, Tuan? Atau tinggal saja dia di kamar, jangan biarkan ia keluar sampai anda kembali dari kantor." usul Alan.

"tidak bisa, semua yang kau sarankan itu terlalu berbahaya." ucap Fabian.

Alan memasang wajah malas, sebenarnya ia tidak ingin memberikan usulan karena pria yang ada di depannya ini pasti tidak akan menerimanya begitu saja.

"Lalu? Apa Anda punya rencana lain sesuai keinginan Anda?" Alan mulai gusar.

Fabian terdiam, pikirannya kembali teringat dengan ucapan sang mama tadi.

"apa kau sudah mencari tahu asal usul gadis itu?"

"Nona Olivia sepertinya memang sebatang kara, ia tak memiliki keluarga. Ibunya tiada saat dia masih berusia remaja, dan informasi ayahnya kami tidak menemukan apapun." ujar Alan panjang lebar.

Fabian mengerutkan keningnya, rasa iba tiba-tiba menyergap hatinya.

"Tuan, maaf kenapa anda ingin tahu semuanya tentang wanita itu? Biasanya anda tidak peduli informasi wanita yang menjadi teman ranjang anda." Alan.

"Hem, tidak ada. Aku hanya ingin tahu saja." jawab Fabian lalu keluar dari ruangan itu.

Alan mengusap wajahnya kemudian mengikuti sang Tuan keluar. Namun, langkahnya harus terhenti karena Fabian tengah berdiri di ambang pintu.

"Tuan, ada apa?" tanyanya bingung.

Fabian diam, namun matanya menatap sang mama yang berdiri berhadapan dengan Olivia yang tengah menunduk.

Seketika mata Alan membulat, ia nyaris menjatuhkan berkas yang ada di tangannya.

"astaga, Nyonya Ambar?" ucapnya.

Fabian berjalan ke arah sang Mama yang kini terlihat marah. wanita itu melipat tangannya saat Fabian datang.

"Mama, belum tidur?" Fabian mencoba mengalihkan.

Alan sudah mengambil ancang-ancang untuk lari dari rumah itu. Ia tak mau berurusan dengan urusan yang pastinya akan sulit, apalagi masalah ini sudah di ketahui oleh wanita paruh baya itu.

"kau mau kemana, Al?" ucap Ambar dengan suara Dinginnya.

Alan menghembuskan nafasnya, kini dia pun terlibat dalam perkara ini. Entah apa yang akan terjadi nanti.

"Kalian bertiga, duduk di ruang tengah!" ucapnya kemudian berlalu menuju ruangan tersebut.

Mau tidak mau ketiganya mengikuti, Olivia tampak ketakutan sementara Fabian ia begitu santai seperti tanpa beban, karena sudah pasti bebannya akan di turunkan pada Alan yang kini terlihat tertekan.

"ya Tuhan, lebih baik aku di mutasi saja dari pada menghadapi situasi ini!" Gumam Alan lirih.

Ketiganya kini duduk dengan gaya masing-masing, Olivia masih menunduk, Alan dengan wajah tegangnya dan Fabian duduk dengan kaki yang bersilang dengan ekspresi datarnya.

"Bagaimana ini?" batin Olivia ketakutan.

Ambar memandangi wajah Olivia cukup lama, hingga akhirnya dia pun bersuara.

"siapa namamu?" tanyanya.

Olivia sedikit mengangkat wajahnya, namun ia tidak berani menatap Ambar.

"Olivia, nyonya." ucapnya pelan.

"sejak kapan kau berada di kamar anakku?" tanya wanita itu lagi.

Olivia menatap Fabian sekilas, namun yang di tatap terlihat tidak peduli.

"sudah hampir seminggu," jawabnya.

"apa yang kau lakukan di sana?" cecar Ambar lagi. Nada suara yang ia buat terkesan datar namun, tatapan wanita itu begitu mengintimidasi.

Olivia kesulitan menelan ludahnya, ia kembali menatap Fabian meminta bantuan. Ia bingung harus mengatakan apa, jika ia jujur bahwa dirinya menjadi seorang teman tidur anaknya pasti wanita itu akan berang.

Fabian masih tidak peduli, ia membiarkan jawaban apa yang di keluarkan dari bibir mungil gadis itu pada sang Mama.

"Hem, nyonya_" ucapan Alan terputus saat tangan wanita itu terangkat.

"jawab, Olivia!"

"Hem, iya itu saya_" Olivia gugup.

"kau menjadi budak nafsu anakku?!" Ambar meninggikan suaranya, wanita paruh baya itu benar-benar geram.

Alan memejamkan matanya sesaat, dia sudah berada di tengah masalah yang di buat oleh bosnya itu.

"jawab!" bentak Ambar.

Olivia tersentak, dengan tubuh yang bergetar ia mengiyakan ucapan Ambar.

setelah mendapatkan jawaban dari Olivia, Ambar beralih menatap sang anak yang masih terlihat santai. Wanita itu memasang wajah datar, tak terlihat ekspresi marah saat ia mencecar Olivia tadi.

"Nikahi Dia." ucap Ambar.

Fabian menaikan satu alisnya, ia mengubah posisi duduknya tak percaya dengan ucapan sang mama.

"menikah?" tanyanya memastikan.

Alan yang mendengar pun terkejut, apalagi Olivia gadis itu rasanya ingin pingsan saat mendengar kata menikah.

"iya, Minggu depan kalian menikah! Dan kau Alan segera urus semuanya!" ucap Ambar.

"tapi, nyonya ini terlalu cepat. Nyonya tidak tahu siapa gadis ini, dia bukan dari keluarga kalangan terpandang. Hidupnya sebatang kara." Alan mencoba menjelaskan. Namun, Ambar tidak peduli wanita tetap kekeuh agar Fabian dan Olivia segera menikah.

"aku tidak peduli asalnya darimana! Yang jelas aku tidak mau rumah ini menjadi kotor karena perbuatan mereka!" ucap Ambar tegas kemudian berlalu masuk kedalam kamar.

Sebelum ia benar-benar masuk-masuk, Ambar menoleh menatap ketiganya.

"hingga seminggu ke depan, dia tidak boleh tidur satu kamar denganmu, Fabian! taruh dia di kamar tamu." ucap Ambar kemudian melanjutkan langkahnya menuju kamar.

Fabian menatap Olivia yang duduk di sampingnya, wanita itu benar-benar tidak bisa berkata apapun. Ia terkejut batinnya tidak siap mendengar penuturan Ambar tadi.

"Apa kau tidak mengunci kamarnya?" tanya Fabian.

"aku menguncinya," jawab Olivia lemah.

"Hem, sudah malam. Sebaiknya kau tidur di kamar itu." ucap Fabian sembari menunjuk kearah kamar yang di maksud.

Olivia melihat ke arah kamar tamu tersebut, lalu pandangannya beralih pada pria matang yang sudah menyeretnya dalam masalah.

"Lepaskan saja diriku, Tuan." ucapnya lirih dan hampir menangis.

"tidak bisa!" ucap Fabian kemudian bangkit dari duduknya.

"Aku tidak bisa menikah dengan Anda! Harusnya Nyonya itu mengusirku saja!" Olivia berteriak histeris pada Fabian.

"kau tidak ingin menikah denganku tidak masalah! Tapi, aku mau uangku kembali hari ini juga!" ucap Fabian dengan suara Dinginnya.

Alan yang berada di tengah-tengah keduanya hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan, ia menghela nafasnya pelan.

"Aku tidak punya uang! Lagipula bukan aku yang berhutang, aku ini hanya di jebak!" teriak Olivia lagi.

"aku tidak peduli! Siapkan uangnya atau kau mau menjadi santapan binatang peliharaanku!" sergah Fabian dan berlalu ke kamarnya.

Alan membuka matanya lebar kemudian mengedipkan matanya beberapa kali. Sungguh ia tidak percaya dengan ucapan sang tuan yang menyebut binatang peliharaan.

Olivia tampak geram, tangannya terkepal kuat rasa ingin memukul Fabian semakin besar.

"aku tidak mau menikah dengan pria itu!" Gumamnya gusar.

"kenapa tidak mau? Tuan Fabian kaya, tampan dan setia, wanita gila mana yang mau menolak semua itu?" celetuk Alan.

Olivia melirik tajam pada Alan, dan yang di tatap pun bergidik ngeri.

"Aku orang gilanya!" pekik Olivia di telinga Alan.

Alan terkejut, ia memegangi telinganya dan mengusapnya perlahan.

"huh! Menyeramkan sekali!"

Olivia pun beranjak dari duduknya menuju kamar tamu, hatinya benar sedih dan kecewa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!