episode 11

Fanny mengepalkan tangannya kuat saat ia mendapatkan sebuah kabar pernikahan Fabian. Hatinya begitu sakit, wanita itu tidak rela jika mantan suaminya menikah lagi.

"Siapa wanita yang berani menggapai hatimu, Fabian?!" Monolognya tak terima.

Wanita itu berjalan menuju sebuah lemari pakaian, ia mencari pakaian yang akan ia kenakan pada pesta pernikahan mantan suaminya itu. Meski ia tidak di undang, Fanny bertekad datang untuk mencari tahu gadis mana yang sudah berani mendekati Fabian.

Fanny mencari-cari gaun pemberian Fabian saat mereka masih terjalin ikatan pernikahan. Ia berharap saat dirinya memakai gaun itu di depan Fabian pria kembali jatuh hati padanya.

Setelah mendapatkannya, Fanny pun tersenyum miring. Ia yakin jika Fabian akan terpesona melihatnya, dan kembali jatuh kedalam pelukannya.

"Ini gaun pemberian mu, Fabian. Kau sangat menyukainya jika aku memakai ini." Monolognya.

Gaun itu memiliki panjang hingga semata kaki, namun di bagian belakang begitu terbuka hingga menampilkan punggung pemakainya. Fanny memiliki bentuk tubuh yang begitu indah, ia sangat cocok menggunakan pakaian apapun. terlebih pakaian itu adalah pakaian bermerk.

...----------------...

Pernikahan akan di gelar esok hari, Olivia semakin takut untuk menghadapi hari itu. Ia duduk merenung di tepi kolam renang menerawang jauh, memikirkan apa yang akan terjadi setelah ia dan Fabian menikah.

"Mengapa jadi begini? Gara-gara Della sekarang aku harus menikah dengan pria yang sama sekali tidak berada di hatiku. Bahkan aku sangat membencinya," ungkapnya dengan suara lirih.

Olivia menutup wajah dengan telapak tangannya, ia benar-benar sedih. Ini bukanlah pernikahan impiannya, mengenal Fabian adalah masalah berat yang harus ia hadapi meski ia tidak melakukannya.

"Hiks! ibu, besok aku akan menikah! Aku menikah dengan pria yang tidak mencintaiku, dan aku juga tidak mencintainya!" ucapnya setengah berteriak.

Olivia mengeluarkan seluruh unek-unek yang ada di hatinya selama beberapa hari menuju pernikahannya. Ia merasa ini adalah mimpi buruk yang paling buruk.

Olivia juga berpikir Ambar tidak menyukainya sebagai calon menantunya, dan Fabian selalu bersikap semaunya sendiri padanya.

"Hei!" sapa seseorang dari arah belakang dengan suara yang begitu keras hingga Olivia terkejut dan nyaris terjatuh ke dalam kolam renang yang ada di hadapannya.

"Astaga! Mengagetkan ku saja!" gumamnya sambil mengelus dadanya.

Olivia pun buru-buru menyeka airmatanya, ia tak ingin di ketahui siapapun saat ia menangis. Sekali lagi, gadis itu tak ingin terlihat lemah.

Seorang pria yang menyapanya tadi langsung ikut bergabung duduk bersamanya di tepi kolam dan membuat Olivia terheran.

pria itu adalah Andre, ia di minta datang oleh Ambar untuk membantu acara pernikahan Fabian dan Olivia.

Andre duduk tepat di samping Olivia dengan santainya, namun pandangannya menatap lurus kearah depan.

"Kau menangis?" tanyanya tanpa menoleh sama sekali.

Olivia menggelengkan kepalanya cepat, menghapus air mata yang masih tersisa tak ingin Andre mengetahuinya.

"Ada apa? kau tak ingin menikah dengannya?" Tanya Andre lagi.

Olivia terdiam, ia bingung harus menjawab apa. Satu sisi ia tidak mengenal siapa pria yang ada di sampingnya ini.

"Dia berbicara seolah pernah mengenal ku." Ucapnya dalam hati.

Andre mengulurkan tangannya lalu menatap Olivia sambil tersenyum ramah.

"Andre," Ucapnya memperkenalkan dirinya.

Olivia ragu-ragu menyambut uluran tangan itu, dan Andre tahu itu. Pria itu tiba-tiba mengambil tangan Olivia lalu menjabatnya tanpa peduli dengan ekspresi terkejut Olivia.

"Kau Olivia, 'kan?" Ucapnya lagi.

Olivia hanya mengangguk lemah dan juga bingung. Andre tersenyum dan melepaskan tangannya lagi.

"Kenapa kau tidak mau menikah dengan Fabian? Bukannya dia pria sempurna?" Andre berbicara lagi, namun kali ini ia menatap lekat Olivia.

"Hah? Sempurna?!" Olivia ingin tertawa, tapi sebisa mungkin ia tahan tak ingin pria yang ada di hadapannya ini salah paham.

Andre mengerutkan keningnya, ia memandangi air yang ada di kolam tersebut. Ada berbagai macam pikiran yang sedang bergulat di otaknya.

"Apa dia seperti bayi?" Tanyanya lagi.

"Lebih dari itu, dia pria egois! Suka seenaknya sendiri!" jawab Olivia dengan sedikit emosi.

"Egois? Bukannya semua pria itu egois?" ucap Andre.

"Apa kau egois, Tuan?" Olivia balik bertanya.

"Hahahaha! aku tidak tahu, aku tidak berhak menilai diriku sendiri." jawab Andre.

Olivia mengangguk, kakinya berayun ayun masuk ke dalam kolam merasakan air yang ada di dalamnya.

"Kau harus menikah dengannya, Olivia!" tiba-tiba suara Andre berubah dingin. Hal itu membuat Olivia semakin bingung dengan perubahan sikap pria yang ada di sampingnya ini.

"Hah?!" Olivia terperangah.

Mata Andre terpejam beberapa saat kemudian membuka matanya menatap Olivia begitu lekat.

"Aku tahu ini tidak mudah bagimu, nona! Tapi, kau harus tetap menikah dengannya!" Ucap Andre memperingati.

Olivia benar-benar kesal, ia merasa Andre begitu memaksa. Gadis itu tidak mengerti kenapa orang-orang tidak mengetahui perasaan sakit yang ia rasa.

"Kenapa kau memaksa?! Kalau aku tidak mau bagaimana? Kalau aku kabur dari sini bagaimana? dan kalau pernikahan ini batal bagaimana?! Kita tidak tahu takdir yang akan terjadi esok hari, Tuan!" ucapnya ketus.

Andre berdiri, ia tersenyum menatap Olivia dengan raut wajah marahnya.

"Buat dia jatuh cinta padamu, nona!" ucap Andre kemudian pergi meninggalkan Olivia yang ingin berteriak memaki pria itu.

Andre berjalan masuk tanpa beban, sementara Olivia mengusap dadanya dan juga wajahnya menurunkan emosi yang hampir menguasai dirinya.

"Jatuh cinta? Hahahahah! Di bayar berapa pun aku tidak akan mau membuat dia jatuh cinta padaku!" gerutunya.

...----------------...

Tak ada yang tahu antara Olivia maupun Andre saat sepasang mata menatap mereka dari kejauhan dengan tatapan mematikan. Fabian mengamati keduanya sejak tadi, ada rasa tak rela ketika Olivia di dekati pria lain.

Beberapa saat kemudian Andre berjalan melewati Fabian begitu saja, ia tidak peduli dengan tatapan Fabian yang seperti hendak memakannya hidup-hidup.

"Andre!" panggil Fabian.

Andre berhenti dan menatap Fabian begitu datar.

"Apa?" tanyanya.

Fabian mendekati pria itu, dengan tatapan mengintimidasi. Sementara yang di tatap terlihat tenang tak terusik sama sekali.

"Apa yang kau bicarakan dengan gadis itu?" tanya Fabian dengan suara dinginnya.

Andre tersenyum, sambil memasuki tangannya ke dalam saku celananya.

"Dia bilang mata mu indah, ia tak sanggup menatapmu lebih lama jika kalian saling berdekatan." ucap Andre.

Fabian seketika mengubah mimik wajahnya, pria itu mengerutkan keningnya dan mengedipkan matanya beberapa kali.

"Benarkah?" Tanyanya lagi memastikan.

Fabian mulai tertarik dengan obrolan rekayasa yang di ciptakan Andre itu.

Andre mengangguk cepat mengiyakan pertanyaan Fabian.

"Aku sudah tahu itu, pasti dia terpanah melihat wajah tampanku." Fabian berubah narsis.

ekspresi Andre kembali datar, sambil mengeluarkan tangannya.

"Dia tidak bilang kau Tampan, hanya matamu saja yang indah. Selebihnya tidak ada." ucap pria itu.

"Sama saja itu," ucap Fabian.

Andre pun berlalu meninggalkan Fabian dengan pikirannya.

"Aku ini memang Tampan, siapa wanita yang tidak jatuh hati denganku." monolog Fabian dengan gaya angkuhnya.

Andre yang mendengar perkataan itu pun seketika mual, asam lambungnya terasa kambuh. Ingin rasanya ia membenturkan kepala Fabian yang begitu narsis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!