episode. 13

Acara pernikahan pun selesai. Namun, Fabian tidak membawa Olivia pulang ke rumah melainkan ke sebuah apartemen miliknya. Ambar tidak mengetahui jika keduanya sudah tidak berada di hotel yang sudah di pesan untuk menjadi malam pertama bagi keduanya. Wanita itu mengira keduanya sedang memadu kasih dengan tenang.

"Tuan, kemana kau akan membawaku?" Tanya Olivia sedikit takut, karena Fabian membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Kerumah!" Jawab Fabian singkat.

Olivia tak lagi bertanya, ia takut Fabian melajukan mobilnya semakin kencang. Ia mengira bahwa Fabian tengah marah karena pernikahan ini hingga melampiaskan kekesalannya sampai seperti ini.

Tak beberapa lama akhirnya mereka pun sampai, Olivia terheran karena Fabian tidak membawanya ke rumah. Melainkan sebuah gedung bertingkat yang mirip dengan hotel berbintang.

"Tuan, kenapa kita kesini? Ini bukan rumah!" Protes Olivia. Gadis itu takut Fabian akan melakukan sesuatu yang jahat padanya.

Fabian hanya menoleh menatap sang istri dengan tatapan yang begitu dingin. Sehingga membuat bulu kuduk Olivia berdiri. Pria itu melangkahkan kakinya keluar dari mobil, namun Olivia tidak mengikutinya.

Fabian mengitari mobilnya, membukakan pintu untuk sang istri dan menatapnya tajam.

"Turun!" Ucapnya sedikit keras.

Olivia terkejut, ia semakin takut apalagi tatapan maut itu seperti hendak menghabisi nyawanya.

"Aku tidak mau!" Ucapnya ketus dan tetap duduk tak mau mengikuti sang suami.

Olivia memegangi sabuk pengaman yang mengikat tubuhnya, ia melakukan itu takut Fabian menariknya secara tiba-tiba.

"Baiklah terserah kau saja! Jangan salahkan aku jika ada sesuatu yang hendak mengganggumu!" Ucap Fabian lalu berjalan meninggalkan Olivia masuk kedalam lift.

Olivia tidak takut dengan ucapan Fabian, ia malah tersenyum senang saat Fabian meninggalkan dirinya sendiri.

Gadis itu membuka seat belt yang melekat di tubuhnya, ia membuka pintu mobil tersebut dan hendak berjalan keluar parkiran. Olivia memutuskan untuk pergi dari apartemen tersebut, ia tak mau Fabian berubah pikiran dan membawanya secara paksa.

Ia berlari kecil mengitari halaman parkir untuk mencari jalan keluar. Namun, ia tidak menemukannya. Parkiran itu membuatnya Bingung terlebih ia tidak pernah ke tempat seperti ini.

"Astaga! Dimana jalan keluarnya!" Gumamnya yang mulai frustasi.

Sudah hampir satu jam ia memutari tempat itu, namun lagi-lagi ia kembali ke tempat dimana mobil Fabian terparkir. Ia mengusap wajahnya kasar, keringat mengucur di keningnya. Namun, tidak mengurangi kecantikan alami yang ia miliki.

"Ya Tuhan, bagaimana ini!"

Olivia berjongkok, ia sudah tidak punya banyak energi untuk berjalan. Akhirnya ia pun menangis, Olivia benar-benar takut jika Fabian kembali.

Beberapa menit ia menangis, Olivia mendengar langkah kaki seseorang. Ia semakin ketakutan, tubuhnya bergetar hebat. Olivia tak berani menoleh ke arah suara derap langkah kaki itu. Pikirannya kalut, ia mengira itu adalah Fabian atau tidak orang yang hendak berbuat jahat padanya sesuai kata-kata Fabian tadi.

Langkah kaki itu semakin dekat, Olivia semakin panik dan ketakutan. Ia menutup matanya tak berani melihat sama sekali, hingga seseorang itu menyentuh bahunya dengan tiba-tiba. Olivia pun terkejut jantungnya memacu dengan kuat hingga ia lemas dan tak sadarkan diri.

...----------------...

Pagi harinya, Olivia membuka matanya dan mengedipkan nya beberapa kali. Seketika ia terkejut saat berada di tempat yang suasananya seperti rumah. Namun, begitu sepi. Olivia tak mengenali tempat itu, ia duduk mengedarkan pandangannya keseluruhan ruangan itu.

"Dimana aku?" Ucapnya bingung.

Olivia hendak berdiri, namun tiba-tiba ia merasa kepalanya terasa berdenyut. Akhirnya ia memutuskan untuk duduk kembali karena tidak sanggup untuk berjalan.

"Shhh! Sakit sekali." Keluhnya sembari memegangi kepalanya.

"Apa yang terjadi padaku, kenapa aku bisa ada disini. Aku tidak mengingat apapun." Ucapnya lagi.

Tiba-tiba seseorang menyentuh punggungnya, Olivia tercekat. Jantungnya seakan berhenti, wajahnya pucat. Namun, ia memberanikan diri untuk menoleh kearah belakang.

"Kau sudah bangun?" Tanya pria itu yang tak lain adalah Fabian.

Olivia terkejut, ia ingat kejadian malam tadi. Pikirannya kembali berkelana tentang hal-hal buruk yang akan terjadi jika Fabian membawanya ke apartemen miliknya.

Olivia berdiri, ia berjalan mundur hingga tubuhnya membentur dinding kamar tersebut. Ia begitu ketakutan.

"Mau apa kau? Jangan sakiti aku!" Ucapnya memperingati.

Fabian menghela nafasnya lalu meletakkan secangkir teh yang ia bawa di atas nakas samping ranjang. Kemudian memandang Olivia dengan tatapan yang begitu datar.

"Kenapa aku bisa disini?!" Teriak Olivia.

Fabian memutar bola matanya malas, pagi itu udara begitu sejuk ia tak mau merusak hari yang begitu indah dengan marah-marah tidak jelas.

"Duduklah, Olivia!" Ucapnya.

"Tidak! Kau pasti merencanakan sesuatu!" Olivia semakin tidak terkendali.

Fabian menggaruk tengkuknya, beruntung pagi itu moodnya begitu membaik. Ia berjalan mendekati Olivia, Olivia semakin takut ia mencoba kabur. Namun, kalah cepat dengan pria tampan itu. Kini, tubuhnya terkunci mereka saling beradu pandang hingga beberapa detik.

"Lepaskan aku!" Pekik Olivia.

"Tidak, Olivia!" Ucap Fabian.

Olivia mendorong tubuh suaminya sekuat tenaga, namun usahanya sia-sia Fabian tidak bergerak satu centi pun.

Olivia memukuli dada bidang Fabian, dan pria itu menangkap tangannya mencengkramnya cukup kuat, hingga Olivia meringis kesakitan.

"Jika kau terus begini, aku akan benar-benar melakukan sesuatu padamu!" Ancam Fabian.

"Aku sudah menduga kau pasti ingin menghabisi ku! Kau marah karena tidak senang dengan pernikahan ini!" Teriak Olivia.

Fabian mengernyitkan dahinya, dan tanpa ia sadari pria itu tersenyum samar mendengar ucapan sang istri.

"Jadi, kau ingin aku menghabisi mu begitu?" Ucap Fabian yang sengaja membuat Olivia semakin panik.

"Tidak! Bukan aku yang mau, tapi kaulah sendiri yang ingin menghabisiku." Ucap Olivia dengan suara dingin.

Fabian sungguh tidak tahan, ia terkekeh pelan hingga gigi depannya jelas terlihat. Olivia begitu takut sekaligus bingung dengan sikap suaminya.

Setelah itu, Fabian merubah ekspresinya. Pria itu mendekati wajahnya tampak Olivia ingin mundur tapi sudah terhalang oleh dinding yang ada di belakangnya. Olivia pun pasrah dan akhirnya hanya bisa memejamkan matanya.

Cup!.

Satu sentuhan lembut terasa di pipinya yang kemerahan. Olivia lantas membuka matanya dan langsung memegang pipinya karena ciuman lembut dari Fabian.

"Berhentilah memikirkan hal yang tidak-tidak tentang ku, Olivia! Aku tak seburuk yang kau pikirkan!." Ucap Fabian memperingati.

Olivia terdiam, ia menelisik manik mata suaminya mencari celah kebohongan disana. Namun, ia hanya menemukan tatapan yang begitu Indah hingga tanpa sadar ia pun terpesona dengan tatapan itu.

"Indah sekali."

Gumaman itu dapat didengar baik oleh Fabian, pria itu tersenyum samar. Olivia lagi-lagi terhipnotis, suara deru nafas yang membuat Fabian semakin ingin menggapainya. Akhirnya mereka melakukannya, dan Olivia terlihat rela saat pria itu lagi-lagi menyatukan miliknya.

Entah apa yang tiba-tiba menyeruak masuk kedalam hatinya, Olivia begitu nyaman saat Fabian mulai berada di dekatnya. Dirinya memberontak, memberikan peringatan pada sang hati yang kini sedang merasakan ketenangan yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya.

"Ku mohon Olivia, sadarlah!" Batinnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!