episode 3

Olivia keluar dari kamar mandi dan hanya memakai handuk kimono di tubuhnya, ia kebingungan mencari pakaian yang ia kenakan kemarin.

"Dimana baju dan celanaku?" Gumamnya.

Olivia sibuk mencari kesana-kemari, hingga ia tidak memperhatikan Fabian yang kini tengah menatapnya tanpa berkedip.

"bagaimana aku bisa pergi dari sini kalau hanya memakai handuk seperti ini saja?!" gerutunya.

"kau tidak akan bisa pergi hingga kontrak Mu selesai!" suara bariton Fabian membuat jantung Olivia nyaris keluar, ia membulatkan matanya menatap Fabian.

"Tu—Tuan? Sejak kapan Anda berada di sana?" Tanyanya gugup.

"sejak tadi!" jawab Fabian singkat.

"dia sudah mendengar ucapan ku tadi" Batin Olivia panik.

Fabian berjalan mendekati Olivia, ia menatap datar wanita muda itu hingga Olivia sedikit salah tingkah.

"jangan pernah coba-coba untuk melarikan diri dari sini" Ucapnya kemudian membelai pipi dan bibir mungil Olivia.

Olivia menahan nafasnya, ia sungguh geram. Namun, tidak dapat memberontak.

"apa kau mengerti, Olivia?!" Tanya Fabian.

Olivia pun mengangguk cepat, ia tidak mau membuat pria duda itu menjadi murka.

"gadis pintar" ucap Fabian lalu menyerahkan sebuah paperbag berisi pakaian untuk Olivia.

"pakai ini, aku menunggumu di bawah!" ucap Fabian datar kemudian pergi meninggalkan Olivia.

Olivia menarik nafasnya dalam-dalam kemudian mengeluarkannya perlahan, emosinya terus terkuras saat berhadapan dengan duda arogan tersebut.

"bagaimana caranya aku keluar dari sini?" batinnya.

Olivia membuka paperbag yang di berikan oleh Fabian tadi dengan takut-takut, ia khawatir bukan pakaian yang layak untuk di pakai. Namun, Olivia terkejut kala melihat sebuah gaun yang sangat cantik juga elegan, dan ia tahu harga gaun bermerek itu tidaklah murah.

"apa pria itu sudah salah minum obat? lihat, baju ini bagus sekali. Dia tidak mungkin memberikan gaun sebagus ini, mengingat prilakunya padaku" monolognya.

Olivia merasa tidak cocok memakai gaun dari Fabian. Namun, ia tidak punya pilihan dan akhirnya memakai gaun itu. Usai mengeringkan gaunnya, Olivia tidak memakai riasan apapun. Ia keluar dari kamar dan berjalan turun untuk menemui Fabian yang ternyata tengah berdiri di ujung anak tangga, dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celananya.

Fabian tidak bisa memungkiri, bahwa gaun yang di kenakan oleh Olivia sangat cocok di tubuhnya. pandangannya tak lepas hingga Olivia benar-benar berada di depannya.

"Tuan" panggil Olivia.

Fabian tersadar, ia membuang pandangannya kearah lain sesaat.

"ikut aku!" ucapnya sembari berjalan.

"kemana, Tuan?" tanya Olivia bingung.

Fabian tidak menjawab hingga, mereka berhenti tepat di sebuah ruang makan yang begitu mewah. Olivia seketika kagum melihat tampilan ruangan itu, matanya berbinar hingga ia tidak sadar tubuhnya hampir menabrak Fabian yang ada di hadapannya.

"duduk!" titah Fabian.

Olivia menarik kedua sudut bibirnya, dan menuruti perintah Fabian untuk duduk di salah satu kursi di meja makan tersebut. Olivia tidak menyangka bahwa Fabian mau duduk di samping dirinya. Namun, ia harus bersikap biasa saja.

mereka makan dalam keheningan, yang terdengar hanya suara dentingan sendok dan garpu yang saling beradu. Olivia tidak begitu menyukai masakan luar negeri yang di hidangkan di atas meja makan. Namun, ia tidak punya pilihan selain perutnya yang sudah keroncongan.

meski ia tidak menikmati makanan itu, Olivia tetap menghabiskannya hingga bersih tak bersisa.

Usai makan, Fabian menarik Olive ke ruang tengah untuk menemaninya bersantai menonton film.

"Tuan, apa anda tidak bekerja?" tanya Olivia bingung. Pasalnya Fabian terlihat sangat santai tidak seperti orang kaya kebanyakan yang selalu sibuk dengan dunia bisnisnya.

"tidak!" jawab Fabian singkat, dan langsung menarik Olivia ke dalam pelukannya. Olivia sangat risih ia ingin menghindar. Namun, cengkraman tangan Fabian begitu erat. Hingga akhirnya Olivia pun pasrah.

"astaga! kenapa aku menjadi seperti ini?" Gumamnya sembari melirik sekilas pria duda tersebut.

Tangan Fabian tak tinggal diam, saat film yang mereka putar ternyata memiliki adegan panas. Ia meraba milik Olivia yang ukurannya begitu pas dengan telapak tangannya.

Olivia tercekat, ia langsung berontak ketika tangan Fabian berhasil membuka kancing gaun Olivia.

"selamatkan aku, Tuhan" gumamnya panik.

Sepertinya doa Olivia di kabulkan langsung, karena tiba-tiba Alan sang asisten datang. Membuat Olivia terkejut setengah mati, ia langsung menjauh dari Fabian dan tak lupa mengancing kembali gaunnya yang sudah setengah terbuka.

"maaf saya sudah lancang, Tuan" ucap Alan yang sama terkejut dengan Olivia. ia pun langsung bergegas keluar dari rumah itu dan duduk di beranda rumah Fabian.

"kenapa mereka melakukannya di sana? apa rumah ini sudah tidak ada tempat? Astaga! Untung saja aku tidak melihatnya" Monolognya pelan.

Alan mengusap wajahnya kasar, dan beberapa kali mengatur nafasnya.

Sementara itu, Fabian hanya menatap datar Olivia yang tiba-tiba menjauh darinya. Beruntung, kadar mood baiknya masih delapan puluh persen, dan Olivia selamat dari makian duda tersebut.

Fabian mengeluarkan ponselnya dan menghubungi sang asisten untuk menemui di ruang kerja. Setelah itu, dia memasukkan kembali ponselnya dan kembali menatap Olivia.

"aku ada sedikit pekerjaan, kau kembali masuk ke kamar!" ucap Fabian.

"tapi saya masih ingin menonton filmnya, Tuan" ucap Olivia berdalih, ia sudah merencanakan sesuatu untuk segera pergi dari rumah itu.

Fabian menaikan satu alisnya, tentu saja dia tidak membiarkan Olivia sendiri di ruangan itu.

"Tidak, binatang peliharaan ku sedang ku lepas di sekitar rumah ini!" ucap Fabian tanpa beban.

Seketika Olivia membulatkan matanya, wajahnya berubah pias. rencananya sudah gagal bahkan dia belum memulainya.

Mau tidak mau, Olivia masuk ke kamar dengan langkah gontai. Ia tidak akan pernah bisa keluar dari rumah itu lagi. Olivia duduk di tepi ranjang, ia tidak tahu harus melakukan apa. Pikirannya kembali berkelana tentang sahabat yang sudah berhasil membuatnya hancur.

"Della? apa kau bahagia sekarang?" Monolognya lirih.

**

Sementara di ruang kerja, Fabian dan Alan sedang membahas masalah serius. terlihat dari raut wajah keduanya.

"kenapa kau baru memberitahu ku sekarang?!" hardik Fabian.

"Maaf Tuan, Nyonya Ambar tiba-tiba menghubungi saya untuk menjemputnya di bandara"

"jadi? rencana apa yang kau punya?!" Tanya Fabian yang sudah tidak bisa berpikir jernih.

"tentang Nona Olivia, sebaiknya biarkan dia bebas dulu sampai Nyonya Ambar kembali ke negara I" Alan memberikan saran.

brak..!

Fabian memukul meja kerjanya cukup keras, hingga sang asisten sedikit tersentak.

"kau yang benar saja?! Apa kau tahu berapa lama mama di negara ini?, bisa sampai berbulan-bulan, Alan!" sergahnya kesal.

"kalau begitu, taruh dia di apartemen saja, Tuan" usul Alan.

Fabian menarik nafasnya dalam-dalam, dia tidak mungkin meninggalkan Olivia begitu saja.

"ck! aku tidak bisa, Alan!"

"Hem, jalan satu-satunya Anda harus menikahi Nona Olivia, Tuan" ucap Alan tanpa beban.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!