Fabian melempar sebuah bagpaper ke atas ranjang, kemudian menyuruh Olivia untuk membukanya.
bugh..
"buka dan pakai itu!" perintah Fabian.
Perasaan Olivia tidak enak saat menatap benda itu, ragu-ragu ia untuk mengambilnya
"cepat!" bentak pria tampan itu.
Tangan Olivia bergetar membuka bagpaper itu, perasaannya semakin tidak enak kala melihat sebuah kain berwarna merah. Kain itu sangatlah tipis juga menerawang. Olivia kesulitan menelan ludahnya, dadanya bergemuruh saat menatap benda itu.
"kau ingin aku memakaikannya?!" tanya Fabian dengan nada dingin.
Olivia menggelengkan kepalanya cepat, airmatanya luruh seketika. harga dirinya terasa terjun bebas jika ia memakai pakaian minim itu.
"aku tunggu disini, segera kau pakai itu atau kau akan menjadi santapan lezat untuk binatang buas peliharaan ku!" ancam Fabian.
Olivia semakin ketakutan, akhirnya ia membawa masuk pakaian itu ke kamar mandi dan menggantinya sembari terisak.
"maafkan aku ibu, hiks" ucapnya lirih.
Olivia kini menatap dirinya di depan cermin, perasaan malu juga risih hinggap di hatinya.
"kenapa aku menjadi wanita murahan seperti ini?!" gumamnya.
Fabian tampak geram, sudah hampir setengah jam Olivia tidak kunjung keluar dari kamar mandi. Akhirnya ia Olivia untuk menyeretnya paksa. Namun, belum sempat untuk menurunkan handle pintu, Olivia sudah membukanya dan terkejut melihat Fabian yang sudah berdiri di depannya.
"Tu—Tuan" ucapnya tergagap.
Fabian tercengang menatap keindahan tubuh Olivia yang belum pernah ia lihat sebelumnya, ia menelan ludahnya kasar saat sesuatu milik Olivia mengintip dari sela pakaian minim itu.
"ini sungguh luar biasa"ucapnya pelan.
Olivia merasa risih di lihat seperti itu, ia menutup bagian sensitifnya dengan kedua tangan yang ia silangkan.
"jangan di tutup!" ucap Fabian dingin.
Fabian kemudian menarik tangan Olivia menuju ranjang, ia pun langsung mendorong tubuh wanita cantik itu hingga terjerembab dengan tubuh yang telentang. Gairah fabian kini sudah berada di ubun-ubun ia membuka ikat pinggang celana panjangnya dan menurunkannya sembari terus menatap pemandangan indah yang ada di depannya.
"Tuan! tolong jangan sentuh saya!" Olivia memelas, ia duduk dan merosot mundur menjauhi pria tampan itu.
Fabian tidak peduli, matanya sudah berkabut ia langsung menghampiri Olivia dan mencengkeram erat dagu wanita itu.
"kau sudah menjadi milikku, Olivia!" Hardiknya dengan tatapan tajam.
Olivia semakin ketakutan, ia belum pernah di sentuh oleh siapapun sebelumnya. pacaran saja paling jauh hanya sekedar berpegangan tangan saja.
Saat ini jarak mereka hanya beberapa inchi saja, Olivia seketika meremang kala tangan Fabian mulai bergerak kemana-mana.
Hingga terjadilah sebuah penyatuan yang membuat Fabian tidak bisa berhenti. Olivia hanya bisa menangis sesenggukan, ia tidak bisa berontak karena kalah jauh dengan tenaga Fabian yang begitu kuat.
Olivia menarik selimut tebal untuk menutupi tubuhnya, sedangkan Fabian ia tertidur pulas tanpa memperdulikan wanita yang kini sedang merasakan kesakitan.
......................
Menjelang pagi, Fabian terbangun. Ia menautkan kedua alisnya melihat tangan Olivia sedang memeluk dirinya, dan tangannya menjadi penyangga kepala Olivia. Mereka begitu dekat hingga tanpa sadar Fabian menerbitkan senyumannya.
Wajah cantik alami Olivia tidak bisa membuat Fabian berhenti memandanginya, apalagi tubuh indahnya tidak akan bisa membuat Fabian melupakannya.
"milikmu begitu sempit," Gumamnya.
Olivia terbangun, ia membuka matanya dan terkejut melihat Fabian yang kini menatapnya dengan lekat, dan lebih terkejut lagi saat ia tahu tangannya telah melingkar di atas perut sixpack pria duda itu.
Ia langsung menarik tangannya dan menjauh dari Fabian, Fabian hanya menatapnya datar tanpa ekspresi membuat Olivia semakin panik. Ia pun langsung bangkit untuk membersihkan tubuhnya.
"kau mau kemana?!" suara dingin Fabian membuat Olivia tidak jadi bangkit dan kembali duduk di tepi ranjang. Ia juga sedikit meringis merasakan nyeri di bagian intinya.
Fabian menarik tubuh Olivia kedalam dekapannya, dan seketika mata Olivia membulat, jantungnya kini berdebar kencang dan tidak ingin melihat wajah tampan pria itu.
"bagaimana ini!" Gumamnya.
"kau sudah membangunkannya Kembali, dan kau harus bertanggungjawab!" ucap Fabian dengan suara dinginnya.
"saya harus bertanggungjawab apa, Tuan?" tanya Olivia tidak mengerti.
Fabian langsung membuka selimut yang menutupi tubuh polos Olivia secara kasar, ia pun langsung menindihnya dan membuat Olivia terkejut bukan main.
"aku menginginkannya lagi" ucap Fabian dengan suara beratnya. Fabian menatap wajah cantik yang kini beradab di bawah Kungkungannya, dan seketika Olivia pun terpana dengan mata indah milik Fabian.
"indah sekali" ucapnya tanpa sadar
"kau bilang apa barusan?" tanya Fabian menyadarkan lamunannya.
Olivia tersadar, ia langsung merapatkan bibirnya dan tidak berani menatap pria itu. Fabian tampak gemas, ia langsung menghujani ciuman bertubi-tubi di wajah Olivia dan mereka kembali melakukan penyatuan.
......................
Hingga hampir pukul sepuluh pagi, Fabian baru menghentikan aktivitasnya. Fabian kini ambruk di sebelah wanita cantik itu dengan mood yang begitu baik.
Sementara itu, Olivia kesulitan melangkah karena merasakan sakit di sekujur tubuhnya dan tak terkecuali bagian intinya. Fabian begitu heran melihat cara berjalan Olivia, ia bangkit dari tidurnya dan langsung membopong tubuh wanita itu masuk ke kamar mandi.
"lepaskan aku, Tuan!" ucap Olivia ketus.
Fabian tidak menghiraukannya, ia tetap membawanya dan meletakkan Olivia di atas closed yang tertutup. Namun, Fabian tidak langsung keluar ia masih berdiri memandangi Olivia.
"kenapa masih disini?" tanya Olivia hati-hati.
"apa kau berpura-pura?" tanya Fabian datar.
"ck! Berpura-pura untuk apa? saya memang lagi kesakitan!" Hardik Olivia geram.
Fabian menarik kedua sudut bibirnya, ia tidak bereaksi karena moodnya sedang membaik hari ini. ia keluar dari kamar mandi dan tak lupa menutupnya kembali. Olivia pun menghela nafasnya kasar, rasanya begitu lelah juga sedih karena harta satu-satu miliknya sudah di renggut oleh pria yang bukan suaminya
"aku harus bagaimana, aku sudah tidak suci lagi" ucapnya lirih.
Olivia menutupi tubuhnya dengan kedua telapak tangannya, ia kembali menangis sesenggukan meratapi nasibnya kini.
"hiks, aku sudah kotor! Tidak akan ada yang mau menikahi Ku!" ucapnya sambil terisak.
Lama Olivia berada di kamar mandi, ia berusaha menghapus jejak kemerahan di dadanya karena ulah Fabian yang menggigitnya seperti vampir.
"kau menyebalkan sekali! Ini tidak mau hilang sama sekali!" gerutunya.
Akhirnya Olivia menyerah, ia pun mengguyur seluruh tubuhnya dengan air yang mengalir dari shower. Olivia melupakan rasa sakit di hati maupun fisiknya. airmatanya ikut terbawa oleh setiap percikan air yang membasahinya.
Diluar, Fabian terdiam dengan sebuah bercak noda darah di seprei ranjangnya. Ia menautkan kedua alisnya dan melihat sekilas ke arah pintu kamar mandi.
"darah?" gumamnya.
Fabian tampak bingung, pasalnya ia tidak pernah mendapatkan hal seperti ini bahkan dengan mantan istrinya sekalipun.
ia meraih ponselnya dan menghubungi temannya , Fabian sangat penasaran kenapa tiba-tiba ada bercak darah itu.
"halo, Andre aku ingin mengatakan sesuatu padamu" ucapnya.
"apa?" tanya Andre datar.
"aku tidak yakin akan menanyakan hal ini padamu, tapi apa kau bisa membantuku?" tanya Fabian ragu-ragu.
"ck! Kau pasti sedang bingung bukan? Wanita itu masih perawan dan kau orang yang pertama kali menyentuhnya" ucap Andre.
Fabian membulatkan matanya, temannya itu seperti seorang dukun. Ia memberitahu sebelum Fabian menjelaskan nya.
"sudah ya, aku sibuk." Andre langsung memutuskan panggilan teleponnya.
Fabian terlihat senang, akhirnya ia mendapatkan seperti temannya katakan.
"pantas saja rasanya berbeda dari yang lain, Olivia aku tidak akan melepaskan mu!" gumamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments