episode 6

Usai makan siang bersama keduanya masih tetap saling diam. Olivia tak mau menatap Fabian, matanya terus menatap ke arah bawah jari jemarinya saling bertaut. Entah apa yang di pikirkan gadis itu.

Fabian melihat Olivia dengan tatapan yang berbeda, pria itu tampaknya mulai tertarik dengannya. Olivia memiliki rupa yang begitu indah hingga Fabian tak rela memalingkan wajahnya kearah lain.

Beberapa detik kemudian, pria itu pun tersadar ia mengusap wajahnya kasar dan sedikit mendengus kesal atas apa yang sedang ia pikirkan.

"sial!" gumamnya.

Olivia mengangkat wajahnya saat ia mendengar samar-samar umpatan Fabian. Alisnya menyatu ketika memandang pria tampan itu, wajahnya tersirat penuh keheranan saat Fabian beberapa kali mengusap wajahnya.

"ada apa dengannya?" batinnya bingung.

Tanpa di duga keduanya pun saling berpandangan hingga beberapa detik sebelum akhirnya keduanya tersadar dan saling membuang pandangannya.

"ck! Sial!" maki Fabian dan kali ini suaranya terdengar jelas.

"apanya yang sial, Tuan?" tanya Olivia yang semakin bingung.

Fabian menghela nafasnya sejenak kemudian bangkit dari duduknya, pria itu tidak menjawab pertanyaan Olivia. Ia langsung pergi begitu saja menuju halaman belakang. Sementara Olivia masih tetap duduk di meja makan itu, ia tidak tahu apa yang harus di lakukan.

Gadis itu melihat ke seluruh ruangan tersebut kemudian berdiri dan berjalan menuju ruang tengah. Tampak begitu sepi hanya sesekali para pelayan berlalu lalang yang sedang memastikan keadaan rumah tersebut.

tiba-tiba keinginan untuk lari dari tempat itu pun muncul kembali, suasana yang begitu tenang serta tak tampaknya para penjaga membuat Olivia semakin ingin lari dari rumah tersebut. Wanita itu pun berjalan cepat menuju pintu utama yang berjarak puluhan meter.

ia juga memastikan tidak ada Fabian yang datang tiba-tiba dan mencegah dirinya keluar dari tempat yang ia rasa seperti neraka tersebut.

"ini begitu aman, tidak ada siapapun yang berjaga." ucapnya yakin.

hingga akhirnya Olivia pun sampai di depan pintu utama, sekali lagi ia menarik nafasnya menetralkan irama jantung yang terpacu cukup kencang sejak tadi ia berjalan.

perlahan gadis itu meraih handle pintu, ia menurunkannya dan dengan mudahnya pintu pun terbuka. Olivia tampak tersenyum senang, tinggal selangkah lagi ia keluar dari rumah itu. Gadis itu pun menarik handle pintu ia mulai tak sabar untuk pergi dari sana. Namun, setelah pintu benar-benar terbuka, Alangkah terkejutnya dia saat melihat pria arogan itu ada di hadapannya.

seketika mata Olivia membulat, jantungnya kembali berdebar kencang melihat tatapan dingin Fabian yang seperti ingin memakannya hidup-hidup.

"tu—tuan?" ucapnya gugup.

"kau tidak akan bisa pergi dari rumah ini, Olivia!" ucap Fabian dengan suara yang begitu dingin.

Olivia tampak pucat, ia memutar otak agar Fabian tidak curiga dengannya.

"aku memang tidak bisa pergi dari sini, Tuan!" ucapnya tak kalah dingin menutupi rasa ketakutannya.

Fabian tersenyum sinis menatap Olivia, pria itu tidak percaya dengan ucapan gadis itu.

"lalu, kenapa kau membuka pintu ini?!" tanyanya.

Olivia berpikir keras mencari jawaban yang pas, ia tak mau pria itu marah dan ia berakhir pada santapan binatang buas. Tiba-tiba Olivia berubah pikiran, ia ingin tetap hidup pikiran tentang mengakhiri nyawa telah lenyap begitu saja sesaat setelah ia bangun dari tidurnya tadi.

"oh, aku hanya ingin mencari udara segar saja! Lagipula aku tidak akan bisa kabur sebab pengawal dan CCTV milikmu ada dimana-mana!" ucapnya tak kalah sengit.

Fabian menaikan satu alisnya, ia mencoba mencerna ucapan gadis yang ada di hadapannya.

"Hem, ayo kembali masuk!" ucapnya yang tak mau memperpanjang perdebatan itu. Fabian menarik tangan Olivia untuk kembali masuk ke dalam kamarnya.

Gadis itu benar-benar geram, sepertinya ia akan terkurung di tempat itu sampai batas waktu yang telah di tentukan.

"aku bisa gila kalau begini!" gerutunya dengan suara yang pelan.

Fabian menghentikan langkahnya dan Olivia tentu saja juga ikut berhenti. Kali ini tatapan pria arogan itu jauh berbeda saat berada di ambang pintu utama tadi. Ia memasang wajah datar namun terlihat begitu sangat tampan.

"gila? Kau tahu Olivia, banyak wanita yang mengantri untuk tidur bersama ku! Dan kau terpilih langsung olehku, seharusnya kau itu bersyukur!" ucapnya dengan suara yang datar namun penuh dengan nada arogansi.

Olivia menarik satu sudut bibirnya, ia ingin muntah saat pria narsis itu mengucapkan kata-kata yang terdengar menjijikan di telinganya.

"dan kau pikir aku mau tidur denganmu, Tuan? Ingat! Kaulah yang memaksaku kau dan wanita gila itu sudah berhasil menjebak ku!" Olivia sudah tidak bisa menahan ucapannya, ia berteriak dengan lantang hingga suaranya memenuhi ruang tamu yang cukup besar itu.

Fabian melepaskan tangannya, ia memasukkan satu tangannya kedalam saku sembari memandang remeh gadis malang itu.

"sepuluh wanita sepertimu aku bisa mendapatkannya, Olivia! jangan membuatku kesal, sebelum kau menyesal karena harimau peliharaanku saat ini sedang menantikan santapan lezat dari tubuhmu!" ucap Fabian masih dengan suara yang datar.

Deg!

Jantung Olivia seakan berhenti, wajah kembali pucat tangannya seketika dingin. ia takut jika pria itu benar-benar melemparnya kedalam kandang binatang buas tersebut.

Olivia tak lagi berbicara, lidahnya terasa kelu ucapan Fabian sungguh membuatnya begitu ketakutan.

Fabian pun kembali menarik Olivia untuk masuk ke dalam kamar, pria itu melakukannya dengan kasar hingga gadis itu kesulitan mengimbangi langkah kakinya.

setelah sampai di kamar, Fabian langsung menghempaskannya begitu saja ke atas ranjang. Ia langsung mengunci tubuh Olivia mereka pun saling berpandangan. sudut mata Olivia mulai berair, sakit hati yang tidak bisa di jelaskan akibat perlakuan Fabian.

"Layani aku!" ucap laki-laki itu.

airmata yang tergenang sejak tadi pun akhirnya luruh, gadis itu terisak dan tak mampu melawan. Ia kembali mendapatkan perlakuan tidak adil itu. Namun, entah mengapa Fabian melakukannya secara lembut dan tanpa sadar Olivia pun terbuai hingga pria itu benar-benar menyelesaikannya.

***

Alan menghela nafasnya panjang saat melihat tumpukan berkas yang ada di meja kerja Fabian.

"Sudah dua hari ia tidak ke kantor, apa dia terlena dengan wanita itu hingga melupakan pekerjaannya?" gumamnya.

Alan melihat ada yang berbeda dengan tingkah bos-nya itu, Fabian beberapa kali menyimpan wanita ke rumahnya bahkan hingga berbulan-bulan lamanya. Tapi, sama sekali ia tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang CEO.

Alan mengumpulkan berkas-berkas itu kemudian ia masukan kedalam sebuah tempat. Rencananya ia akan membawanya kerumah Fabian untuk meminta tanda tangannya sebab hampir seluruh berkas itu tidak bisa menunggu waktu lebih lama lagi.

pria itu sesungguhnya kesal dan lelah tapi mau bagaimana lagi, ini sudah menjadi pekerjaannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!