Pras hari ini perasaannya galau sebab pujaan hati susah di hubungi serta dia di paksa oleh ibunya mengikuti acara makan malam bersama keluarga gadis yang akan menjadi tunangannya.
Pras bingung bila menerima, batinnya tersiksa sebab pujaan hatinya menolak setiap dia hubungi, bila di tolak dia dibilang anak durhaka. Pras yang sedang kacau pikiran dan nasib percintaannya dia pergi menemui sahabatnya karena dia butuh tempat curhat.
Di tempat sahabatnya ternyata sedang ada tamu, jadi dia akhirnya pergi ke pantai sebab semenjak Pras mengenal Namira dirinya tidak pernah lagi ke bar bila pikiran sedang kacau.
Pras duduk di tepi pantai, dia sengaja mencari tempat yang sepi. Dia berteriak sekencang kencangnya, melepaskan segala rasa beratnya beban yang dia rasa.
Tidak terasa dia tertidur hingga petang sedangkan hpnya mati karena ke habisan daya. Dia tertidur di atas pasir putih.
******
Sedangkan ibunya Pras nyonya Dewi, sejak tadi berusaha menghubungi Pras tetapi selalu di luar jangkauan. Nyonya Dewi takut apa bila Pras kabur, jadi dia memerintah pengawalnya buat mencari putranya.
"Parman! " seru nyonya Dewi memanggil salah satu orang kepercayaannya.
"Parmaaann" teriaknya memanggil, sebab yang di panggil tak kunjung datang.
Seorang pria dengan badan yang kekar datang dengan tergopoh gopoh menghampiri nyonya Dewi.
"Ada apa nyonya? " setelah berada di dekat nyonya Dewi pria itu bertanya sebab tidak biasanya sang nyonya memanggil hingga berteriak seperti tadi.
"Kamu dari mana, kenapa mendengar saya memanggil tidak langsung datang hah,,, " omel nyonya Dewi.
"Tadi saya sedang di pos nyonya" jawab pria itu.
"Kenapa kamu di pos memang di mana pak satpam" tanyanya heran. "Apa dia sudah bosan kerja di sini, bila iya cari gantinya!" serunya lagi.
"Maaf nyonya, Dodo satpam kita sedang izin menunggui istrinya di rumah sakit. Bukankah kemarin nyonya dengar sendiri bila tuan besar yang memberi izin" terang pria itu yang bernama Parman, dia menjawab tegas walau dalam hati ketar ketir takut kena semprot sang nyonya.
Nyonya Dewi akhirnya tidak jadi emosi karena dia ingat kemarin mertuanya yang memberi izin, sebab apa kata sang tuan besar tak ada yang berani membantah. Bila membantah itu artinya bersiap keluar dari rumah besar itu.
"Parman, kamu sekarang cari Pras sampai ketemu dan bawa pulang. Bila dia menolak paksa dengan cara apa pun" perintah nyonya Dewi ke pada Parman.
"Siap nyonya " jawab Parman tegas kemudian dia berlalu pergi, padahal dalam hati dongkol sebab dia sudah di perintah tuan besar untuk sementara waktu harus menggantikan Dodo. Tetapi bila dia menolak perintah dari nyonya Dewi dia juga tak berani sebab yang menggajihnya adalah suami dari nyonya Dewi putranya tuan besar.
Parman mengajak beberapa temannya buat mencari Pras hingga petang baru dia menemukan sang putra dari majikannya yang sedang tertidur di tepi pantai.
Dia membangunkan Pras tetapi sepertinya Pras enggan untuk bangun.
"Tuan...tuan bangun hari sudah senja ayo kita pulang! tuan" Parman membangunkan Pras tapi tak kunjung bangun, sepertinya Pras lebih suka dengan dunia mimpi yang indah dari pada dunia nyata.
Akhirnya Parman ingat pesan sang nyonya, membawa Pras pulang dengan cara apa pun.
"Met,,, ayo bantu angkat tuan " ajak Parman.
"Gak papalah nanti tuan bangun ngamuk bisa berabe kita di jadikan perkedel" jawab Slamet bergidik ngeri, sebab dia pernah melihat tuan mudanya pas ngamuk.
"Sudahlah kita ini hanya bawahan gak kita kerjakan nyonya yang marah kalau kita kerjakan tuan muda yang marah,,,kita gak bisa apa apa, maka kita turuti nyonya aja dulu masalah tuan muda marah urusan belakang kitakan cuma neolitik perintah" jawab Parman menjelaskan.
Dia bersama temannya mengangkat tubuh Pras hingga masuk kedalam mobil Pras.
Pras terbangun pada saat mobil menginjak lobakan, dia heran kok bisa dia berada di dalam mobil di kucek matanya kemudian dia menoleh ke kanan kiri. Pada saat pandangannya melihat Parman dia tau siapa dalangnya yang berani mengangkat dirinya.
"Pak Parman siapa yang memerintah bapak membawa saya" tanyanya kemudian karena dia segan dengan Parman sebab Parman adalah pengawal kesayangannya sejak kecil sebab beliau adalah guru yang mengajari bela diri.
Serta Parmanlah yang selalu ada waktu dia kecil hingga dia beranjak dewasa.
"Nyonya Dewi " jawab Parman singkat.
" Hah,,, kenapa mama menyuruh bapak menjemput saya?" monolog Pras lirih tapi masih bisa di dengar oleh Parman sedangkan Slamet dia menaiki mobil yang mereka bawa tadi.
"Bukankah malam ini ada acara makan malam di restoran milik nyonya" jawab Parman .
'Drt..drt.. drt.. drt' ponsel milik Parman berbunyi.
Dilihatnya bahwa nyonya Dewi yang memanggil dia mendesah membuang rasa berat di dada.
"Huh"
"Kenapa pak? " tanya Pras heran " telpon dari mama ya! bilang aja kalau aku belum ketemu" kata Pras asal.
"Bisa kena damprat nyonya bapak bila berbohong" jawab Parman ketus.
"Kan seru pak kalau mama ngomel jadikan gagal acara makan malamnya " jawab Pras berusaha cari cela menggagalkan acara mamanya.
"Ha... ha.. ha... Kamu senang bapak runyam, bisa bisa gak bisa pulang nemuin anak bini " kekeh Parman. "Ini sudah seminggu bapak belum pulang nemuin bini, bapak sudah kangen berat " cerocos Parman.
"Hahaa...hahaa....hahaa" Pras tertawa terbahak bahak karena mendengar pak Parman curhat.
Kemudian Parman memarkirkan mobil di pinggir jalan sebab dia akan menelpon sang nyonya balik.
"Kenapa berhenti pak?" tanya Pras heran.
"Gak papa" jawab Parman singkat kemudian dia menelpon nomer sang nyonya.
"Kenapa dari tadi saya hubungi tak kamu angkat Parman? bagaimana sudah ketemu belum anak nakal itu?" tanya nyonya Dewi beruntun.
"Maaf tadi saya sedang menyetir nyonya"
"Loh memang kemana teman kamu yang lain? "
"Mereka berpencar mencari tuan muda"
"Jadi Pras belum ketemu?"
"Sudah nyonya, tuan muda bersama saya"
"Kalau gitu langsung kamu bawa ke restoran ini waktunya tinggal setengah jam, takutnya keluarga Liliana sudah datang. Saya juga mau kesan, bersama suami saya" perintah nyonya Dewi.
"Huh...kenapa bapak bilang kalau aku udah ketemu sih, coba bilang belum" kata Pras pada saat sambungan telpon telah di matikan.
Parman cuek dia menjalankan mobil yang dia kendarain menuju restoran tempat acara makan malam.
Pras yang melihat Parman diam dan fokus menyetir dia hanya bisa menghela napas, karena sudah gak bisa kabur lagi.
Tepat pukul tujuh malam mereka sampai dan di depan restoran nyonya Dewi sudah berkacak pinggang dengan pandangan tajam menandakan sedang marah.
"Kenapa bajumu penuh pasir begini, seharusnya tadi ganti dulu. Kalau seperti ini bisa ilfil Liliana melihat kamu" cerocos nyonya Dewi.
"Maaf nyonya bukankah tadi anda yang menyuruh langsung kemari" jawab Parman.
"Tapi gak seperti ini juga kemari pake baju kotor" geram nyonya Dewi.
"Parman cepat ambil baju ganti di mobilnya Pras di bagasi, biasanya anak nakal ini kemana mana selalu bawa baju ganti" perintahnya.
Kemudian Pras dengan gontai berjalan menuju mobil mengambil baju ganti yang biasa dia siapkan apa bila ada meting dadakan.
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments