Yuli kini sudah memiliki tiga orang anak, dan ke hidupan Yuli sungguh memprihatinkan. Tinggal di rumah kontrakan sederhana, suami kadang kerja jadi kuli bangunan juga kadang mengojek.
Sungguh miris memang kehidupan Yuli dan Yanto setelah pergi dari kehidupan Namira, hidup mereka pas pasan malah kadang kurang. Dan kini putri sulungnya sudah meminta sekolah tk, tapi Yuli hanya bisa mengatakan ke pada putrinya bahwa mereka tidak memiliki banyak uang buat membayar pendaftaran sekolah.
"Bu.... kapan Yana bisa sekolah kayak teman teman? sekolahan yang ada banyak mainannya itu!" Tanya Yana.
"Nanti ya Yan... bila ayah sudah punya banyak uang buat daftar sekolah" jawab Yuli yang membuat Yana yang tadinya semangat mau sekolah langsung murung. Yuli yang melihat putrinya murung dia menjadi tidak tega.
"Sayang gini aja kita sekarang menabung ya, bila Yana di beri ayah uang buat jajan Yana sisihkan sebagian buat di tabung, separti ini....tahun depan insyaallah bila uang Yana sudah cukup, bisa buat mendaftar sekolah! " kata Yuli sambil mengambil sebuah toples sosis dan di isi dengan uang dua ribuan, dia mengajarkan agar putrinya mau belajar menyisihkan sebagian uang jajannya.
Mendengar kata akan sekolah tahun depan Yana sangat antusias, dia memandang ibunya dan berkata "ibu... gak bohongkan, kalau Yana bisa menabung...tahun depan Yana bisa sekolah? " tanya Yana girang.
Dan pada saat Yuli ingin menjawab, mereka mendengar suara motor berhenti di depan rumah. Yana langsung berlari keluar rumah, Karena Yana sudah hapal bahwa itu suara motor ayahnya.
"Assalamu'alaikum " ucap Yanto memberi salam pada saat hendak mengetok pintu rumah.
"Wa'alaikumsalam" jawab Yuli sedangkan Yana langsung saja mendatangi ayahnya tanpa menjawab salam.
"Ayah...Yana minta uang buat di masukan tabungan " pinta Yana sambil menengadahkan tangan, melihat hal itu Yuli dan Yanto tersenyum.
"Bila ada yang mengucapkan salam harus apa mbak? " tanya Yanto mengajarkan putri sulungnya tentang kewajiban seseorang apa bila ada yang mengucap salam.
"Wa'alaikumsalam " jawab Yana sambil nyengir.
"Nah ini baru putri ayah" kemudian Yanto menggendong dan mencium kedua pipi putrinya.
"Mbak, mau menabung uangnya nanti mau di buat apa? " tanyanya sambil berjalan masuk rumah. Sedangkan Yuli sudah dari tadi masuk, karena anaknya yang no dua baru bangun tidur dan menangis mencari dirinya.
"Mau buat daftar sekolah..... tadi kata ibu kalau mbak mau menyisihkan uang jajan sebagian, mbak harus menabung biar bisa sekolah" Yana menjelaskan apa yang tadi sudah di ucapkan oleh ibunya.
"Deg" Yanto merasa terpukul dan merasa telah gagal menjadi seorang ayah, karena dia tidak mampu menyekolahkan putrinya dan membahagiakan keluarga kecilnya.
Dia berpikir ini semua karena karma ataukah sudah menjadi suratan takdir yang di gariskan oleh Allah SWT. Dia mengingat waktu masih bersama Namira rezekinya selalu mengalir tetapi setelah dirinya menyakiti Namira dirinya sangat susah menghasilkan uang.
"Dek Mira, mas minta maaf telah menyakiti hatimu dan telah menyia nyiakan kedua putra kita. Mas kini sudah mendapatkan ganjarannya....tidak mampu dan telah gagal menjadi seorang suami buat wanita yang baik hati dan gagal menjadi seorang ayah buat seluruh anaknya mas....hanya sekedar buat mendaftar sekolah saja putriku yang masih kecil harus menabung sendiri " ratap Yanto dalam hati.
"Ayah... ayah kenapa diam aja"
"Ayaaah" panggil Yana sambil menggoyangkan tangan ayahnya karena dari tadi ayahnya diam saja. Karena Yanto masih tidak menanggapi akhirnya Yana masuk ke kamar mencari ibu dan adiknya.
Sedangkan Yanto setelah ke pergian Yana dirinya baru sadar, lalu dia pergi ke belakang guna membersihkan diri.
Setelah Yana sampai di dalam kamar dia pergi tidur padahal hari menjelang magrib, hal itu membuat Yuli heran melihat putrinya seperti ada dalam mood yang buruk. Tetapi dirinya belum bisa bertanya kepada Yana, sebab putranya yang baru berumur tiga tahun sedang tantrum. Gara hari pada saat dia bangun tidur tidak ada ibunya.
Yana masih menggendong putranya yang di beri nama Ali Zainal, sebenarnya di sudah menggendong Ali dari tadi tetapi putranya masi tetap tak mau turun. Dirinya sepertinya takut apa bila di turunkan ibunya nanti akan meninggalkannya seperti tadi.
Yanto yang setelah mandi dirinya masuk ke kamar guna melihat istrinya yang dari tadi tak keluar kamar. Di hampirinya istri yang sedang menggendong putranya .
" Sayang kenapa dengan Ali? kok tumben di gendong terus?" tanyanya beruntun karena baru kali ini di lihatnya Ali seperti itu. Kemudian Ali di ambil dari gendongan Yuli sebab dia kasihan melihat istrinya yang sudah kepayahan.
"Gak tau yah, mungkin dia tantrum bangun tidur gak melihat aku" jawab Yuli asal.
"Yah, ibu ke dapur dulu! titip anak anak ya! " seru Yuli sebelum meninggalkan kamar.
"Iya sayang... tapi tolong buatkan ayah secangkir kopi" kata Yanto sambil menimang nimang putranya.
" Iya yah " jawab Yuli sambil berlalu pergi.
Di dapur Yuli merebus air yang akan di buat kopi , sambil dia menunggu air mendidih, dia merasa rindu kepada ibu, para eyang serta adik adiknya.
Dia ingat
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments