Hari ini Namira libur jualan karena harus membawa Candra menemui Yanto di hari persidangan cerainya.
Sebenarnya Namira sangat malas pergi, tetapi karena Candra menginginkan pergi harus dengan ibunya sambil merengek terus mau tak mau Namira harus pergi.
Sebab Namira tak mau bila anaknya bersedih karena dirinya.
"Dek, perginya sama aki aja ya! ibu gak usah ikut! " seru Namira sendu.
"Gak mau, adek maunya sama ibu" kata Candra melas.
"Mir, pergilah dan selesaikan hubunganmu dengan Yanto" ucap ayahnya Namira menjelaskan.
"Siapa tahu setelah ini kamu bisa melupakan rasa sakitnya di khianati, terus kamu bisa melanjutkan hidupmu dengan bahagia!" lanjutnya.
"Yah, Mira sudah bahagia kok. Mira gak mau ketemu mas Yanto yah, bila menyebut namanya aja Mira teringat pengkhianatannya apalagi kalau ketemu, Mira belum sanggup yah. " ucap Namira sendu di pelupuk mata sudah tergenang air mata yang dalam kedipan mata bisa tumpah.
"Sabar nak kamu pasti bisa, ayah dan ibu selalu doakan yang terbaik untukmu dan anak anak. "kata ayahnya Namira.
"Bu... ibu.. ayo berangkat " teriak Candra tiba tiba.
"Dek, kenapa teriak seperti itu! gak sopan panggil ibu sambil teriak" omel Santo yang ada di belakang Candra. Dia sudah mengenakan baju seragam sekolah, Candra pun heran melihat masnya sudah siap berangkat sekolah.
"Loh mas, gak ikut apa, menemui ayah? " tanya Candra heran.
"Pergi menemui ayah gak ada gunanya buat mas, lebih baik pergi sekolah dapat ilmu" jawab Santo cuek.
"Bu, mas berangkat sekolah ya" pamit Santo sambil mencium tangan ibunya.
"Iya mas belajar yang bener" jawab Namira sambil mencium pipi putranya.
Setelah itu santo pun mendatangi eyang kakungnya.
"Kung, mas berangkat sekolah" pamitnya sambil mencium punggung tangan eyang kakungnya.
"Assalamu'alaikum" lanjutnya mengucap salam.
"Wa'alaikumsalam " jawab Namira dan ayahnya serempak.
"Bu...kapan kita berangkat " Candra mulai bosan menunggu ibunya yang tak bergerak untuk mengajak pergi menemui ayahnya.
"Sebentar kita masih menunggu trevelnya datang " Namira menjelaskan bila mobil jemputan belum sampai.
"Bu, nanti kita sama ayah jalan ke pantai ya!" seru Candra girang.
"Ibu gak bisa janji"
"Ya...terus kita sama ayah jalan kemana? "
"Hari minggu aja ya kita ke pantai sama mas, kakung, uti pasti seru. Nanti adek sama mas bisa main bareng" Namira berusaha merayu Candra agar nanti aja jalan ke pantainya.
"Itu trevelnya datang ayo kita berangkat! kalau lambat naik nanti di tinggal loh"
Kemudian Namira,ayahnya dan Candra, mereka naik mobil menuju ke pengadilan agama di tenggarong.
Karena trevel melewati jalan tol jadi biasa perjalanan sekitar dua jam setengah, sekarang bisa di tempuh hanya dengan waktu satu jam.
Mereka sampai ke pengadilan agama, karena mereka kecepatan datang jadi mereka menunggu di tempat yang sudah di sediakan.
Sedangkan Yanto belum kelihatan batang hidungnya.
"Bu.. kita mau ngapain di sini? tadi katanya mau ketemu ayah, tapi kok malah ke sini sih" karena sudah menunggu selama lima belas menit Candra mulai jenuh.
"Kita kesini mau tungguin ayah. Sebentar sayang ya kita tunggu ayah datang ke sini , mungkin ayah masih dalam perjalanan" Namira berusaha menjelaskan.
"Memang ayah tahu kalau adek ada di sini bu" tanya Candra penasaran.
"Ibu juga gak tahu, tapi pasti ayah datang karena ada yang dia mau urus di sini" kata Namira lembut.
"Sudah dek, kita tunggu dulu ya. Nanti kalau urusan kedua orangtua adek selesai kita bisa jalan jalan ke pulau Kumala" ayahnya Namira ikut menenangkan Candra.
"Kakung janji dulu kalau nanti kita jalan jalan ke pulau Kumala" Candra mengangkat cari kelingking yang di arahkan ke eyang kakungnya.
Dan tak lama, mereka melihat Yanto datang sendirian.
"Ayaahhh... " teriak Candra pada saat melihat ayahnya, kemudian dia berlari mendatangi ayahnya.
Yanto pada saat melihat Candra berlari menghampirinya, langsung memeluknya erat. Matanya berkaca kaca karena menahan rindu selama lima bulan.
"Hiks... hiks... hiks.. "Candra menangis di dalam pelukan ayahnya.
"Dek, kenapa menangis? apa gak seneng ketemu ayah hmm... " tanya Yanto penasaran.
"A..a..dek kangen sa..sama ayah, tapi a..a...yah gak pulang pu...lang " jawab Candra terisak isak dalam tangis menumpahkan rindunya yang sudah lama dia pendam.
"Dek, maafin ayah ya sekarang kita gak bisa sering ketemu. Tapi ayah janji, hari ini kemanapun adek mau ayah akan ikut"
"Beneran ayah nanti ikut ke pulau Kumala, eh pulau Kumala itu di mana ya? adek kok baru denger! " seru Candra karena baru sadar kalau dia belum pernah ke pulau Kumala.
"Loh! Emang adek tahu tentang pulau kumala dari mana "Yanto penasaran karena tadi Candra yang mengajak ke pulau Kumala tetapi dianya gak tau pulau Kumala itu di mana.
"Dari kakung!" seru Candra.
"Tadi kakung bilang gini nanti kalau urusan orangtuamu sudah selesai kita ke pulau Kumala... gitu yah, kakung bilangnya. " Candra menirukan gaya eyang kakungnya waktu mengasih tahu dirinya.
Tiba giliran nama Yanto dan Namira di panggil, mereka berdua masuk. Sedangkan Candra menunggu di luar ruangan bersama ayahnya Namira.
Persidangan berjalan lancar karena Yanto mengakui semua kesalahannya, jadi pengadilan meresmikan perpisahan mereka. Setelah menandatangani surat surat yang di butuhkan, mereka bersalaman kepada hakim dan anggotanya kemudian Yanto dan Namira keluar ruangan.
"Bagaimana sidangnya! lancarkan?" tanya ayahnya Namira penasaran.
"Lancar yah, tinggal tunggu surat cerai kalau sudah jadi di antar ke tempat masing masing" jawab Namira cepat.
"Dek, bolehkah hari ini mas ikut bawa Candra jalan jalan ke pulau Kumala! mas masih kangen sama Candra" pinta Yanto agar di bolehkan ikut jalan ke pulau Kumala.
" Silahkan mas, nanti saya akan tunggu di warung yang dekat jembatan yang mengarah ke pulau"
Akhirnya mereka memesan taksi online untuk mengantarkan mereka ke pulau Kumala. Setelah sampai Namira dan ayahnya langsung menuju warung yang ada di pinggir sungai dekat jembatan.
"Apa ibu gak ikut sama kita ke pulau Kumala?" tanya Candra heran pada saat melihat ibunya dan eyang kakungnya sudah duduk di bangku yang sudah di tuju.
"Kakung sama ibu masih capek nanti mereka menyusul, ayo kita duluan masuk" kata Yanto berbohong kemudian di ajak Candra masuk.
Candra asik mencoba wahana yang di sediakan di sana, hingga waktu mereka berdua sangat bahagia. Candra tidak tahu bila ini adalah pertemuan perpisahan yang gak tahu kapan mereka bisa bersama lagi.
Sampai pukul empat sore baru Yanto mengajak Candra menemui di mana Namira menunggu. Mereka melihat bila Namira masih berada di tempat tadi dia duduk, sedangkan ayahnya Namira memancing di sungai.
" Kung dapat ikan gak" tanya Candra pada saat sudah sampai dan berdiri di samping eyang kakungnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments