Di lihat kedua putranya sedang bermain di depan rumah. Namira kemudian mendekat, di panggil dan di peluk keduanya.
" Santo, Candra ke mari sayang" panggil Namira. Setelah putranya mendekat, di peluk keduanya.
"Kalian sudah besar sekarang ya! maaf ibu sering mengabaikan kalian, ibu terlalu fokus dengan jualan, gak punya waktu buat kalian" ucapnya sendu menahan tangis.
"Ibu kami tau, kalau ibu sibuk mencari uang buat kami sekolah dan uang jajan" ucap Santo berpikir kalau ibunya selalu sibuk mencari uang buat masa depannya.
Namira terkejut putranya yang baru berumur enam tahun dapat berpikir seperti itu, dia heran siapa yang ngajarin.
Deg..
"Nak, siapa yang ngajarin kamu sayang, tentang ibu sibuk cari uang buat kalian sekolah " tanya Namira penasaran.
"Eyang putri sama ibu guru di sekolah bu! " seru Santo memberi tahu.
"Benerkan ibu jualan cari uang buat adek beli jajan? " Candra pun penasaran.
" Iya sayang ibu cari uang buat kalian, apa di dalam ada eyang putri sama eyang kakung? " tanya Namira.
"Ada bu, eyang kakung baru aja masuk rumah" jawab mereka bersamaan.
"Ya, ibu masuk mau ketemu eyang dulu ya. Ini uang kalau kalian mau pergi beli jajan" setelah memberikan selembar uang lima puluh ribu Namira masuk rumah.
"Assalamu'alaikum" Namira mengucap salam.
"wa'alaikumsalam " balas orang yang ada di dalam rumah.
"Mira!" pekik ibunya Namira.
"Bu" Namira menjatuhkan tasnya kelantai, kemudian dia berlari menubruk ibunya.
"Hiks.. hiks... hiks.. bu, Mira gak sanggup menanggung beban sendirian hiks... hiks.. hiks.. " ratap Namira pilu.
"Sayang, kamu pasti kuat menjalani ini semua, Allah gak mungkin memberikan cobaan bila hambanya gak mampu"
" Kamu bisa mencurahkan keluh kesahmu kepadanya, setiap hari jangan lalai dengan ibadahmu" lanjut ibunya menasehatin.
"Apa ibu tahu yang Mira alami? tanyanya heran.
"Tentu saja ibu tahu, karena tadi malam Yanto kemari menceritakan semuanya dan sekalian pamit mau membawa Yuli pergi merantau" ucap ibunya memberi tahu.
"Jangan kamu pikirin mereka, doakan saja yang baik baik. Agar kamu di sini bisa menjalani hari hari dengan tenang" lanjutnya.
" Tapi bu hatiku sakit bila ingat kelakuan mereka hiks...hiks... hikss" ucap Namira kembali menangis bila mengingat kejadian di mana dia memergoki kelakuan suami dan putri kandungnya.
"Kalau saja Mira dari awal mau mendengarkan saran ibu dan mendengarkan ke curigaan ibu ibu tetangga Mira, kalau kedekatan mas Yanto dan Yuli gak wajar, ini semua gak bakal ada kejadian seperti ini" di saat tangisnya reda Namira bisa berpikir positif.
"Semua sudah terjadi jadi gak usah kamu sesali apa yang menimpamu, semua sudah suratan takdir" ucap ibunya Namira menenangkan sambil mengelus punggung putrinya.
" Sudah nduk, gak usah kamu tangis. Anakmu bukan cuma Yuli, masih ada Santo dan Candra" ucap ayahnya Namira yang baru keluar kamar.
" Kamu kembalilah pulang ke sini, jangan tinggal sendirian! Nanti malah ke pikiran bila masih di sana " lanjutnya mengusulkan.
" Iya yah" jawab Namira.
"Yah, sepertinya rumah itu mau Mira jual aja" lanjut Namira.
"Bila memang itu keputusanmu, lakukanlah agar hati dan pikiranmu tenang nak" jawab ayahnya Namira.
" Assalamu'alaikum " Santo dan Candra memberi salam pada saat masuk rumah.
"Wa'alaikumsalam " serempak ke dua orangtua Namira dan Namira menjawab salam.
"Kalian dari mana saja le?" tanya ayahnya Namira.
"Kung, tadi adek beli jajan coklat buuanyak sekali. Terus di makan bareng teman teman"
kata Candra memberi tahu eyang kakungnya.
"Terus, bagian kakung mana? " tanya eyang kakung menggoda sambil menengadahkan tangan.
"Sudah habis semua, kakung beli sendirilah kan sudah besar" jawab Candra sambil melirik ibunya karena takut di marahi.
"Berarti adek gak sayang sama kakung" eyang kakung masih menggoda Candra.
Candra menangis karena di bilang tak sayang eyang kakungnya.
"Hiks... hiks... hiks. " Candra mulai menangis.
Sedangkan Santo dan lainnya tertawa melihat Candra yang di goda eyang kakung.
"Hahaa... hahaa.. " tawa mereka serempak.
Tangis Candra semakin jadi, karena di tertawakan oleh ibu, mas dan eyang putrinya.
"Dek, kakung cuma bercanda. Sudah jangan nangis, nanti ibu kasih lagi uang buat beli lagi" Namira berusaha membujuk agar Candra mau diam, namun Candra masih menangis.
"Dek, kakung memang usil sini sama Uti aja. Jangan dekat kakung" ucap eyang putri memanggil Candra.
Kemudian Candra mendatangi eyang putri dan minta di peluk, setelah di peluk eyang putri Candra pun diam.
"Maaf, kakung janji deh gak godain lagi" janji eyang kakung sambil mendekat ke Candra.
Setelah itu Namira pamit pulang karena hari sudah menjelang malam, sedangkan subuh nanti dia harus mulai kepasar buat mencari uang
\*\*\*\*\*\*
Keesokan harinya Namira berjualan seperti biasa, dia bersenda gurau dengan teman temannya yang sesama pedagang.
Dia melupakan masalah yang sedang dia hadapi saat ini. Hingga menjelang siang pada saat Namira akan pulang teman yang berjuaalan di sebelahnya bertanya.
" Loh, mbak Namira mau kemana? " tanyanya heran pasalnya dagangan Namira masih ada sedikit. Biasanya bila dagangannya sudah habis baru Namira pulang kerumah.
"Eh, ini bu soalnya gak ada yang panen sayur di kebun, jadi saya pulang dulu mau manen sayur buat dagangan" jawab Namira.
" Loh, kemana si Yuli anak gadismu yang rajin itu sama suamimu kan biasanya mereka yang panen" tanya temannya lagi.
"Mas Yanto dan Yuli lagi ke tempat saudaranya mas Yanto, yang ada di berau bu!" seru Namira berbohong agar tidak ada yang tau tentang aib rumah tangganya.
" Saya duluan bu, takut lambat sampai kebun nanti gak sempat panenkan ubi buat pak dari....Assalamu'alaikum" pamit Namira sambil mengucapkan salam.
"Wa'alaikunsalam " jawab temannya Namira.
Kemudian Namira pulang di jemput oleh mang Karta.
"Mang nanti mampir kerumah ayah dulu ya, baru antar saya ke kebun. Terus mulai besok jemput saya di rumah ayah aja! " seru Namira.
"Iya mbak" jawab mang Karta singkat tanpa banyak bertanya.
Setelah sampai kebun ternyata ibu Sumi telah memanen sayuran dan kini beliau lagi memanen buncis dan ini adalah panenan terakhir.
"Ibu, besok bila ibu dan mang Karta mau berkebun bisa menggunakan kebun saya yang bekas mas Yanto tanamin buncis serta tanah yang kosong itu ya" beritahu Namira kepada bu Sumi.
"Saya gak punya modal mbak... saya seperti ini aja dapat upah dari bantuin manen sama ngerumput aja ya mbak " jawab ibu Sumi.
" Nanti saya yang modal " bujuk Namira.
"Kalau mbak yang modal nanti ibu coba rembulan dengan mamang dulu ya mbak" ucap bu Sumi.
Setelah selesai panen mang Karta yang bertugas membawa hasil panen.
\*\*\*\*\*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments