Akhirnya mobil yang di tunggu oleh Namira datang. Mereka menurunkan barang barang yang sudah di pesan oleh Namira, setelah di bayar mereka pergi.
" Sus, saya pulang duluan" pamit Namira karena buru buru pulang warung yang di rumah sudah di tinggal kelamaan.
" iya mbak! " seru Susi
" jangan lupa kalau pulang catat dulu barang yang sudah habis, jadi nanti malam bisa saya pesan lagi" kata Namira.
"iya mbak" jawab susi.
*****
Sedangkan di kebunnya Namira, Santo asik pergi memancing di sungai. Santo yang hari hari bila pulang sekolah suka pergi menyusul ke kebun. Kadang mendatangi eyang kakung kadang mendatangi mang Karta yang sudah di anggap seperti kakeknya sendiri.
"Aki! Mas dapet ikan gabus gede! " teriak Santo ke mang Karta. Kemudian dia berlari
mendatangi mang Karta sambil membawa pancing yang ada ikan gabusnya.
"Bawa sini, aki bantu lepaskan!" seru mang Karta sambil melambaikan tangan memanggil Santo.
"Wah, ikannya besar ya. Mas pinter mancingnya " kata mang Karta memuji.
" Cucu siapa dulu dong...! " seru Santo sambil menepuk dada.
"Eleh Eleh... cucu aki sekarang berani ngomong sombong ya, ini sudah lepas... ikannya bawa ke pondok kasih nenek biar di bersihkan" perintah mang Karta ke Santo.
" Siap laksanakan komandan " gaya kocak Santo memberi hormat.
Mang Karta hanya geleng geleng kepala melihat kecerian Santo.
" Semoga dirimu selalu bahagia, sehat selalu dan menjadi anak yang membanggakan mbak Mira" gumam mang Karta lirih.
" Nek... nenek... mas dapat ikan gabus " teriak Santo sambil menunjukkan ikan yang di bawanya.
" Bawa kesini nenek bersihkan " panggil ibu Sumi.
" Ikannya besar....mau di masak apa ini ikan gabusnya " tanya ibu Sumi.
"Di goreng aja, nek..." jawab Santo.
Setelah masak Santo memanggil mang Karta, dia mengajak makan bareng.
"ayo kita makan biar tambah tenaga " goda mang Karta ke Santo sambil memperlihatkan otot tangannya.
Mereka makan sambil bercerita, selesai makan Santo sudah gatal kepingin pergi memancing.
"mas pergi mancing ya? " ucap Santo minta izin.
"Jangan jauh jauh mancingnya ya, kalau jauh gak ada yang ngawasin. Terus nanti nenek bingung kalau mau manggil buat makan siang " kata ibu Sumi.
" Iya nek, tenang aja....mas tadi juga sudah di bilangin aki kalau gak boleh jauh jauh" jawab Santo.
"Ya udah, hati hati dan jangan memancing di tempat yang dalam ya" ibu Sumi memperingatkan.
Kemudian Santo lanjut pergi memancing, di dekat mang Karta. Hingga sore menjelang , akhirnya mang Karta mengajak istrinya dan Santo pulang.
"Mas, ayo pulang sudah sore! " seru mang Karta memanggil Santo.
" iya " jawab Santo sambil berjalan menuju
pondok.
Mang Karta berniat mengantar istrinya dan Santo menggunakan motor tapi di tolak, karena mereka tau sayuran yang sudah di panen harus di antar ke pasar.
" Kami jalan kaki aja kan nek!" seru Santo
" aki antar sayur aja ke pasar" lanjutnya.
*****
Sedangkan Namira pulang dari pasar langsung membuka warungnya. Dia menyusun mengikuti alurnya aja, selain itu Namira juga mengecek stok yang sudah lama karena takut ada barang yang sudah kadarwarsa.
Sedang asik menyusun, ada sebuah motor stop di depan warung. Namira melihat keluar warung siapakah yang datang.
Dia heran kenapa ada pak pos ke tempatnya, karena seingatnya gak ada pesan barang apa pun.
"Permisi...." ucap pak pos.
"Iya saya sendiri" jawab Namira.
"Ada apa ya! " seru Namira.
"Ini bu Namira ada paket" pak pos menyerahkan amplop besar berwarna coklat.
Setelah Namira menerima dan mengucapkan terima kasih pak pos pamit pergi.
" Terima kasih pak" ucap Namira.
"Iya bu.... mari bu " jawab pak pos, kemudian pergi.
Namira kemudian melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai. Karena ke asikan berjualan dan bercengkrama dengan beberapa pembeli, dia melupakan dengan paket yang di letakkan di atas meja.
Hingga malam menjelang dan warung di tutup cepat, pada saat berkumpul menonton tv di ruang keluarga, Namira baru teringat bila ada paket tadi siang.
Kemudian dia berjalan ke arah warungnya.
"Mira, mau kemana?" tanya ayahnya.
" Mau ke warung, ngambil sesuatu" jawab Namira sambil lanjut berjalan.
Setelah kembali ibunya heran dengan amplop yang di bawa Namira.
"Itu amplop apa Mir, kok besar ya?" tanyanya heran.
"Mira juga gak tau bu! ini tadi siang di antar pak pos" jawab Namira sambil memerhatikan amplop.
Kemudian di lihatnya ada tulisan pengadilan agama.
"Kayaknya mas Yanto sudah ngurus surat cerai ke pengadilan" gunanya.
"Dari mana itu Mir?" tanya ayahnya Namira penasaran.
"Dari pengadilan agama" jawab Namira tegas.
Kemudian di buka dan di baca isinya, baru dia paham kalau itu adalah panggilan sidang bulan depan di pengadilan agama di tenggarong.
Santo yang ikut penasaran dia ikut membaca kemudian bertanya.
" Bu, berarti ibu dan ayah resmi bercerai ya? " tanyanya heran.
"Iya gak lama lagi, kenapa? " jawab Namira.
"Gak papa bu" jawab Santo sambil berjalan kembali ke tempat dia duduk tadi.
Candra yang dari tadi asik menonton menoleh ke Santo kemudian bertanya heran.
"Kenapa mas?" tanyanya.
"Itu ibu sama ayah mau meresmikan berpisah" jawab Santo datar.
"Berarti ayah gak bakal kesini lagi! ayah sudah gak sayang kita ya mas? padahal ayah sama kakak udah lama perginya, kenapa gak pulang pulang?" tanya Candra beruntun.
"Iya, kenapa dek! " seru Santo.
"Mas adek kangen sama ayah, pengen di gendong ayah, main bareng lagi kayak kita waktu ke Lamin Etam kan itu terakhir kita sama sama ayah" jawab Candra sambil mata berkaca kaca.
"Hiks... hiks.. hiks.. "akhirnya tumpah sudah air mata Candra.
"Loh, kenapa ini cucu Uti nangis?" tanya eyang putri ibunya Namira.
"Hiks... hiks... hiks.. " yang di tanya masih menangis.
"Itu Uti adek kangen sama ayah" jawab Santo ketus.
"Dek ngapain kangen sama orang yang sudah melupakan kita, nanti kita suruh aja ibu cari ayah baru yang sayang sama ibu dan kita semua" lanjutnya enteng.
"Huaa... huaa...huaa" mendengar kata kata Santo, sang adik menangis kejer.
Melihat Candra menangis di pelukan eyang putrinya, Namira gak tega kemudian dia mendekat.
" Nanti kalau memang Candra kangen sama ayah, biar nanti ibu suruh mang Karta yang antar pada saat sidang cerai" kata Namira lembut.
"Loh,kok mang Karta yang antar? Memang kamu bulan depan gak pergi ke sidang Mir?" tanya ayahnya heran.
" Nggak yah, Mira gak mau sakit hati liat mereka lagi" jawab Namira ke mudian berlalu menuju kamarnya.
Ayah dan ibu hanya bisa menatap kasihan, melihat putri sulung mereka yang nasib pencintanya di tikung anak kandungnya sendiri.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments