Namira kini sedang di kota Samarinda bersama Santo putra sulungnya, mereka sedang memeriksa hasil laporan penjualan selama dua bulan ini. Sebab Namira selama dua bulan belum sempat mengecek secara langsung, hanya mengecek melalui email yang di kirim oleh bawahannya.
Bukannya tidak percaya, tetapi hanya waspada agar tidak ada yang merasa cemburu di antara anak buahnya. Makanya dia akan mendengarkan semua laporan mereka, tetapi dia juga mencocokkan hasil yang ada.
Apa bila di rumah makan yang ada di kota Samarinda, Namira mempunyai ruangan pribadi berbeda dengan di Balikpapan. Sebab di Samarinda rumah makannya sudah seperti restoran, walau masih ada juga tempat berjualan lesehan seperti yang ada di kota Balikpapan.
"Mas! coba kamu cocokkan dengan yang di kirim oleh pak Mus, bila cocok berarti beliau dapat di percaya walau ibu gak harus datang ke sini" kata Namira.
"Loh....emang ibu gak ke sini lagi " tanya Santo penasaran sebab kata kata ibunya menyiratkan seolah olah gak mau lagi ke sini.
" Bukan gitu mas! maksud ibu, bila ibu gak sempat berarti laporannya bisa di kirim melalui email aja " terang Namira.
"Ohh.... ya udah ayo kita kerjain bersama sama aja biar cepat selesai" ajak Santo.
'drt..drrt.. drrt'
Saat sedang asik dengan pekerjaan mereka HP milik Namira berdering, setelah di cek ternyata telpon dari Pras. Setelah di lihat siapa yang menghubungi, Namira bimbang antara mengangkat atau tidak. Sebab dia malas bila selalu di atur! Akhirnya di biarkan hpnya berbunyi hingga beberapa saat. Membuat sang putra heran tidak biasanya ibunya mengabaikan dering ponselnya seperti sekarang.
"Siapa bu yang menelepon? " tanyanya penasaran, sebab dering ponsel ibunya bila di hitung sudah lima kali berbunyi.
"Bukan siapa siapa, cuma orang iseng aja" jawab Namira acuh.
" kok ibu bisa tau kalau itu telpon dari orang iseng, sedangkan dari tadi gak ada ibu mengangkatnya" tanya Santo heran sebab dia tidak ada melihat ibunya mengangkat telpon dari tadi.
Karena tidak ingin putranya tambah penasaran dengan terpaksa Namira menjawab telpon dari Pras yang dari tadi telah dia abaikan.
" Halo, Assalamu'alaikum "
"wa'alaikumsalam, kenapa baru di angkat padahal aku dari tadi menelepon? memang lagi sibuk apa sampai gak sempat angkat telpon? Padahal masakan yang kamu kirim ke restoran hari ini bukan kamu yang masak. " berondong Pras pada saat Namira baru angkat telpon.
Namira menghela napas mendengar semua kata kata Pras dia bingung mau menjawab apa, dia juga heran kenapa seolah olah dia seorang kekasih yang lalai. Padahal mereka hanya sebatas rekan kerja.
"Saya saat ini sedang ada di Samarinda, karena sudah dua bulan semenjak kita kerja sama saya tidak sempat memeriksa hasil laporan penjualan warung makan saya" akhirnya Namira menjawab dengan berat hati.
" Kenapa gak ngomong bila mau ke Samarinda? kan kalau ngomong aku bisa antar, terus sama siapa kamu ke sana? " tanya Pras posesif.
"Kenapa saya harus laporan ke anda bila mau ke tempat warung makan saya?" Namira balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Pras.
"Mira..... kenapa malah balik bertanya sih, apa susahnya jawab pertanyaanku!" kata Pras geram.
"Atau kamu saat ini bersama pria lain iya? " tanyanya lagi. " Makanya kamu susah jawab pertanyaanku?" lanjutnya.
"Iya saya saat ini bersama dengan seorang pria yang sangat saya sayangi dan cintai melebihi cinta saya ke pada kedua orang tua saya" jawab Namira asal sambil melirik Santo yang sedang memeriksa berkas yang ada di hadapannya menggantikan sang ibu. Santo tidak ingin ikut campur dengan urusan sang ibu dengan orang yang ada di telpon. Karena baginya selama orang itu tidak menyakiti ibunya dia tidak akan ikut campur.
"Siapa pria itu, apa perlu aku singkirkan dia agar tidak bisa berada di dekatmu lagi? " tanya Pras berang.
"Jangan coba coba anda menyakiti pria ke sayangan.saya, sebab kedua putra saya adalah segalanya bila anda berani menyakitinya seujung kuku saja. Maka anda akan berhadapan langsung dengan saya, serta saya tidak akan memaafkan anda seumur hidup saya. " ancam Namira sambil tersenyum sinis.
Namira sangat senang saat ini bisa mengerjain Pras sebab dia tahu bila Pras pulang ke kotanya karena akan di kasihkan oleh orangtuanya. Oleh sebab itu Namira tidak ingin membuka hati buat Pras, dia takut kecewa. Sebab kejadian yang lalu pada saat suami dan putrinya berkhianat membuat luka hati yang susah di obat.
Namira sudah tidak percaya dengan adanya pasangan yang setia untuknya. Kadang dia melihat ayah dan ibunya serta mang Karta dan ibu Sumi, dia iri kenapa dia tidak bisa mendapatkan pasangan yang setia seperti mereka.
"Mira sayang....bukan seperti itu ,mana berani aku menyakiti mereka. Coba dari tadi kamu bilang kalau bersama mereka aku gak akan marah marah seperti tadi." rayu Pras, karena dia takut bila Namira menjauhinya.
"Siapa yang anda panggil sayang? kita tidak ada hubungan apa apa perlu di garis bawahi hubungan kita hanya sekedar urusan kerjasama saja tidak lebih" terang Namira.
"Tapi saya beneran sayang sama kamu, makanya aku takut bila kamu ada yang mendekati. Kalau perlu setelah dari sini aku akan melamarmu kepada kedua orang tuamu dan kedua putramu" ucapnya kemudian diam sejenak sebelum melanjutkan.
"Bila perlu hari itu juga kita menikah" bujuk Pras lagi.
"Anda salah bila mau mengajak saya menikah, karena kita tidak cocok dan saya tidak mencintai anda" elak Namira.
"Siapa bilang kita tidak cocok! Gak adakan! kalau cinta cukup diriku saja yang sangat mencintaimu gak papa, karena akan aku buat kamu bucin kepadaku"
Pras selalu berusaha agar Namira menerima dirinya,
sebab dia takut bila wanita yang sangat dia cintai di miliki orang lain, padahal nanti malam adalah pertemuan keluarganya dengan keluarga gadis yang akan di jodohkan dengan dirinya.
Dia saat ini frustrasi, takut wanita yang dia suka menghindarinya dan tidak mau ketemu lagi. Bila dia menerima perjodohan, tapi bila dia menolak takut orangtuanya malu.
" Saya tahu dari Andi bila malam ini keluarga besar anda akan mengadakan pertemuan dengan gadis yang akan di jodohkan dengan anda.... saya doakan semoga acaranya lancar ya amin" kata Namira sambil berdoa agar acara perjodohan Pras lancar. Pras mendengar doa Namira dia mengepalkan tangannya geram kemudian dia berucap sinis.
"Aku berdoa semoga aja acaranya gagal agar gak ada yang memaksa aku dengan melanjutkan perjodohan"
" Jangan seperti itu, kasihan kedua orang tua anda.... mereka bila menjodohkan anda itu berarti gadis itu gadis baik baik" jelas Namira.
"Sudahlah kita gak usah pikirin hal itu, sekarang kamu maukan menerima lamaranku" tanya Pras.
"Saya tidak bisa menikung jodoh orang lain, karena saya tau sakitnya di khianati" jawab Namira sendu.
"Lebih baik kita seperti biasanya aja, saya matikan teleponnya ya ini sudah waktu makan siang kasihan putra saya sudah kelaparan" alasan Namira kerena dia capek meladeni debat dengan pria yang susah di nasehatin.
"Ya udah nanti lagi aku telpon lagi bila gak sibuk" akhirnya Namira mematikan sambungan telpon .
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments