Di pagi hari yang cerah, Namira terbangun kesiangan. Pagi ini setelah masak dan membersihkan rumah, Namira bersiap ke ladang namun pada saat mau membuka pintu rumahnya, ponselnya berbunyi.
Di rogoh tas tempat di mana dia meletakkan hp, di lihat nama yang menghubunginya.
Keningnya mengkerut setelah tahu siapa yang telah menghubunginya.
Dia heran ada apa mang Karta menghubunginya di jam segini bukankah tadi subuh sudah dia kasih kabar bila tidak kepasar.
Karena penasaran akhirnya di angkat panggilan tersebut.
"Halo, Assalamu'alaikum " kata Namira menjawab telpon.
"Wa'alaikumsalam " jawab mang Karta.
"Ada apa mang? "tanya Namira.
" Begini mbak, tadi saya abis ngantar penumpang ke terminal, saya melihat mas Yanto dan Yuli membawa koper dan tas mereka mau kemana ya? " tanya mang Karta.
"Maaf ya mbak bukan saya mau tau, tapi ini istri saya nanya sebab kemarin dia juga melihat mas Yanto membawa Yuli ke bidan Nira!" lanjut mang Karta.
Namira bingung mau menjawab apa, sebab gak mungkin dia membongkar aib rumah tangganya.
"Oh... itu mang, mas Yanto dan Yuli lagi mengunjungi keluarganya yang ada di Berau" akhirnya Namira berbohong karena dia tidak mungkin cerita kalau Yanto dan Yuli telah dia usir.
"Begitu to mbak, maaf ya mbak menggangu" kata mang Karta.
"Iya mang, gak papa... oh ya mang ini saya mau ke kebun panen sayuran, nanti sampean bisakah mengantarkan sayurnya ke lapak?" tanya Namira.
"Bisa mbak, yang penting dapat bonus ha.. haha.. becanda mbak" jawab mang Karta.
"Tenang aja mang nanti saya tambahin ongkosnya, sekarang mamang pintar bisnis nih" jawab Namira.
"Gak mbak, mamang cuma bercanda mana mungkin saya seperti itu, bisa lari nanti para pelanggan saya " elak mang Karta.
"Santai aja mang saya paham kok... mang sudah ya, saya mau ke kebun dulu. Assalamu'alaikum " kata Namira.
"wa'alaikumsalam" jawab mang Karta.
Kemudian Namira pergi ke kebun, dia bersyukur karena tidak ada ketemu dengan orang saat di jalan.
"Alhamdulilah jalannya sepi, jadi gak ada yang bertanya macam macam" batinnya.
Namira sampai di kebun langsung menuju pondok, di letakkan bekal makanan yang di bawa dari rumah. Kemudian dia berganti pakaian khusus buat di kebun.
Sebelum turun dari pondok dia menggunakan caping buat menutupi kepala dari sinar matahari.
Hingga siang hari Namira baru menyelesaikan panen ubi baru satu bedeng, dia menghela nafas,"huh" kemudian di angkatnya ubi yang sudah di masukan karung.
"Capeknya, hm.. mungkin karena ini mas Yanto selingkuh, karena aku kurang perhatian dan gak mau bantuin dia di kebun" gumam Namira.
"Setelah ini siapa yang mau ngerawat kebunku" lirihnya
Kemudian Namira membuka bekal dan menyantapnya, menu sederhana yang dia buat di rumah. Tumis sawi dan tempe goreng serta sambal tomat.
Setelah makan Namira kemudian turun ke kebun, karena dia mau lanjut panen. Kali ini dia memanen sayuran, dia memanen secukupnya saja buat dia jualan esok pagi.
Pada saat Namira memasukan sayuran ke dalam karung mang Karta datang bersama dengan istrinya.
"Mbak, sudah selesai panennya?" tanya mang Karta.
"Belum mang!" seru Namira.
"Saya belum panen kemangi sama lombok" lanjut Namira.
"Boleh saya bantuin mbak! " seru istri mang Karta.
" Apa ibu gak repot kalau bantuin saya " tanya Namira.
"Saya lagi gak ada kerjaan kok mbak" jawab istrinya mang Karta.
"Kalau gitu boleh bu.. mari kita panen lombok" ajak Namira.
"Mang ini kunci lapak saya, nanti tolong ubi dan sayur ini di masukan lapak ya" kata Namira menyerahkan kunci lapaknya.
Setelah mang Karta pergi Namira dan ibu Sumi istrinya mang karta memetik lombok yang sudah tua.
Mereka memetik lombok sambil bercerita panjang lebar, sampai pada saat ibu Sumi bertanya kemana perginya Yanto.
Namira terdiam dia kemudian menangis tersedu sedu.
"Hiks...hiks.. hiks.. hiks" tangis Namira membuat ibu Sumi kaget.
"Mbak kenapa menangis? apa kata kata ibu ada yang membuat mbak sakit hati? " tanya ibu Sumi.
"Ibu ti.. tidak bersalah" jawab Namira.
" Saya tidak apa apa kok bu, cuma terharu ada yang perhatian dengan keluarga saya" lanjut Namira.
" Ayo kita lanjut lagi panennya" kata Namira lagi.
" Bu, apa besok ibu sibuk?" tanya Namira.
"Ibu gak sibuk kok mbak" jawab ibu Sumi "emang kenapa?" lanjut bu Sumi penasaran.
"Kalau gak sibuk bisa gak besok bantuin saya panen sayur setelah saya pulang dari pasar!" seru Namira.
" Nanti saya kasih upah, tapi ya gak banyak setengah hari saya kasih lima puluh ribu aja" lanjut Namira.
"Mau... mau banget mbak, karena saya juga butuh biaya buat anak sekolah" jawab bu Sumi antusias.
"Alhamdulilah, kalau memang rezeki gak kemana" ucapnya bersyukur.
Setelah selesai panen jam sudah menunjukkan jam lima sore, mereka buru buru bersiap pulang kerumah masing masing.
Tapi sebelum itu, Namira memberikan upah ke ibu Sumi serta sayuran, lombok dan singkong buat ibu Sumi bawah pulang.
" Bu, ini upah ibu hari ini ya" kata Namira sambil menyerahkan uang sebesar lima puluh ribu.
"Loh, mbak kan saya kerjanya mulai besok?" tanya bu Sumi heran sambil mengembalikan uang tersebut.
"Ini rezeki buat ibu gak boleh di tolak, dan ini ada sedikit sayuran dan singkong buat di bawa pulang" kata Namira sambil memberikan sayuran dan singkong.
" Bu, jangan lupa besok kalau gak ada halangan bantuin saya lagi ya" ucap Namira mengingatkan.
"iya mbak, ibu pasti bantuin" jawab ibu Sumi sebelum berlalu pulang karena mang Karta telah menjemputnya.
Namira berjalan sambil menenteng tas berisi ponsel dan tempat bekal, karena lombok dan kemangi yang telah dia panen bersama ibu Sumi telah di bawa mang Karta duluan yang akan di letakan di teras rumahnya.
Di perjalanan pulang Namira mampir ke rumah orangtuanya. Di logatnya ke dua putranya sedang bermain, tapi pada saat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments