Namira masih menangisi nasib pernikahannya yang di tikung anak kandungnya sendiri, setelah tenang Namira keluar kamar dan di lihat Yanto yang masih menenangkan Yuli di kamarnya.
"Yul sudah jangan menangis, ayah pasti bertanggung jawab kepada bayi yang ada di dalam kandunganmu ini" ucap Yanto.
"Tapi yah, ibu pasti marah kalau ayah menikahiku!" seru Yuli.
"Ayah akan bicara dengan ibu, agar dia mau mengerti" ucap Yanto
"Semoga ibu nanti mau menerima ya yah, dan gak jadi mengusir kita"doa Yuli.
"Amin" sahut Yanto. "tapi bil... " ucapan Yanto terpotong karena melihat ada Namira di depan pintu.
"Saya akan memaafkan kalian " potong Namira.
"Dek... apa bener kamu memaafkan mas?" tanya Yanto senang.
"siapa yang bilang saya akan memaafkan seorang penghianat seperti kalian dengan mudah, saya hanya melanjutkan apa katamu saja" jawab Namira ketus.
" saya mendatangi kalian karena ada yang mau saya katakan pada kalian" lanjut Namira dingin.
"Dek.. apakah kita gak bisa kembali seperti biasanya aja kalau ngomong, mas tau kalau aku salah" kata Yanto sakit hati karena Namira berbicara dengan nada dingin.
"Tapi apa tidak bisa adek maafkan kesalahan mas, tuhan aja pemaaf ayolah dek maafkan mas" lanjutnya.
"saya akan memaafkan kamu apa bila kamu bisa menyatukan gelas ini menjadi seperti semula" ucap Namira sambil mengambil gelas yang ada di atas meja kemudian membantingnya.
Yanto terkejut dengan apa yang di lakukan Namira "dek mana bisa gelas yang sudah pecah seperti itu di satukan kembali karena itu terlalu kecil" ucap Yanto spontan.
"Itulah saya menyuruh anda menyatukannya agar anda tau seperti apa hati saya saat ini" teriak Namira, kemudian Namira berjalan ke gudang belakang mengambil sebuah koper dan tas ransel yang ada di atas lemari penyimpanan, kemudian dia kembali masuk ke kamar Yuli.
Tanpa bicara Namira mengemas baju Yuli. Tapi sebelum itu Namira sudah memasukkkan pakaian Yanto ke tas ransel.
"Bu mengapa baju Yuli ibu masukan koper semua apa ibu mau mengusir Yuli? " tanya Yuli heran dengan kelakuan ibunya.
" Memang apa yang kamu harapkan di sini? melihat saya mati bunuh diri gitu!" kata Namira ketus.
"Bu kenapa ngomong kayak gitu, Yuli sayang ibu Yuli gak mau jauh dari ibu hiks.. hiks... hiks" kata Yuli sampai menangis takut kalau ibunya betul betul mengusirnya.
Namira tidak menghiraukannya dia tetap melanjutkan memasukan barang barang Yuli ke koper dan sebagian dia masukan ke dalam kardus. Setelah selesai di angkat dan di bawa ke ruang tamu.
Yanto terkejut pada saat baru masuk rumah, karena dia melihat ada koper, tas ransel dan satu kardus yang sudah di ikat menggunakan tali rapia.
Rupanya Yanto tadi keluar rumah buat menenangkan diri pada saat Namira pergi ke gudang.
" Dek ini barang siapa apa dirimu mau pergi meninggalkan mas?" tanya Yanto heran.
"hahahaaa...." Namira tertawa terbahak bahak "apakah itu yang kamu harapkan saya yang pergi dari rumah ini? iya begituan! " "janganlah kamu mimpi di siang bolong Yanto" kata Namira kasar.
"Dek...ja.. jadi ini barang mas" tanya Yanto.
"Ternyata otakmu masih berfungsi, benar sekali ini bajumu dan baju Yuli" kata Namira.
"Karena aku tak sudi melihat kalian lagi di sini " lanjut Namira lagi.
"Dek tolonglah jangan seperti ini, kita pasti bisa melewati semua dengan damai " ucap Yanto.
"Ha..damai...kamu berharap di dalam mimpi saja sana" ketus Namira.
"Bila kamu dan dia tidak pergi sekarang juga
yang kamu temui besok pagi jenazahku di dalam kamar" ancam Namira.
deg
Yanto terkejut dengan ancaman Namira yang tidak main main.
"Dek aku harus kemana membawa Yuli pergi" tanya Yanto.
"Terserah yang penting pergilah yang jauh, agar saya tidak lagi melihatmu dan dirinya lagi" jawab Namira dingin.
"Bu, jangan usir Yuli. Yuli mau sama ibu" mohon Yuli.
Yuli dari tadi hanya diam mendengarkan perdebatan ibu dan ayah sambungnya yang sekaligus calon ayah biologis buat anaknya. Akhirnya bersuara.
"Kalian pergilah saya sudah tak mau kalian di sini pergi... pergiiii.. cepat keluarrr" teriak Namira sambil membuka pintu rumahnya.
Dengan terpaksa Yanto mengajak Yuli ke luar rumah, dengan menggendong tas ransel serta mengangkat koper dan kardus yang berisi barang Yuli menuju motornya.
" Yul, ayo kita pergi dari sini karena kita memang salah" ajak Yanto pasrah "dek, maaf mas sudah membuatmu kecewa mas pergi, semoga adek sehat dan bahagia selalu walau tak bersama mas Assalamu'alaikum " pamitnya tapi baru beberapa langkah Namira berseru.
"Tunggu"
Yanto berhenti kemudian berbalik dan tersenyum.
"Tolong jatuhkan talak buatku sekarang juga" pinta Namira "biar saya mudah mengurus perceraian kita di pengadilan.
Mendengar permintaan Namira senyum Yanto memudar dengan terpaksa dia mengucapkan kata talak.
Deg
Yanto bimbang, sebelum mengucapkan kata talak, di tatapnya Namira sendu.
"Namira binti Muhamad Naryo dengan ini saya jatuhkan talak satu setelah ini kamu bukan istriku lagi" ucap Yanto sendu dia berlalu dengan mengusap air matanya yang jatuh.
Mendengar kata talak yang di ucapkan Yanto, Namira langsung terduduk dia menangis dengan menutup wajahnya dengan telapak tangan.
Setelah mengucapkan kata talak Yanto cepat cepat keluar karena tak sanggup lagi berada di dalam rumah karena melihat Namira menangis, Yanto langsung membawa Yuli pergi entah kemana.
Sedangkan Namira masih di tempat duduk sambil menangis, setelah puas menangis Namira pergi menutup pintu kemudian masuk kamar.
Di dalam kamar Namira duduk di tepi ranjang dia menatap foto pernikahannya yang di tengahnya ada foto Yuli, dia tak menyangka bila Yuli putri kandungnya sendiri yang telah menjadi orang ketiga di rumah tangganya.
Anak yang begitu dia sayang dari kecil telah mencuri suaminya sendiri, sungguh semua itu membuat hatinya hancur.
Anak yang dia rawat dengan sepenuh hati yang selalu di manjakan melebih anaknya yang lain, telah mendukungnya.
Entah sampai kapan rasa sakit itu akan hilang dari dirinya, dia merasa tak sanggup. Tapi dia harus bertahan demi ayah, ibu dan kedua putranya.Dia harus bisa berjuang sendiri, mencari nafkah buat kedua putranya.
Namira harus bisa berjuang walau tanpa ada Yanto dan Yuli yang membantunya lagi.
"Namira kamu harus bisa menghadapi ini...cukup sudah jangan lagi keluarkan air mata buat mereka yang tak setia" ucapnya menyemangati pada diri sendiri.
Kemudian Namira merebahkan diri dan tidur, hingga pagi menjelang Namira tak ingin bangun, karena hari ini dia mau ke kebun memanen ubi, lombok dan sayuran buat besok dia jualan.
\*\*\*\*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments