Sudah lima bulan Namira, berpisah dengan Yanto. Kini ia mulai jujur ke pada setiap orang, tentang masalah rumah tangganya.
Dia akan menjawab sebab ke pergian Yanto dan Yuli, dan kini rumahnya pun sudah di jual.
Uang hasil penjualan rumah, di pergunakan untuk membuat warung sembako di depan rumah ibunya. Serta di buat modal kebun yang di kelola mang Karta dan istrinya.
Sisa uang Namira tabung buat biaya sekolah kedua putranya.
Kini Namira tak lagi pergi ke lapak buat berjualan sayur, karena sudah ada yang membantu berjualan di lapak.
Di warungnya, Namira gak cuma jualan sembako. Dia juga jual sayur, ikan, bumbu dapur, es blender, kue hasil buatannya, dan sayur yang sudah di masak.
Namira dari jam dua pagi sudah bangun, dia sedang mamasak sayur lodeh, sambal ikan asin, telur balado, sambal goreng kentang dan ikan bandeng.
Namira juga membuat aneka gorengan, seperti bakwan, lumpia, tahu isi, tempe mendoan, dan pisang goreng. Dia sengaja membuat gorengan, karena banyak bapak bapak yang mau berangkat ke kebun biasanya mampir minum kopi sambil mengobrol meminta di buatkan gorengan.
Jam enam Namira sudah membuka warungn di bantu ayahnya dan Santo.
"Bu, Santo boleh minta lumpia buat bekal sekolah" Santo minta izin mengambil lumpia buat bekal sekolah.
"Boleh" jawab Namira.
Kemudian Namira memasukan sepuluh buah lumpia ketempat bekalnya Santo.
"Ini, nanti makannya bagi sama teman ya! " seru Namira memberitahu Santo. Karena dia ingin mengajarkan putranya buat berbagi bila punya lebih.
"Iya bu! pulang sekolah nanti mas boleh menyusul kakung di kebun kan bu? " tanya Santo sebelum pamit berangkat sekolah.
"Boleh, tapi gak boleh gangguin kakung di kebun ya" Namira memberi izin tapi juga memperingatkan Santo agar tak mengganggu eyang kakungnya.
"Siap komandan" jawab Santo memberi hormat, kemudian mencium tangan ibunya.
"Assalamu'alaikum " ucap Santo memberi salam sebelum berangkat.
" Wa'alaikumsalam " Namira menjawab salam.
"Mbak Mira, kopi hitam satu ya" kang
Parto baru datang langsung pesan kopi hitam kemudian mencomot tempe mendoan.
" ini kopinya kang, loh kemarin aku dengar kabar dari bude Surti, kakau akang mau melamar Jamila! Bagaimana? Di terima apa di tolak? " tanya Namira penasaran.
"Oh, i.. i.. itu mbak masih tunggu Bapaknya Jamila pulang dari kota, rencana sih dua hari lagi" jawab kang Parto gugup.
" Wah, gak lama kita makan enak nih" ucap pak Tarjo yang baru datang .
" Mir, kopi susu ya " pinta pak Tarjo sambil duduk di depan kang Parto.
"Iya pak.....mang Asep minum apa? " Namira menjawab pak Tarjo kemudian bertanya ke mang Asep.
"Kopi hitam aja neng... seperti biasa" jawab mang Asep.
"Tadi mamang dengar ada yang mau makan enak, di mana acaranya? " tanya mang Asep kepo.
" Apa neng Namira sudah ada yang melamar? " tanyanya lagi.
"Kalau mbak mira yang mau lamaran, nanti bapak sumbang ayam kampung aja " jawab mang Karta yang baru datang ikut nimbrung.
" Aduh mang Asep, bukan Mira yang mau lamaran. Tapi kang Parto" elak Namira kemudian menunjuk kang Parto.
" Kirain mbak Mira, padahal kalau iya mamang seneng soalnya banyak pemuda patah hati hahaahahaa yang bisa di godain" jawab mang Asep tertawa sambil melirik ke dua pemuda yang sedang minum kopi di samping kang Parto.
" Saya lagi mau sendiri dulu mang, mau kumpul uang buat sekolah Santo dan Candra"
ucap Namira menjelaskan.
" Ternyata warung mbak Mira tempat rumpinya bapak bapak juga ya mbak!" seru bu Lina.
"Iya ini bu, ternyata bapak bapak suka rumpi juga hahahaa..." kata ibu Sania sambil terkekeh.
"Padahal kita ibu rumah tangga kalau mereka lihat kita kumpul pasti di bilang ghibah lagi rumpi terus , emang ada manfaatnya... gak ada kan" ucap ibu Sania lagi mencontohkan gaya suaminya bila menegurnya sambil berkaca pinggang dan mata melotot.
"Hahaha.... hahaha... "serempak yang ada di sana tertawa melihat gaya ibu Sania mencontohkan gaya suaminya.
"Iya bu, di sini seperti ada jadwalnya aja dari jam setengah tujuh sampai jam delapan jadwal bapak bapak yang rumpi, dari jam delapan sampai jam sepuluh giliran ibu ibu" ucap Namira.
"Alhamdulilah bila setiap hari seperti ini saya suka bu, yang penting gak ada yang merasa di rugikan ya? " lanjut Namira.
"hihiii...mbak Mira biasa aja bagi jadwalnya ya" ucap bu Lina.
"Mbak, sayur lodeh satu bungkus sama telur balado satu bungkus....berapa mbak? " tanya ibu Lina .
"Sayur masak satu bungkusnya sepuluh ribu bu,karena ibu ambil dua jadi harganya dua puluh ribu" jawab Namira.
Pukul sepuluh sayur masak dan gorengan Namira sudah habis.Karena hari ini banyak dagangan di warung yang sudah habis seperti gula, minyak goreng, tepung serta bawang merah dan bawang putih. Namira akan pergi ke pasar menggunakan motor ayahnya.
Namira menutup warungnya, karena ibunya sedang pergi ke rumah saudara yang sedang ada acara khitanan. Namira bersyukur karena Candra ikut eyang putrinya, karena ke dua putra Namira lebih dekat dengan eyang putri ke timbang dengan ibu kandungnya.
Setelah sampai pasar Namira sebelum belanja buat dagangannya di rumah, dia mampir dulu ke lapak.
"Bagaimana hari ini laris dagangannya" tanya Namira ke Susi anaknya mang Karta yang belum lama lulus SMA.
"Alhamdulilah..hari ini laris mbak" jawab Susi.
"Uangnya mau sampean ambil sekarang atau nanti kalau lapak sudah tutup mbak?" lanjutnya.
" Seperti biasanya aja Sus, lapak tutup baru hitungan" jawab Namira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments