Aku Sudah Menikah, Kak

Don't forget to like and comment

Pagi telah menyapa dengan sinarnya yang hangat. Waktu telah menunjukkan pukul 7 dan itu artinya Friska harus segera bergegas menuju kampus tempatnya menimba ilmu. Friska adalah seorang mahasiswi di fakultas ekonomi. Dia mengambil jam kuliah pagi setiap harinya karena siang dia harus bekerja di sebuah kafe milik temannya. Friska harus bekerja sambil kuliah karena hanya dengan cara itulah dia bisa bertahan hidup dan mengenyam dunia pendidikan.

Flash back

Friska Hallin Amanda adalah seorang anak yang hidup sebatang kara. Dulu keluarga Friska adalah keluarga yang sederhana namun bahagia. Ayahnya bekerja sebagai PNS biasa sedangkan sang ibu tidak bekerja dan mengurus rumah serta Friska. Ia tidak memiliki saudara, dengan kata lain anak tunggal. Pada suatu hari Friska kecil yang berumur 4 tahun dibawa oleh sang ibu pergi ke pasar. Sepanjang perjalanan pulang menuju rumahnya Friska tak henti-hentinya tersenyum sambil bersenandung kecil karena ibunya membelikan boneka yang kini tengah berada dalam dekapannya, Friska sangat senang meskipun boneka tersebut jauh dari kata mahal.

Tiba-tiba langkah sang ibu berhenti yang mengakibatkan Friska juga berhenti karena tangannya digenggam oleh ibunya. Friska bingung dan hendak bertanya kepada sang ibu, namun ketika dia mengangkat kepala agar dapat melihat wajah wanita yang sudah melahirkannya tersebut, Friska terkejut karena yang dia dapati adalah raut kesedihan dan terluka yang amat sangat mendalam. Friska memang tidak paham jelas tentang raut ibunya namun air mata sang ibu cukup menjadi saksi bahwa ibunya tengah sedih saat ini

Friska pun mengikuti arah pandang ibunya dan betapa terkejutnya Friska melihat ayahnya yang kini sedang bersama wanita lain di seberang jalan, dan kini mereka sedang berpelukan layaknya sepasang kekasih. Padahal 2 hari yang lalu ayahnya izin keluar kota karena ada study banding dari SD tempatnya mengajar. Friska hanya diam dan tidak bertanya mengenai situasi ini karena dia tau itu hanya akan membuat ibunya semakin sedih. Friska mengganggam tangan ibunya berusaha menyalurkan kekuatan melalui tangan kecilnya.

Seakan mengerti putrinya telah melihat sang ayah bersama wanita lain, ibu Friska lalu mengusap kasar air matanya lalu mencoba tersenyum kepada Friska.

"Sayang, Friska tunggu disini sebentar ya.. Ibu mau menemui ayah dulu" ujar Dena. Bagaimanapun dia harus menyadarkan suaminya itu dan memastikan bahwa ini semua salah paham, bagaimanapun Dena tidak ingin kesalahpahaman ini akan berdampak buruk terhadap rumah tangganya.

"Friska mau ikut bu.." ujar Friska merengek.

"Sebentar saja sayang, ibu akan kembali" ujar Dena, dia tidak ingin putri kecilnya mendengar pembicaraan orang dewasa seperti ini. Ia tidak ingin meracuni otak polos Friska. Lalu dia menitipkan Friska kepada satpam yang berjaga di minimarket dekat tempat mereka berdiri saat ini

"Pak, saya titip anak saya sebentar ya.. Saya ada urusan sebentar di seberang jalan sana. Nanti saya jemput lagi, sebentaaar saja" ujar Dena meyakinkan satpam tersebut. Ia hanya tidak ingin dicurigai sebagai ibu yang membuang anaknya. Karena kasus itu sedang marak terjadi saat ini

"Baik bu.. " balas satpam tersebut. Setelah itu, Dena menatap putri kecilnya yang menatapnya sendu. Ada rasa berat hati meninggalkan putrinya tersebut, namun dia segera menepisnya dan berjanji dalam hatinya. 'Ibu akan membawa ayahmu pulang ke pelukan kita Friska' batin Dena lalu berjongkok di hadapan Friska yang masih memeluk boneka barunya.

"Jangan nakal-nakal ya sayang, jadilah wanita yang kuat. Ibu sayang Friska sampai kapan pun" entah mengapa Dena mengatakan hal itu. Dia juga tidak menyadari mulutnya berkata demikian. Ia mencium seluruh wajah Friska lalu pergi menyebarangi jalan. Ia melihat sang suami dan wanita tadi sudah mulai berjalan menjauh, jadi dia mempercepat langkahnya dan berlari menyeberangi jalan. Ia tidak peduli dengan keadaan sekitar, yang ada dalam benaknya saat ini adalah membawa suaminya pulang ke rumah dan bahagia kembali bersama putri kecil mereka, Friska.

Namun dia tidak menyadari kalau sebuah truk tengah melaju dengan kencangnya di jalan hingga saat semua orang berteriak dia tidak mendengar nya dan sopir truk itu pun tidak sempat menginjak rem hingga..

BUKKKKK.....

Kecelakaan pun tidak dapat dielakkan, tubuh Dena terpental cukup jauh dan membuat jalanan penuh dengan darah. Dan Dena pun mengakhiri nafasnya ditempat itu juga.

"IBUUUU!!!!" suara teriakan anak kecil itu menjadi suara pertama yang mengiringi kepergian Dena. Friska adalah anak malang yang menyaksikan itu semua. Sejak kepergian ibunya tadi, sepasang mata indahnya tidak pernah lepas mengawasi gerak gerik sang ibu. Hingga kecelakaan itu pun terjadi, sang ibu meregang nyawa tepat di depan kedua matanya.

Flash back end

Setelah merasa penampilannya rapi, Friska pun mengambil tas ranselnya dan bergegas keluar kamar. Pagi ini dia ada kelas dengan mr. Irwandi yang terkenal killer seantero fakultas ekonomi, jadi dia tidak ingin mengambil resiko dengan dosen tersebut. Pagi ini Friska bangun cepat seperti biasa dan menyempatkan memasak sarapan untuknya dan juga Digo serta Vano. Bagaimapun dia telah tinggal di apartemen ini. Jadi, perut orang yang ada disini sudah menjadi tanggungjawabnya. Begitulah pikirnya

Friska pun keluar dari apartemen setelah menuliskan note kepada Digo bahwa dia berangkat kuliah. Dia pun memesan ojek online untuk mengantarnya ke kampus karena jarak kampus yang lumayan jauh. Jika dulu dia bisa pergi berjalan kaki menuju kampus karena apartemennya yang lumayan dekat dengan kampus, namun tidak untuk kini.

Setibanya di kampus, Friska langsung menuju kelasnya dan bersiap memulai hari ini dengan semangat. Ia menghembuskan nafas nya pelan lalu mengepalkan tangan di udara

"Semangat Friska! Hari ini pasti akan menyenangkan!" ujar Friska menyemangati dirinya sendiri. Itulah yang setiap hari dikatakan Friska kepada dirinya sendiri. Meskipun dia lebih sering melewati kesulitan daripada kesenangan seperti yang setiap hari dia ucapkan tersebut. Namun bagi Friska itu tidak masalah

****

Sementara itu ditempat lain, terlihat Ardigo yang baru bangun sambil menyipitkan matanya karena matahari telah memasuki celah jendela kamarnya. Ia pun menatap putranya yang masih terlelap di sampingnya. Jika biasanya dia akan bangun pagi dan bergegas ke kantor, namun tidak untuk hari ini hingga 3 hari ke depan karena dia mengambil cuti pernikahannya.

"Vano... Ayo bangun" ujarnya membangunkan putranya tersebut.

"Engghh" hanya lenguhan yang keluar dari bibir kecil Vano

"Sayang.. ayo bangun, Vano kan harus sekolah" ujar Ardigo lagi. Akhirnya Vano membuka matanya dan menyesuaikan matanya dengan cahaya yang masuk ke dalam kamar, Vano terlihat lucu dengan ekspresinya yang membuat Ardigo terkekeh kecil.

Benar-benar mirip denganku. Batin Ardigo, lalu mereka bangkit bersama dengan Vano yang berada di gendongannya. Ardigo membawa Vano ke kamar mandi dan mulai memandikannya.

Setelah mereka berdua rapi, Vano dengan seragam TK nya dan Ardigo dengan baju santai yang berbeda dari hari-hari biasa yang selalu memakai pakaian formal lengkap dengan jas. Kini Ardigo hanya memakai kaos hitam polos dengan celana selutut membuatnya terlihat seperti remaja dan membuat siapa saja yang melihatnya tidak percaya bahwa dia telah memiliki seorang putra yang berumur 4 tahun

Mereka menuruni tangga sambil tertawa bersama, benar-benar ayah dan anak yang kompak. Ardigo berjalan menuju dapur hendak membuat sarapan yang berupa roti bakar seperti biasa. Namun dia dikagetkan dengan nasi goreng yang terlihat lezat lengkap dengan telur mata sapi telah tersaji di meja. Seketika dia teringat bahwa kini bukan hanya dia dan Vano saja yang tinggal di apartemen ini, namun ada sosok lain yang begitu asing untukknya. Sosok itu adalah Friska, istrinya.

Ia tidak melihat keberadaan wanita itu, namun dia tidak ingin mengambil pusing dan tidak peduli. Namun seketika senyum mengejek tampil di wajah tampan Ardigo

Dia pikir aku mau memakan masakan nya? Haha dalam mimpimu wanita aneh. ujar nya lalu mengambil roti yang terletak di laci dapur dan hendak memanggangnya

"Ini siapa yang memasak pa?" tanya Vano sambil menatap nasi goreng yang tersaji di atas meja, tatapannya menunjukkan bahwa dia tergiur dengan nasi goreng tersebut.

"Jangan dimakan Vano! Kita tidak mengenal wanita itu. Bisa saja dia memasukkan racun ke dalam nasi goreng itu" ujar Ardigo mengeluarkan pemikiran buruknya.

"Maksud papa tante Friska?" tanya Vano polos

"Iya. Lebih baik Vano duduk, papa panggang rotinya dulu" ujar Ardigo lalu membalikkan badannya. Vano mengerucutkan bibirnya sambil tetap menatap nasi goreng yang menggiurkan itu

"Pa, Vano bosan makan roti bakar terus setiap hari" ujar Vano mengerucutkan bibirnya. Ardigo pun membalikkan badan menghadap sang putra

"Maaf sayang, papa tidak bisa memasak yang lain. Kalau Vano mau, papa bisa pesankan apapun buat Vano. Vano mau apa? " ujar Ardigo lembut. Namun Vano hanya menggeleng pelan

Ardigo memang hanya tinggal berdua dengan Vano tanpa memakai jasa asisten rumah tangga. Dia kurang menyukai ada orang asing yang tinggal bersamanya. Sedangkan untuk urusan membersihkan apartemen, dia akan menyuruh orang untuk datang dan membersihkan apartemennya.

"Vano maunya masakan rumah seperti itu saja pa.. " ujar Vano sambil menunjuk nasi goreng masakan Friska

"Vano juga mau membawa bekal sendiri ke sekolah biar seperti teman-teman Vano yang lain" ujar Vano merengek. Karena setiap harinya, Ardigo akan menyuruh orang suruhannya untuk mengantarkan makanan ke sekolah Vano. Ardigo pun mendekat kea arah sang anak

"Vano, papa belum bisa memasak sayang. Vano mau makanan apa hari ini? papa akan belikan makanan apa pun yang Vano mau" ujar Ardigo mencoba membujuk putranya.

"Vano mau masakan rumah pa.." ujar Vano yang membuat Ardigo pusing menghadapi kekerasan Vano. Ia seperti sedang berkaca saat ini, karena memang keras kepala Vano itu menurun darinya.

"Vano, sekarang kita makan roti dulu ya, itu rotinya sudah matang. Nanti papa akan menjemput Vano pulang sekolah, dan kita akan pergi jalan-jalan. Mau?" tawar Ardigo yang berhasil membuat Vano tersenyum cerah dan diikuti anggukan antusiasnya. Vano memang sangat senang ketika sang ayah punya waktu untuknya, karena memang Ardigo jarang sekali bisa menghabiskan waktu bersama Vano dikarenakan kesibukan kantor.

Sejak sang istri meninggal dunia ketika melahirkan Vano, Rini sang ibu membujuk agar mereka tetap tinggal dirumah, namun Ardigo menolak dengan alasan ingin hidup mandiri bersama Vano. Dan karena alasan itu, Rini sering tinggal di apartemen Vano untuk mengurusi cucunya yang masih kecil waktu itu. Disaat sekarang Vano sudah mulai besar, Rini sudah jarang menginap karena harus menemani suaminya, Reno. Dan Ardigo sudah bisa mengurus Vano sendiri

Setelah mengantar Vano ke depan gerbang sekolah TK nya, Ardigo pun melambaikan tangannya sambil tersenyum ke arah Vano yang juga dibalas oleh Vano. Setelah itu dia memutar kemudi menuju apartemennya kembali

Sesampainya di apartemen, Ardigo berjalan menuju dapur hendak mengambil air mineral dari dalam kulkas. Matanya tak sengaja melirik sebuah note yang ditempel di pintu kulkas

Aku pergi kuliah dulu, sarapan ada di atas meja kalau kamu mau memakannya.

- Friska

"Sayangnya aku tidak mau!" ujar Ardigo mengejek lalu membuang stick note tersebut ke dalam tong sampah di dapur

*****

Setelah menyelesaikan jam kuliahnya hari ini, Friska langsung menuju Follabe caffe. Di kafe tersebutlah dia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama ini

"Bagaimana kuliahnya hari ini Fris?" tanya Rivan sang pemilik kafe kepada Friska

"Seperti biasa kak, nothing's special " balas Friska sambil tersenyum.

Mereka memang sangat dekat karena dulu pernah tinggal di panti asuhan yang sama sewaktu kecil. Friska yang saat itu berumur 5 tahun dan Rivan yang berumur 10 tahun, mereka sangat dekat dan saling menyayangi satu sama lain. Namun Rivan kemudian diadopsi oleh sepasang suami istri yang kaya raya sehingga dia bisa hidup berkecukupan seperti saat ini, bahkan kafe ini adalah salah satu cabang dari kafe keluarga angkatnya yang tersebar hampir di seluruh Indonesia

Meskipun begitu, Rivan tidak pernah melupakan Friska yang dulu juga bernasib sama dengannya waktu di panti asuhan. Bahkan dulu Rivan  melarang Friska untuk bekerja dan menawarkan diri untuk membiayai seluruh kehidupan Friska, karena dia merasa sudah cukup mapan dan tidak ingin melihat Friska yang kelelahan. Tentu saja Friska menolak karena tidak ingin menjadi beban untuk orang lain, dan dengan berat hati akhirnya Rivan mengizinkannya bekerja di kafe miliknya dengan perlakuan yang berbeda dengan pegawai lain tentunya

"Baiklah, lebih baik kamu makan terlebih dahulu. Setelah itu baru bekerja" ujar Rivan lembut

"Nanti saja kak, ada yang ingin aku bicarakan kepada kakak" ujar Friska menatap serius ke arah Rivan

Rivan mengerutkan keningnya mencoba menerka sesuatu seperti apa yang ingin disampaikan oleh Friska

"Baiklah, kita duduk dulu disana" ujar Rivan lalu mereka duduk di pojok dekat jendela yang menghadap langsung ke jalan

"Kamu mau berbicara apa hmm?" tanya Rivan lembut

Friska tampak gugup dan ragu untuk menyampaikannya. Ia terlihat meremas kedua tangannya untuk mengurangi rasa gugupnya

"Aku.. Aku.. "

"Aku sudah.."

"Sudah apa?" tanya Rivan gemas dengan Friska yang membuat rasa penasarannya membuncah

Akhirnya dengan susah payah Friska pun berhasil mengucapkan kata-kata yang sejak tadi ingin disampaikannya

"Aku sudah menikah kak.. "

To be continued

Like, komen, dan votenya please..

Terpopuler

Comments

Whatea Sala

Whatea Sala

Angkuh banget si digo,coba biarin digo nikahin pacarnya,biar tau rasa dan tau rasanya di bodohin pacarnya

2024-04-30

1

Praised94

Praised94

terima kasih...

2024-04-23

0

Iftina rafifa Assyabiya

Iftina rafifa Assyabiya

panutan

2024-04-05

0

lihat semua
Episodes
1 Kedatangan Wanita Asing
2 Kehidupan Baru
3 Aku Sudah Menikah, Kak
4 Sabar Friska, Sabar..
5 Curhatan Vano
6 Rumah Sakit
7 Permohonan Friska
8 Kemarahan Friska
9 VISUAL
10 1 tahun
11 Mulai Berteman
12 Manusia Menyebalkan
13 Ke Rumah Mama
14 Masa Lalu
15 Maaf, Saya Tidak Sengaja
16 Tumben
17 Kedatangan Felicya
18 Masih Tetap Arogan dan Kurang Ajar
19 Menarik
20 Perayaan Pertemanan
21 Mama
22 Siapakah Lelaki Itu?
23 Kesal
24 Sopir Baru
25 Tidak Jadi Mengagumi
26 Sedikit Iri
27 Bebek Goreng
28 Bertemu Kembali
29 Kehangatan Keluarga
30 Kehangatan Keluarga Part 2
31 Hari Pertama Magang
32 Bertemu CEO
33 Pendamping Hebat
34 Adik Vano
35 Mengunjungi Kafe
36 Obrolan Menegangkan
37 Ada Apa Dengan Mereka?
38 Sakit Tapi Bahagia
39 Office Girl dan Friska
40 Lembur di Kafe
41 Pertengkaran
42 Menyesal
43 Sarapan
44 Kedatangan Heri
45 Perlu Berbicara
46 Permintaan Maaf
47 Kegagalan Berbuah Manis
48 Pengakuan
49 Perhatian itu
50 Cinta atau Perasaan Terbiasa?
51 Kesedihan Vano
52 Pelajaran Untuk Vano
53 Permintaan Ardigo
54 Cemas
55 Dokter
56 Jahil
57 Permintaan Vano
58 Dibatalkan Sepihak
59 Dikunjungi Sahabat
60 Rencana
61 Sikap Aneh
62 Tragedi
63 Kenyataan
64 Harapan
65 Serangan Mendadak
66 Kembali
67 Menginterogasi
68 Maaf ya readers
69 Hukuman
70 Pulang
71 Reyhan dan Friska
72 Reyhan dan Friska 2
73 Berawal Dari Pelukan
74 Sorry and I love You
75 Bolehkah?
76 Candu
77 Morning Mood
78 Family Time
79 Family Time 2
80 Makan Siang Bersama
81 Diantara Dua Lelaki
82 Kabar Bahagia
83 Kebahagiaan Kecil
84 Mantan Mertua
85 Tentang Sarah
86 Rasa Takut
87 Memastikan Sendiri
88 Luapan Emosi
89 Surprise Gagal
90 Kejutan Lagi
91 I Love You My Perfect Stranger
92 PENGUMUMAN PENTING!
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Kedatangan Wanita Asing
2
Kehidupan Baru
3
Aku Sudah Menikah, Kak
4
Sabar Friska, Sabar..
5
Curhatan Vano
6
Rumah Sakit
7
Permohonan Friska
8
Kemarahan Friska
9
VISUAL
10
1 tahun
11
Mulai Berteman
12
Manusia Menyebalkan
13
Ke Rumah Mama
14
Masa Lalu
15
Maaf, Saya Tidak Sengaja
16
Tumben
17
Kedatangan Felicya
18
Masih Tetap Arogan dan Kurang Ajar
19
Menarik
20
Perayaan Pertemanan
21
Mama
22
Siapakah Lelaki Itu?
23
Kesal
24
Sopir Baru
25
Tidak Jadi Mengagumi
26
Sedikit Iri
27
Bebek Goreng
28
Bertemu Kembali
29
Kehangatan Keluarga
30
Kehangatan Keluarga Part 2
31
Hari Pertama Magang
32
Bertemu CEO
33
Pendamping Hebat
34
Adik Vano
35
Mengunjungi Kafe
36
Obrolan Menegangkan
37
Ada Apa Dengan Mereka?
38
Sakit Tapi Bahagia
39
Office Girl dan Friska
40
Lembur di Kafe
41
Pertengkaran
42
Menyesal
43
Sarapan
44
Kedatangan Heri
45
Perlu Berbicara
46
Permintaan Maaf
47
Kegagalan Berbuah Manis
48
Pengakuan
49
Perhatian itu
50
Cinta atau Perasaan Terbiasa?
51
Kesedihan Vano
52
Pelajaran Untuk Vano
53
Permintaan Ardigo
54
Cemas
55
Dokter
56
Jahil
57
Permintaan Vano
58
Dibatalkan Sepihak
59
Dikunjungi Sahabat
60
Rencana
61
Sikap Aneh
62
Tragedi
63
Kenyataan
64
Harapan
65
Serangan Mendadak
66
Kembali
67
Menginterogasi
68
Maaf ya readers
69
Hukuman
70
Pulang
71
Reyhan dan Friska
72
Reyhan dan Friska 2
73
Berawal Dari Pelukan
74
Sorry and I love You
75
Bolehkah?
76
Candu
77
Morning Mood
78
Family Time
79
Family Time 2
80
Makan Siang Bersama
81
Diantara Dua Lelaki
82
Kabar Bahagia
83
Kebahagiaan Kecil
84
Mantan Mertua
85
Tentang Sarah
86
Rasa Takut
87
Memastikan Sendiri
88
Luapan Emosi
89
Surprise Gagal
90
Kejutan Lagi
91
I Love You My Perfect Stranger
92
PENGUMUMAN PENTING!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!