Permohonan Friska

Sepeninggal Ardigo, Friska kembali menggenggam tangan Vano dan meremasnya pelan berharap bisa menyalurkan kekuatan melalui genggamannya

Tak lama kemudian Friska merasa ada pergerakan kecil dari tangan mungil yang ada di genggamannya itu, dan semakin lama pergerakan itu semakin kuat. Friska melihat mata Vano yang sudah terbuka sedikit demi sedikit. Rasa lega kini melingkupi seluruh hatinya

Hingga dirasa mata Vano sudah terbuka sepenuhnya, Friska pun mencondongkan kepalanya ke arah Vano untuk memeriksa keadaan bocah tersebut

"Vano sudah sadar?" tanya Friska pelan yang hanya dibalas tatapan datar dan anggukan pelan oleh Vano

"Ada yang sakit ? atau Vano mau sesuatu?"

"Minum"

Friska langsung mengambilkan air putih dan membantu Vano untuk minum

Vano tampak menyisir seluruh sudut ruangan dengan matanya

"Vano cari papa?" tanya Friska yang dibalas anggukan lucu oleh Vano

"Papa sedang ke ruangan dokter. Mungkin sebentar lagi akan kembali" ujar Friska seakan tahu keresahan Vano

"Vano lapar?" tanya Friska yang dibalas anggukan oleh Vano

"Mau tante suapin?" tawar Friska

"Papa saja" balas Vano singkat. Friska mengangguk mengerti dan tidak berniat memaksanya

"Baiklah, kita tunggu papa dulu ya" ucap Friska lembut

Tak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka dan muncullah sosok Ardigo disana yang sedang mendekat ke arah Vano dan Friska

"Anak papa sudah bangun?" tanya Ardigo berdiri di sisi tempat tidur Vano yang berseberangan dengan Friska. Vano hanya mengangguk sebagai balasan

"Vano lapar, dan dia ingin disuapi olehmu" ujar Friska

"Baiklah, Vano makan dulu ya. Papa suapin" kata Ardigo yang tidak lagi membalas perkataan Friska

Friska pun bangkit dari duduknya dan mempersilahkan Ardigo untuk duduk, sementara dia berpindah ke sofa

Tak lama kemudian pintu kembali terbuka dan tampak Rini dengan wajah cemasnya berjalan tergesa memasuki ruangan. Sepertinya Ardigo yang mengabari orang tuanya itu

"Ada apa dengan Vano, Dig? kenapa bisa sakit begini?" tanya Rini yang terlihat sangat khawatir dengan keadaan cucunya

"Kata dokter Vano terkena gejala tipes ma.." balas Ardigo seadanya. Rini terkejut dan semakin mendekat ke arah Vano yang masih disuapi oleh sang papa

"Ada yang sakit, sayang?" tanya Rini menelusuri tiap inci tubuh sang cucu

"Tidakk ada oma. Tadi Vano cuma sakit perut" balas Vano dengan wajah polosnya

"Ekhem.. tante apa kabar?" tanya Friska yang kini berdiri di samping Rini, sepertinya daritadi Rini tidak menyadari kehadiran Friska. Friska masih canggung dan lebih tepatnya tahu diri untuk tidak ikut memanggil Rini dengan sebutan 'Mama'

"Eh Friska ada disini juga, mama sehat. Mama sangat terkejut mendengar kabar bahwa Vano masuk rumah sakit" balas Rini setelah menerima uluran tangan Friska yang menyalaminya.

"Iya tante, tadi kebetulan Friska lewat di depan sekolahnya Vano dan melihat guru-guru disana sedang menggendong anak kecil, dan ternyata anak itu Vano" jelas Friska yang diangguki oleh Rini

"Friska.."

"Iya tante?" tanya Friska bingung

"Mama, sayang. Panggil mama, karena sekarang mama sudah jadi mama kamu juga" ujar Rini lembut sambil memandang wajah Friska. Dan itu berhasil membuat mata Friska memanas dan setetes air mata mengalir di sudut matanya. Dan cepat-cepat dihapusnya sambil tertawa sumbang

"Iya ma. Terimakasih sudah mengizinkanku untuk ikut memanggil mama" ujar Friska tersenyum hangat

Sedangkan Ardigo dan Vano hanya menatap bingung keduanya. Vano bingung dengan apa yang terjadi, sedangkan Ardigo bingung dengan Friska yang selalu terlihat sedih ketika bersama mamanya

Sebenarnya dia kenapa? batin Ardigo heran. Tentu saja karena dia tidak mengetahui apapun tentang wanita yang berstatus sebagai istrinya itu

"Digo, biar mama saja yang menyuapi Vano" ujar Rini mendekat ke arah sang anak. Dan Ardigo langsung menyerahkan mangkuk yang berisi bubur tersebut ke tangan Rini

"Mas, bisa kita bicara sebentar?" ucap Friska menatap Ardigo. Dia tidak mungkin memanggil Ardgo dengan sebuatan 'Pak' di depan Rini. Meskipun dia sedikit geli ketika menyebutkan kata itu. Ardigo sedikit tersentak mendengar panggilan baru Friska, namun bukan Ardigo namanya jika tidak bisa mengontrol ekspresi di wajahnya

"Hm, Ayo" balasnya mendahului Friska keluar dari ruangan itu

"Ma, Friska keluar sebentar ya" pamit Friska

"Iya, sayang" balas Rini tersenyum

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" ujar pria tampan membuka suara. Saat ini mereka sedang berdiri di dekat jendela besar yang langsung memperlihatkan kepadatan kota

Friska tampak gugup dan meremas jemarinya sebelum bersuara

"Bapak sudah mendengar penjelasan dari dokter, bukan?" tanya Friska yang dibalas anggukan oleh Ardigo

"Pak, aku-.."

"Saya bukan bapak kamu Friska! Harus berapa kali saya bilang? Saya masih 30 tahun, dan belum setua itu untuk kamu panggil bapak" ujar Ardigo menatap jengkel ke arah Friska

"Lalu aku harus memanggil apa?" tanya Friska. Namun Ardigo tidak menjawab pertanyaannya

"Baiklah, aku akan memanggil mas saja" putus Friska akhirnya dan berhasil mengubah sedikit aura hitam yang dipancarkan oleh sang suami

"Mas, untuk kali ini saja aku mohon percaya kepadaku. Tolong izinkan aku yang memasak makanan untuk Vano, aku bersumpah tidak pernah berniat untuk berbuat jahat. Aku tidak mungkin memasukkan racun ke dalam masakanku. Kamu dengar sendiri kan, Vano tidak bisa terus terusan makan junk food, itu tidak baik untuk kesehatannya.

Aku tidak bermaksud mengajarimu, dan juga tidak bermaksud untuk menyalahkanmu. Aku paham kalau keadaan yang membuatmu harus berbuat seperti itu. Aku sudah pernah bilang bukan, anggap saja aku sebagai pembantu atau sebagai pengasuh Vano. Setidaknya tolong jangan terus menganggapku sebagai orang asing yang jahat. Aku bukan orang jahat" ujar Friska memelas di ujung kalimatnya.

"Aku hanya peduli dengan Vano. Kamu bisa menghukumku kalau sampai terjadi apa-apa dengan Vano" tambah Friska dengan raut wajah yang kentara memohon. Hati Ardigo mencelos melihat wanita yang ada di hadapannya itu

Ardigo menatap lama ke arah Friska dengan berbagai macam pikiran yang berputar di kepalanya. Wanita itu sampai memohon seperti ini hanya untuk putranya.

Tidak ada salahnya mencoba. Batin Ardigo

"Baiklah, saya akan pegang janji kamu. Saya tidak akan tinggal diam kalau sampai terjadi sesuatu dengan Vano" ujar Ardigo menatap Friska tajam yang justru dibalas anggukan antusias oleh Friska. Setelah itu mereka pun kembali masuk ke dalam ruangan Vano

"Mama mau aku antar pulang? sepertinya mama sudah lelah. Biar aku dan Friska yang menjaga Vano disini" ujar Ardigo kepada Rini, karena memang sekarang waktu telah menunjukkan pukul 6 sore.

"Kalian tidak apa-apa mama tinggal? atau nanti malam mama kembali lagi kesini dengan papa?" tawar Rini yang dibalas gelengan pelan oleh sang anak

"Tidak usah ma, lebih baik mama menemani papa di rumah. Kasihan papa, akan kelelahan kalau harus kesini lagi nanti sepulang kerja. Tolong sampaikan kalau cucunya sudah baik-baik saja, agar papa tidak cemas. Vano hanya menunggu masa pulihnya" ujar Ardigo pelan takut membangunkan Vano yang sedang tidur

"Baiklah kalau begitu. Mama dijemput pak Deni saja, kamu temani Friska disini. Jangan ditinggal sendirian" ujar Rini yang dibalas anggukan malas oleh Ardigo

"Ingat ya Digo, bersikap baiklah kepada istri mu. Mama tidak mau mendengar nanti kalau menantu mama sakit hati karena ulah kamu" ucap Rini tegas kepada putra sulungnya itu

"Iya ma, iya" balas Ardigo seadanya

"Friska, mama pulang dulu ya, nak. Mama titip Vano dan Digo ya, tolong jaga mereka untuk mama" ujar Rini sambil memeluk Friska sayang. Baginya, Friska sudah dia anggap seperti anaknya sendiri. Meskipun baru mengenal Friska beberapa hari, entah mengapa dia merasa yakin Friska adalah pendamping yang sempurna untuk Ardigo. Entahlah, mungkin ini yang dinamakan feeling seorang ibu.

"Yang sakit hanya Vano ma, kenapa aku malah ikut dititipkan" ujar Ardigo malas

"Diam kamu Digo" sergah Rini yang sukses membuat Ardigo terdiam. Hal itu tentu membuat Friska ingin tertawa namun ditahannya, pasalnya Ardigo yang biasanya terlihat dingin, cuek, dan terkesan sombong sekarang malah tidak dapat berkutik begitu mendapat semburan dari Rini

"Iya ma, pasti. Mama hati-hati ya di jalan, salam sama papa" balas Friska tersenyum. Friska beruntung bisa mengenal dan memiliki sosok mertua seperti Rini, dia merasa kembali memiliki seorang ibu. Yah, setidaknya itu lah satu-satunya hal yang disyukurinya dalam pernikahan ini. Pernikahan yang membuat nya mengenal sosok keibuan seperti Rini. Jika saat perceraian mereka nanti tiba, Friska Berharap Rini tidak melupakannya.

"Iya sayang" balas Rini lembut lalu keluar dengan diantar oleh Ardigo ke bawah untuk menunggu sopir keluarganya datang

To be continued

See you in the next part :)

Terpopuler

Comments

Trisna

Trisna

Diam kamu Digo
😭🤣seketika itupun langsung Diam

2024-04-22

1

Praised94

Praised94

terima kasih

2024-04-23

0

Praised94

Praised94

terima kasih........

2024-04-23

0

lihat semua
Episodes
1 Kedatangan Wanita Asing
2 Kehidupan Baru
3 Aku Sudah Menikah, Kak
4 Sabar Friska, Sabar..
5 Curhatan Vano
6 Rumah Sakit
7 Permohonan Friska
8 Kemarahan Friska
9 VISUAL
10 1 tahun
11 Mulai Berteman
12 Manusia Menyebalkan
13 Ke Rumah Mama
14 Masa Lalu
15 Maaf, Saya Tidak Sengaja
16 Tumben
17 Kedatangan Felicya
18 Masih Tetap Arogan dan Kurang Ajar
19 Menarik
20 Perayaan Pertemanan
21 Mama
22 Siapakah Lelaki Itu?
23 Kesal
24 Sopir Baru
25 Tidak Jadi Mengagumi
26 Sedikit Iri
27 Bebek Goreng
28 Bertemu Kembali
29 Kehangatan Keluarga
30 Kehangatan Keluarga Part 2
31 Hari Pertama Magang
32 Bertemu CEO
33 Pendamping Hebat
34 Adik Vano
35 Mengunjungi Kafe
36 Obrolan Menegangkan
37 Ada Apa Dengan Mereka?
38 Sakit Tapi Bahagia
39 Office Girl dan Friska
40 Lembur di Kafe
41 Pertengkaran
42 Menyesal
43 Sarapan
44 Kedatangan Heri
45 Perlu Berbicara
46 Permintaan Maaf
47 Kegagalan Berbuah Manis
48 Pengakuan
49 Perhatian itu
50 Cinta atau Perasaan Terbiasa?
51 Kesedihan Vano
52 Pelajaran Untuk Vano
53 Permintaan Ardigo
54 Cemas
55 Dokter
56 Jahil
57 Permintaan Vano
58 Dibatalkan Sepihak
59 Dikunjungi Sahabat
60 Rencana
61 Sikap Aneh
62 Tragedi
63 Kenyataan
64 Harapan
65 Serangan Mendadak
66 Kembali
67 Menginterogasi
68 Maaf ya readers
69 Hukuman
70 Pulang
71 Reyhan dan Friska
72 Reyhan dan Friska 2
73 Berawal Dari Pelukan
74 Sorry and I love You
75 Bolehkah?
76 Candu
77 Morning Mood
78 Family Time
79 Family Time 2
80 Makan Siang Bersama
81 Diantara Dua Lelaki
82 Kabar Bahagia
83 Kebahagiaan Kecil
84 Mantan Mertua
85 Tentang Sarah
86 Rasa Takut
87 Memastikan Sendiri
88 Luapan Emosi
89 Surprise Gagal
90 Kejutan Lagi
91 I Love You My Perfect Stranger
92 PENGUMUMAN PENTING!
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Kedatangan Wanita Asing
2
Kehidupan Baru
3
Aku Sudah Menikah, Kak
4
Sabar Friska, Sabar..
5
Curhatan Vano
6
Rumah Sakit
7
Permohonan Friska
8
Kemarahan Friska
9
VISUAL
10
1 tahun
11
Mulai Berteman
12
Manusia Menyebalkan
13
Ke Rumah Mama
14
Masa Lalu
15
Maaf, Saya Tidak Sengaja
16
Tumben
17
Kedatangan Felicya
18
Masih Tetap Arogan dan Kurang Ajar
19
Menarik
20
Perayaan Pertemanan
21
Mama
22
Siapakah Lelaki Itu?
23
Kesal
24
Sopir Baru
25
Tidak Jadi Mengagumi
26
Sedikit Iri
27
Bebek Goreng
28
Bertemu Kembali
29
Kehangatan Keluarga
30
Kehangatan Keluarga Part 2
31
Hari Pertama Magang
32
Bertemu CEO
33
Pendamping Hebat
34
Adik Vano
35
Mengunjungi Kafe
36
Obrolan Menegangkan
37
Ada Apa Dengan Mereka?
38
Sakit Tapi Bahagia
39
Office Girl dan Friska
40
Lembur di Kafe
41
Pertengkaran
42
Menyesal
43
Sarapan
44
Kedatangan Heri
45
Perlu Berbicara
46
Permintaan Maaf
47
Kegagalan Berbuah Manis
48
Pengakuan
49
Perhatian itu
50
Cinta atau Perasaan Terbiasa?
51
Kesedihan Vano
52
Pelajaran Untuk Vano
53
Permintaan Ardigo
54
Cemas
55
Dokter
56
Jahil
57
Permintaan Vano
58
Dibatalkan Sepihak
59
Dikunjungi Sahabat
60
Rencana
61
Sikap Aneh
62
Tragedi
63
Kenyataan
64
Harapan
65
Serangan Mendadak
66
Kembali
67
Menginterogasi
68
Maaf ya readers
69
Hukuman
70
Pulang
71
Reyhan dan Friska
72
Reyhan dan Friska 2
73
Berawal Dari Pelukan
74
Sorry and I love You
75
Bolehkah?
76
Candu
77
Morning Mood
78
Family Time
79
Family Time 2
80
Makan Siang Bersama
81
Diantara Dua Lelaki
82
Kabar Bahagia
83
Kebahagiaan Kecil
84
Mantan Mertua
85
Tentang Sarah
86
Rasa Takut
87
Memastikan Sendiri
88
Luapan Emosi
89
Surprise Gagal
90
Kejutan Lagi
91
I Love You My Perfect Stranger
92
PENGUMUMAN PENTING!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!