POV Zahra

Berulang kali aku mengucap syukur dalam hati agar selalu dijalan yang ditentukan Allah. Aku melangkahkan kaki kedalam rumah dan sudah mendapati ibu dan lainnya sedang menungguku .

" Zahra, kapan kamu sampai nak? Bagaimana dengan misimu hari ini apa sesuai dengan yang kita harapkan? Apa adikmu ikut bersamamu dan mau berkumpul dengan kita lagi?tanya ibu menghampiri dengan berbagai pertanyaan.

" saat Zahra datang, sedikit pun tidak ada perdebatan diantara kami Bu. Tapi saat ini dia belum bisa ikut bersamaku. Tadi katanya disaat waktu yang tepat dia akan sering datang berkunjung ke rumah ini. Dia ingin mandiri dan tidak ingin menyusahkan kita . Dia ingin menunjukkan pada orang-orang kalau kita bisa meskipun tanpa bantuan dari orang lain. Lebih baik kita dukung saja apa pun keputusannya bu. Ibu kan tahu sendiri bagaimana sikapnya yang penuh ambisi untuk berubah jadi apa pun yang dilakukannya lebih baik kita beri dukungan. dilarang pun tidak ada gunanya. Bukannya menuruti perintah ibu yang ada malah tidak bisa dikendalikan. Lagian tidak merugikan kita juga dan dia juga tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain. Apa salahnya kalau kita beri dukungan untuknya. Untuk membawanya pulang ke rumah ini tidaklah mudah tapi saat dia ingin pulang, cepat atau lambat pasti kembali berkumpul dengan kita lagi seperti dulu" jelasku.

" baiklah. menurutmu itu yang terbaik. kita hanya bisa berdoa dan menunggu kapan dia ingin pulang dan berkumpul dengan kita lagi" ucap ibu pasrah.

" apa kalian bahagia jadi anak ibu? Apa kalian tidak malu punya orang tua seperti ibu yang tidak punya apa-apa? dan rumah pun hanya kontrakan yang sederhana. Kita bisa tinggal disini pun berkat bantuan dari anton teman seperjuanganku dulu saat masih menuntut ilmu" tanya ibu .

" Bu, aku tidak peduli dengan tanggapan orang lain. punya orang tua seperti ibu tentu saja satu keberuntungan bagi kami. semua orang pasti punya orang tua tapi tidak semua orang bisa seberuntung kami punya orang tua yang selalu ada untuk kami. Bagaimanapun keadaannya dan apa pun yang terjadi ibu selalu bersama Kami dan tidak pernah meninggalkan Kami. Kita memang tidak punya apa-apa tapi memiliki keluarga yang utuh dan saling mendukung adalah harta yang paling berharga. Rumah yang jadi kita tempati saat ini memang hanya kontrakan sederhana tapi tentu ibu juga tahu rumah yang mewah bisa membuat orang bahagia. Punya segalanya tapi kesepian untuk apa? meskipun sederhana tapi kita masih bisa bersyukur itu sudah lebih dari cukup" ucapku.

" beruntung sekali kami punya anak sepertimu. Kamu selalu bisa memahami apa pun yang terjadi. Ibumu ini tidak bermaksud bertanya seperti itu tapi ibu hanya ingin mengetahui bagaimana responmu" ucap ibu.

" meskipun sudah tahu jawabannya dan ibu tetap menanyakannya?" tanyaku heran.

"maaf. ibu janji tidak akan melakukan hal yang sama" jawab ibu.

" lihatlah keadaan keluarga kita bagaimana. kamu tentu mengetahui sendiri apa yang menjadi sebab banyak orang selalu menghina keluarga kita. Terkadang kami sebagai orang tuamu berpikir bagaimana mungkin kalian bisa selalu terlihat kuat. Sementara kami sebagai orang tua saja terkadang merasa frustasi sebab tidak henti-hentinya orang selalu memandang rendah keluarga kita hanya karena tidak punya apa-apa" ucapnya lagi.

Aku harus selalu semangat dalam hal apa pun. saat tidak melakukan apa-apa saja banyak orang yang berusaha merusak ketenangan keluargaku. Apalagi kami sangat rapuh susah pasti orang yang membenci kami akan tertawa bahagia atas penderitaan kami. Aku harus tetap semangat. Ini semua demi keluargaku. Bagaimana mungkin ibu yang selalu terlihat tegar ternyata sangat rapuh. Kalau bukan kami yang saling menguatkan, lalu siapa lagi yang bisa melakukannya. Selama ini hanya ada Zahra yang lembut, cengeng dan selalu dihina. Namun, tidak untuk sekarang mereka bisa berbuat sesuai keinginan mereka tanpa memikirkan perasaan orang lain. Aku juga bisa melakukannya. Tidak peduli dianggap sama seperti mereka. semakin di diamkan mereka akan tetap merasa paling benar.

miris sekali bukan? Hanya karena harta yang tidak seberapa bisa memutuskan tali persaudaraan.

tidakkah mereka tahu, sekuat apa pun mereka mencari kenikmatan duniawi tetap saja kita hanya bagaikan sebutir debu yang hanya menumpang lewat saat di tiup angin. Apa yang ada saat ini hanya sementara tapi banyak orang melupakannya sebab Allah jauh . hingga menutup mata hati mereka yang menganggap harta adalah segalanya. Padahal, bisa saja hari ini kita bisa menikmatinya tapi esok jangankan menikmatinya melihatnya saja belum tentu kita mampu.

Ternyata benar kata orang, uang bisa mengubah segalanya. Saat tidak punya kita hanya bagaikan sampah yang tidak ada harganya. Namun, disaat memiliki segalanya maka dianggap bagaikan mahkota yang tidak bisa tergores sedikit pun. Jangankan untuk membeli yang kita mau, untuk mendapat kasih sayang dari orang yang tidak ada hubungan persaudaraan saja bisa di dapatkan dengan mudah.

" Zahra, kamu jangan terlalu bodoh. Kejahatan memang tidak dianggap baik dalam hal apapun. Tapi, alangkah baiknya kita juga tidak perlu terlalu baik . Belum tentu orang bisa menghargai kebaikan kita. Tidak semua orang tahu cara menghargai. Jangankan untuk menghargai, bisa saja orang lain hanya memanfaatkan kebaikan yang kita lakukan. Lihatlah dirimu yang selalu berkorban demi kebahagiaan orang lain. Lalu apa mereka melakukan hal yang sama? Tentu tidak kan. Buanglah jauh-jauh sikap tidak tegamu itu. Sebelum orang-orang yang selalu kamu anggap keluarga itu bertingkah semakin jauh" ucap Juliana temanku saat di perantauan.

" tapi aku sangat menyayangi keluargaku ju. Aku tidak pernah membeda-bedakan antara saudara kandungku dengan yang lainnya. Aku tidak masalah harus menderita yang penting ibu, ayah dan adikku tidak menderita. Hanya mereka satu-satunya harta yang ku punya. Bahkan, orang tuaku tidak pernah mengajarkan kami untuk membedakan siapa pun" ucapku.

" Zahra, aku juga sama sepertimu. aku sayang dengan keluargaku, Bahkan aku juga tidak pernah membeda-bedakan antara saudara kandung dengan saudara jauh. Tapi apakah mereka melakukan hal yang sama? Apa mereka juga punya pikiran sesuai dengan apa yang kita pikirkan?" Tanya Juliana.

" pasti mereka juga berpikir hal yang sama seperti ku pikirkan" ucapku ragu.

tapi kini, apa yang di ucapkan Juliana sudah terbukti. Orang yang tulus memang selalu terlihat bodoh. Meski di dzolimi tetap saja akan berbuat baik. Tak peduli dengan rasa sakit yang di alami. karena ia tahu semua yang di perbuat suatu saat nanti pasti menerima balasan yang setimpal. Aku tidak pernah menganggap diriku orang yang baik. tapi, kenyataan bahwa tidak semua orang bisa menghargai itu benar-benar nyata. Mereka yang ku anggap saudara ternyata tidak pernah berpikir hal yang sama.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!