" Zahra bagaimana dengan keadaan ibumu?" Tanya Bu Siti suatu ketika.
" Alhamdulillah sehat bu" jawabku .
" Heran deh liat kamu sekeluarga kenapa ga pindah aja kerumah kerabat kamu kan bisa hidup enak tanpa harus capek kerja lagian harta nenek kamu kan banyak kalau beliau meninggal juga pasti kamu dapat harta biar gmna pun ayah kamu tetap anak kandungnya " ucap Bu Siti tanpa mikir kalau ucapannya barusan Sangat keterlaluan.
Bu Siti selalu menanyakan kabar karyawan serta keluarganya. Kami yang bekerja pada beliau bukan hanya sebatas karyawan tapi sudah dianggap seperti keluarga. Namun tidak dapat dipungkiri kalau terkadang sifatnya yang suka ceplas-ceplos bisa membuat orang sakit hati apalagi belum mengenalnya. Kami yang bekerja pada beliau sangat beruntung karena mendapatkan bos yang baik seperti beliau. Pantas saja banyak karyawan yang bekerja bertahun-tahun dengan beliau dan aku adalah salah satunya. Mengingat zaman sekarang sulit sekali mendapatkan pekerjaan yang layak dan bos yang baik pada pekerja. Apalagi aku hanya tamatan SMA.
" Zahra kamu tau nggak kalau mas Dimas anak pemilik warung ini selalu memerhatikan gerak-gerik kamu" ucap Melisa salah satu temanku.
" Itu cuma perasaan kamu mel, aku disini hanya bekerja bukan untuk menggoda pria yang berkunjung ke tempat ini" jelasku tanpa menghiraukan ucapannya.
" Kamu tau nggak, sebenarnya diana sepupuku sudah mengincar mas Dimas sejak lama tapi kayaknya mas Dimas biasa aja . Walaupun Diana genit dengan Dimas" ucap Melisa .
Diana adalah sepupu Melisa sekaligus salah satu pelayan ditempatku bekerja. Gayanya bagaikan ibu-ibu sosialita membuatku malas berteman dengannya. Dulu aku pernah mengajaknya sekedar berkenalan dan berusaha ramah tapi dia terlihat memilih teman . Berbeda sekali dengan Melisa yang mudah bergaul dengan siapa saja tanpa melihat status orang-orang berdekatan dengannya.
Jujur, aku sama sekali tidak tertarik dengan pria. Aku sudah terlanjur sakit hati dengan perilaku kerabat ayah begitu juga dengan ayah yang acuh tak acuh pada kami meskipun banyak yang menghina kami. Hatiku saat ini hanya ingin fokus merawat ibu dan menyekolahkan adikku ke jenjang yang lebih tinggi. Entahlah kapan rasanya hati ini benar-benar akan merasakan disayangi seorang pria. Dimas adalah pria yang pernah kusukai pada zaman SMA tapi tak pernah ku ungkapkan. Aku cukup tau diri.
Karena Melisa merasa diabaikan, gadis itu pun pergi meninggalkanku dan segera melayani pembeli sedang melihat-lihat menu yang tersedia.
Tidak terasa jam kerjaku hari ini pun berakhir. Rasa lelah ini sangat nikmat kurasakan, karena aku bisa bekerja dan berdekatan dengan ibu.
Sesampainya di rumah aku melihat ibu sedang menjahit kebaya kesayangannya. Begitulah ibu, beliau akan melakukan apa saja yang bisa dilakukan. Kata ibu tidak melakukan apa-apa jauh lebih melelahkan daripada bertani.
" Ibu kenapa menjahit sendiri? Kenapa tidak diantar saja ke tukang jahit di kampung sebelah" tanyaku heran
" Biasalah, hari ini ibu tidak ada kerjaan. Daripada buang-buang duit mending jahit sendiri" ucap ibuku bahagia.
Aku pun pamit ingin segera membersihkan diri. Seharian kerja rasanya badan sangat lengket.
Setelah mandi dan mengganti pakaian, aku segera menghampiri ibu yang sudah selesai menjahit.
" Bu Tria dimana perasaan dia sepertinya jarang dirumah?" Tanyaku
Selain gina yang berusia 12 tahun, aku juga memiliki adik perempuan. Dia Tria, lebih muda 3 Tahun dariku. Bisa dikatakan seharusnya dia sudah bisa membedakan mana yang baik dan yang tidak baik. Namun, sayang sekali dia hanya akan melakukan apa saja sesuai yang diinginkannya. Hal ini juga yang membuatku takut dia salah pergaulan. Mengingat zaman sekarang pacaran dianggap halal .
" Adikkmu memang jarang dirumah dan dari tadi siang pergi entah kemana sampai sekarang belum pulang" lirih ibu khawatir.
" Lho bukannya seharusnya dia dirumah menemani ibu, apakah dia sudah bekerja Bu?" Ucapku heran.
" Dia tidak bekerja. Tadi siang dia izin pamit keluar sebentar katanya ada urusan penting. Sampai sekarang belum pulang-pulang" jelas ibu khawatir.
Kemana adikku pergi dan urusan apa yang dilakukannya hingga sampai saat ini belum pulang-pulang . Dari kemarin tingkahnya sangat mencurigakan. Dia hanya dirumah saat aku dirumah bersama ibu.
" Bu Zahra ijin pamit mencari Tria, mana tau dia ada di rumah salah satu tetangga kita" ucapku izin pamit pada ibu.
" Pergilah. Jangan lama-lama, jangan membuat ibu bertambah khawatir" ucap ibu.
" Apa ibu tidak ingin ikut bersamaku?" Ucapku menawarkan, mana tau ibu ingin ikut denganku tapi segan untuk menyampaikannya.
" Zahra, Zahra memangnya kamu pikir ibu mu ini anak-anak, harus ikut kemanapun kamu pergi. Pergilah cepat dan pulang sebelum Maghrib" ucap ibu lagi sembari tersenyum.
Aku pergi ku rumah tetangga yang sering didatangi oleh adikku. Sampai disana Ningsih anak dari Bu Ratna sahabat adikku menyampaikan, Tria sedang membantu salah satu temannya mencari kontrakan disebabkan rumah ditinggali saat ini sudah jatuh tempo.
Aku sangat terkejut mendengar penjelasan dari Bu Ratna. Mungkin suatu saat nanti aku dan keluargaku yang akan mengalami hal yang sama. Mengingat kami juga tinggal di kontrakan yang kemungkinan bisa diusir kapan saja oleh pemilik rumah. Walaupun pemilik rumah masih kerabat dekat.
Menjelang Maghrib Tria pulang dengan diantar seorang pria yang tidak dikenal. kutaksir mungkin seusiaku.
" Dari mana saja kamu ? Kenapa selalu saja membuat ibu khawatir?" Tanyaku.
" Tadi aku ada urusan yang harus ku selesaikan mba". Jawaban Tria sama dengan jawaban ibu ketika kutanya saat pulang kerja. Ada apa dengan saudaraku yang satu ini kenapa dia tidak pernah terbuka denganku.
Usai menyelesaikan sholat Maghrib, aku pun menghampiri adikku yang saat ini sedang merapikan seisi lemari.
" Mau kemana lagi kamu? Kenapa tiba-tiba merapikan isi lemari yang sudah rapi" tanyaku curiga dengan gerak-geriknya.
" Aku hanya ingin membuang pakaian yang sudah tidak layak dipakai, lemari pakaianku sudah penuh dan sudah tidak ada tempat untuk menyimpan pakaian lain" jawabnya biasa aja .
" Aku tau kamu membantu salah satu temanmu pindah rumah karena terlilit hutang dan sudah jatuh tempo" ucapku.
Adikku seketika menghentikan kegiatannya dan menatapku tajam.
" Jangan keras-keras nanti di dengar orang" ucapnya sembari mengacungkan jari telunjuk ke mulutnya seperti baru saja ketahuan melakukan kejahatan yang tidak ingin orang lain tau.
" Temanku banyak hutang, sehingga rumah yang ditinggali saat ini di ambil rentenir sebab tidak mampu bayar dan sudah jatuh tempo" jelas adikku.
" Kenapa sampai banyak hutang, dia kan anak orang kaya dan punya pekerjaan tetap" ucapku penuh tanda tanya.
" Istri temanku gaya hidupnya sangat mewah. Selalu saja menuntut temanku untuk memenuhi semua kebutuhannya. Jika tidak tercapai, dia akan mengancam dengan melukai diri sendiri dan meminta cerai" jelas adikku yang membuatku tercengang mendengar penjelasan yang baru saja kudengar.
" Terus sekarang dia tinggal dimana?" Tanyaku lagi.
" Dia pindah ke rumah orang tuanya di desa sebelah, makanya aku pulangnya lama sebab membantu mengemas barangnya" jelas adikku lirih.
Kasihan juga dengannya, biar bagaimanapun aku juga bisa merasakan kesulitan yang di alami teman adikku. Tak terasa air mataku mengalir menangisi teman adikku. Andai saja aku punya segalanya, aku pasti akan membantu siapa saja yang sedang kesulitan.
Kami benar-benar diuji, meskipun teman adikku bukan anak ibuku tapi aku bisa merasakan kesulitan yang dihadapi saat ini. Di saat ingin menikmati ketenangan, saat itu jugalah akan diuji. Ya Allah entah sampai kapan kami akan merasakan kebahagiaan setelah kami diuji tidak henti-hentinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Susu Kopi Cokelat
Nitip Jejak
2024-02-07
0
Justmeen
Aku susah mampir ya kak.... Bagus ceritanya....
2024-02-06
0
Atha Diyuta
aku hadir,
2023-12-31
0