LELAH

Hari ini rasanya sangat melelahkan. Setelah pulang, aku langsung ke kamar tanpa menghiraukan keadaan rumah yang membuat mata sakit melihat keadaannya yang berantakan.

Semua orang sudah pasti sedang beristirahat di kamar masing-masing. Jam segini adikku mungkin sudah berada di alam mimpi sebab memang  dibiasakan tidur awal agar tidak kesiangan esok pagi. ku lihat ibu dan ayah juga sudah beristirahat di kamar mereka. Kasihan sekali orang tua ku, dilihat dari wajah mereka terlihat sangat letih. Letih bukan karena lelahnya bekerja tapi letih karena banyaknya tekanan. Tanpa mereka sadari, mata ini selalu menangis tanpa bisa berbuat apa-apa. Di usia ayah dan ibu yang sudah tidak muda lagi seharusnya bahagia menikmati hari-hari di masa tua mereka . Berbeda dengan keadaan sekarang, aku masih belum bisa membahagiakan kedua orang tua ku, bahkan memberi tempat tinggal yang nyaman tanpa ada yang mengganggu pun aku belum mampu.

Setelah berganti pakaian, aku segera berbaring di tempat tidur. Lelah sekali rasanya menjalani hari-hari penuh dengan tekanan dari orang-orang sekitar.

Namun tak dapat dipungkiri, bayang-bayang saat di tanah rantau selalu saja mengingatku betapa banyaknya perjuangan yang sudah ku lalui. Masih ku ingat dulu, saat keinginanku untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi tidak tercapai. Sebab uang yang dimiliki orang tuaku hanya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. aku tidak boleh mementingkan ego sendiri. Kalau aku yang melanjutkan pendidikanku, kemungkinan adikkulah yang harus berhenti sekolah. Mau tidak mau akulah yang harus mengalah demi masa depan adik-adikku. Sakit sekali rasanya saat menginginkan sesuatu tapi harus dipendam, sebab tidak akan pernah tercapai karena terkendala biaya. Banyak yang menawarkan bantuan tapi mereka tidak benar-benar membantu. Mereka memberi penawaran sebab keluargaku berada dalam keadaan yang sulit. mereka hanya ingin membantu memanfaatkan orang tuaku. Saat dalam masalah, pasti orang tuaku dilibatkan, berbeda sekali saat dalam keadaan yang menyenangkan, maka orang tuaku tidak akan pernah dianggap. Dengan terpaksa aku harus pergi meninggalkan orang tuaku ke luar negeri. Aku memang bekerja sebagai operator produksi di salah satu kilang , tapi selama bekerja disana tidaklah sesuai dengan yang dibayangkan banyak orang.

Hari pertama bekerja disana tidaklah mudah ku lalui. Orang-orang yang sudah lama bekerja disana, sedikit pun tidak ada yang ramah pada orang baru sepertiku. Saat ditanya mereka hanya menjawab seadanya tanpa menjelaskan apa yang patut ku kerjakan.

Mereka bersikap acuh tak acuh pada ku . Jauh sangat berbeda pada anak laki-laki. Meskipun kami sama-sama baru bekerja. Mereka lebih ramah pada pekerja laki-laki dari pada pekerja perempuan sepertiku. Entah apa yang membuat mereka selalu membedakan laki-laki dan perempuan. Padahal pekerjaan dan gaji diterima dengan sama banyak.

Selama bekerja juga sudah beberapa kali dipindah ke workcell lain. Selama bekerja, aku sudah bertemu dengan orang yang memiliki sikap yang berbeda-beda. Dalam satu tempat kerja, kami dari berbagai suku dan negara yang berbeda-beda. Bahkan, bergaul dengan orang-orang dari luar negara lebih menyenangkan dari pada dengan bangsa sendiri. Dengan bangsa sendiri, mungkin tidak semua tapi kebanyakan suka memanfaatkan situasi. Mereka hanya tahu memerintah tanpa memberi contoh terlebih dahulu. Banyak yang suka mencari keuntungan di atas penderitaan orang lain dan itu semua untuk keuntungan pribadi tanpa berpikir bagaimana perasaan orang yang bekerja sebagai bawahan.

Empat tahun bekerja di sana, sudah sangat banyak hal yang ku jadikan sebagai motivasi dan pengalaman hidup. Hidup di tanah rantau dan jauh dari keluarga banyak yang bisa dijadikan sebagai bahan belajar kedepannya agar tidak menyia-nyiakan peluang yang ada. Bagi orang yang hidup serba kecukupan memang tidak perlu harus banting tulang untuk menghidupi keluarga. Berbeda denganku yang harus berjuang demi keluarga. Dengan bekerja ke luar negeri memang belum bisa mengangkat derajat keluargaku tapi setidaknya bisa meringankan beban orang tuaku untuk sementara waktu. Sebab tidak selamanya aku bisa hidup di tanah rantau.

Mengingat pengalaman diranah rantau terkadang kujadikan sebagai motivasi untuk bertahan dalam keadaan apa pun. Meskipun, saat ini aku dengan keluargaku dalam keadaan yang sulit. Terkadang rasanya ingin  merantau lagi. Tapi untuk saat ini pergi kembali  merantau ke negeri orang tidaklah mudah, banyak prosedur yang harus dilewati. Saat ini tanpa bisa berbuat apa-apa, diri ini hanya mampu bertahan dan bersabar. Semoga di kemudian hari kehidupanku bisa jauh lebih baik dari sebelumnya.

*****

Pagi ini aku segera menyiapkan bekal untuk dibawa ke tempat kerja. Makan di rumah selalu saja ada hal yang membuat nafsu makanku hilang. Mungkin dengan membawa bekal ke tempat kerja nafsu makanku bertambah dengan melupakan hal-hal yang beberapa hari ini selalu membuatku merasa tertekan.

" Apa saya bisa bertanya sesuatu?" Tanya bibi.

" Silahkan bi. Bukankah selama ini bibi selalu berbicara sesuai yang bibi suka tanpa memikirkan perasaanku ? Lantas kenapa dengan hari ini bibi bertanya seperti itu?" Ucapku heran.

" Baiklah langsung saja. Saya juga tidak ingin berlama-lama berhadapan dengan kamu. Apa kamu mengenal dimas anak bos tempat kamu bekerja?" Tanya bibi ingin tahu.

" Hmm aku mengenalnya bi. Mas Dimas anak dari bu siti. Aku hanya berteman dengannya dan tidak memiliki hubungan apa-apa." Jelasku.

" Bagus kalau benar begitu. Kamu harus sadar diri dan sadar posisi kamu bagaimana. Asalkan kamu tahu saja, saya ingin mendekatkannya dengan anak teman saya yang jauh lebih baik dari kamu" ucapnya angkuh.

" Maaf sebelumnya. Saya tidak peduli dengan niat baik bibi. Bibi ingin mendekatkannya dengan siapa pun saya tidak peduli dan itu bukanlah urusan saya. Maaf sekali lagi, saya harus segera bersiap-siap untuk pergi bekerja" ucapku santai.

" Dasar anak tidak tahu diri, kurang ajar , tidak punya sopan santun sama sekali,orang tua lagi ngomong bukannya di dengerin tapi malah pergi" umpat bibi.

Aku hanya tersenyum mendengar bibi marah-marah. Ini bukan pertama kali dia melarangku melakukan sesuatu. Meskipun disini hanya menumpang, tidak semestinya dia melarangku melakukan apa yang tidak kusukai. Aku juga berhak menentukan pilihanku sendiri. Selagi tidak merugikan diriku sendiri dan membawa pengaruh yang buruk pada orang lain apa salahnya aku berteman dengan mereka. Lagian sehebat apa sih anak teman bibi sehingga dia rela memarahiku demi orang lain yang namanya saja tidak ku ketahui.

Bibi yang suka melakukan segala sesuatunya sesuai dengan kehendaknya tidak akan pernah bisa sejalan dengan diriku yang juga akan melakukan hal-hal yang ku sukai. Meskipun itu tidak merugikan bagi siapa pun. tetap saja aku tidak pernah menyukai tindakan bibi yang suka memerintah orang lain. Banyak yang bisa dilakukan selain mendengar ocehannya yang sama sekali tidak berguna.

.

Terpopuler

Comments

Agatha cute🤍

Agatha cute🤍

semangat kak.....

2024-03-14

0

Susu Kopi Cokelat

Susu Kopi Cokelat

。゚(゚^∀^゚)゚。

Keren

2024-02-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!