PINDAH RUMAH

Sepertiga malam aku mengadu pada sang ilahi agar selalu dipermudah dalam mengambil keputusan.

Pagi pun tiba, tak lupa aku mengucap syukur atas nikmat yang luar biasa masih bisa diberi kesehatan dan umur yang panjang.

" Buk, setelah ini dimana kita tinggal? Bagaimana dengan nasib kita selanjutnya kalau rumah ini dijual?" Tanyaku putus asa.

" Entahlah. Ibu pasrah saja apa pun yang terjadi kita harus hadapi dengan lapang dada. Kalau memang rezeki kita pasti akan kembali pada kita" ucap ibu.

Aku pun memeluk ibu dan menangis. Di usia ibuku yang sudah tak muda lagi masih saja mengalami kesulitan. Setidakberguna itukah aku ? Hingga sampai sekarang untuk membahagiakan orang tuaku pun aku belum bisa.

Aku segera membereskan barang-barang yang akan kami bawa. Aku harus menyiapkan diri saat pemilik rumah akan datang lagi ke rumah.

" apa kalian akan membeli rumah ini atau segera angkat kaki dari sini?" Tanya pemilik rumah.

" Maaf pak. Kami tidak mampu membayar sebanyak itu. Kami tidak punya uang sesuai yang bapak minta" jelas ibu.

" Baiklah. Itu artinya mba sudah tau konsekuensinya. Rumah ini akan kami beri pada orang lain dan mba sekeluarga harus segera meninggalkan rumah ini" ucap pemilik rumah.

" Silahkan pak. Saya tidak akan mempertahankan apa yang tidak seharusnya menjadi milik saya" ucapku.

Aku hanya mampu menangis memeluk ibu. Dua belas tahun bukan waktu yang singkat, banyak sekali kenangan di rumah ini tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa sebab memang bukan hak kami. Kami membawa barang masing-masing dan berharap segera mendapatkan kontrakan yang baru.

Mau tidak mau kamu harus pindah kerumah nenek. Entah kenapa setiap kesana perasaanku tidak enak. Seperti ada yang mengganjal tapi tidak tau apa yang menyebabkan.

Sampai disana rumah kelihatan sepi bagaikan tak berpenghuni. Begitulah didesa saat pagi hari semua orang pasti pergi berkebun. Aku segera turun dari mobil yang bersedia mengantar kami ke rumah nenek dan segera memanggilnya.

Tak lama beliau pun membuka pintu rumah dan segera menghampiri kami.

" Eh, kalian. Kenapa datang tanpa memberi kabar terlebih dahulu?" Tanya nenek heran.

Aku pun segera menceritakan apa yang terjadi pada nenek. Entah dia bahagia atau sedih dengan masalah yang menimpa kami aku tidak tau. Nenek hanya diam.

" Nek. Bolehkah kami tinggal disini sementara waktu?" Tanyaku minta persetujuan.

" Tinggallah disini nak. Rumah ini besar dan masih bisa menampung keluarga yang lain. Dan ini sebenarnya rumah ayahmu, seperti yang kamu tau nenekmu sudah tidak muda lagi dan anak-anakku selalu bertengkar perihal harta. Aku tidak mampu berbuat apa-apa selain pasrah dengan keadaan. Anak yang kubesarkan penuh kasih sayang malah tumbuh menjadi anak yang serakah. Padahal mereka sudah punya bagian masing-masing" ucap nenek lirih.

Ya Allah maafkan aku. Tadinya aku sudah berprasangka buruk terhadap nenek. Mengingat perbuatan paman dan bibi terhadap ayahku yang selalu semena-mena.

" Paman dan bibi mana nek? Dari tadi aku tidak melihat mereka. Apa mereka sedang pergi?" Tanyaku .

Mereka ada di dirumah bibimu yang lain. sebentar lagi mereka pasti pulang. Setiap hari kelayapan itu sudah jadi kebiasaan mereka. Dinasehati pun percuma, mereka tidak akan mendengar ucapan orang lain.

Kami segera beristirahat di kamar yang sudah disediakan. Rumah nenek memang besar, membuat suasana rumah terlihat sepi dan tak bernyawa. Di rumah ini tidak ada acara kumpul dengan keluarga, meskipun hanya sekedar makan bersama. Jauh sangat berbeda dengan kebiasaan keluargaku.

Aku harus segera mencari pekerjaan di daerah sekitar sini. Tidak peduli kerja apa pun yang penting halal. Jika sudah punya pegangan yang cukup, aku akan segera mencari kos- kosan yang bisa menampung kami sekeluarga.

Meskipun, dalam keadaan yang sulit. Sekalipun aku tak pernah berniat untuk meminta uang pada nenek. Sudah cukup hinaan yang ku terima, ada yang mau menampung kami sekeluarga itu sudah lebih dari cukup.

" Eh, kenapa kalian semua ada disini! Apakah selama kami tidak dirumah kalian sudah disini?" Bentak bibi Sutini istri dari pamanku.

" Biarlah sementara waktu mereka tinggal disini nak" ucap nenek .

Tanpa banyak bicara lagi, paman dan bibi segera masuk kedalam rumah tanpa menghiraukan kami.

" Kenapa mereka selalu saja tidak menyukai kita bu? Apa karena kita orang yang tidak punya Hingga kita selalu harus menerima hinaan dari yang lain. Apa karena tidak punya apa-apa untuk dipamerkan kita tidak layak untuk dihargai" ucapku pada ibu.

" Bersabarlah nak. Sementara waktu kita harus bertahan dan menerima hinaan yang diucapkan orang lain. Hidup ini bagaikan roda berputar. Mungkin saat ini kita dipandang lebih rendah dari apa pun. Tapi, di hari esok kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi. Begitu pula dengan orang-orang yang selalu menghina kita, sekarang mungkin mereka merasa paling hebat punya segalanya dan melupakan kalau apa yang ada saat ini hanya titipan yang bisa hilang kapan saja. Tidak ada yang bisa menentang takdirnya allah. Selama kita hidup di dunia ini, kita tidak akan pernah merasa tenang. Kita pasti akan menghadapi masalah yang bertubi-tubi hingga kita pulang ke sisinya. Kita harus lebih banyak bersyukur nak. Terkadang kita memang merasa seperti orang yang paling susah dari orang lain. Di luar sana juga tidak pernah tau kesulitan apa yang di alami orang lain" jelas ibu.

" ehh,kalian nggak usah banyak drama, bukan hanya kalian aja yang hidup susah di dunia ini. Di kasi numpang gratisan bukannya bersyukur malah banyak drama. Bersikaplah sebagai penumpang. Ingat tidak semua orang peduli dengan drama yang kalian ciptakan" ujar bibi ketus.

Huh! Apa katanya penumpang gratisan? Tidak sadarkah dia selama ini kalau dia juga sama seperti kami. Kapan dia sadar kalau selama ini dia hidup bergelimang harta hanya karena nenek. Ingin sekali rasanya membalas perbuatan mereka. Tidak apa, saat ini aku diam dengan sikap mereka yang semena-mena, tapi sampai orang tuaku menangis sebab sikap mereka lihat saja apa yang akan kulakukan.

" dan kamu! orang tua ngomong bukan didengerin malah bengong aja. Bersihkan semua ruangan di rumah ini. Kalau tidak mau di usir dari sini lakukan semua pekerjaanmu dan ikuti apa yang kuperintahkan" ujarnya berlalu meninggalkanku .

Menyebalkan sekali. Dia pikir dia siapa bisa menyuruhku melakukan apa saja yang dia mau. Dia memperlakukan layaknya seorang babu yang harus patuh pada bos. Kapan wanita iblis itu akan sadar dengan hidupnya yang sekarang semua milik nenek. Tidakkah dia ingat bagaimana kehidupannya saat baru datang kerumah nenek. Bahkan, pakaian yang digunakan pun sudah tidak layak dipakai. Dasar manusia tidak tau diri. Ya allah terima kasih telah diberi orang tua yang lemah lembut seperti ibuku.

Terpopuler

Comments

Mama nayfa

Mama nayfa

saya mampir sampai sini dulu ya kak,,,nanti di lanjut lagi,,yuk kak intip karya saya berjudul Nafkah lima belas ribu

2024-02-04

0

Atha Diyuta

Atha Diyuta

mulut bibinya ulek j pke ulkan

2023-12-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!