BINGUNG

Tak terasa sudah sebulan aku bekerja dan hari ini kami akan menerima gaji. Begitu juga denganku, rasanya bahagia sekali bisa menikmati hasil dari perjuanganku selama sebulan ini. Tidak henti-hentinya aku bersyukur atas nikmat yang kau beri ya Allah.

Sebelum pulang ke rumah, terlebih dahulu aku membeli beras dan keperluan lainnya. Agar mempermudah untuk masak tanpa susah payah menunggu jatah makan dari tempatku bekerja.

Gajiku yang sebesar satu juta dua ratus ribu harus kupergunakan dengan sebaik-baiknya.

Sampai di warung tempatku biasa berbelanja, aku mencari semua yang kuperlukan dengan harga yang paling murah. Setelah menemukannya aku segera pulang kerumah. Tak lupa aku menyemangati diri sendiri untuk bekerja lebih giat lagi.

Saat dalam perjalanan pulang, tak henti-hentinya aku mengucap syukur atas nikmat yang sudah diberi. Bisa bekerja tanpa berjauhan dengan keluarga itu menyenangkan bukan.

" Ada bau yang baru gajian nih. Emang kamu belum ada calonnya? Masa dari dulu sampai merantau bertahun- tahun sampai balik lagi ke kampung masih sendiri aja. Mending cari laki, jadi kamu ga perlu susah cari kerja cukup goyang kaki aja dirumah" ucap Bu Zainab tetanggaku .

" Aamiin. Semoga dipermudah semuanya. Saya juga berharap jangan sampai kayak anaknya Bu Zainab" ucapku menanggapi dengan santai.

" M - ma - Mak - maksud kamu apa" tanyanya gugup.

" Lah iya kan bu . Masa lupa sih. Anak ibu kan yang jadi topik omongan orang-orang. Masa nikah baru lima bulan dah lahiran aja. Mending kayak saya belum nikah tapi insyaallah masih bisa jaga diri" ucapku pergi meninggalkan ibu-ibu lainnya.

Sesampai di rumah, aku segera memasak beras dan mengolah Beberapa lauk yang tadi ku beli untuk dijadikan santapan malam ini. Segaja aku memasak dengan memakai kayu bakar agar mempercepat kegiatanku didapur.

Zaman sekarang memang jarang sekali yang masih memakai kayu bakar untuk memasak. Kebanyakan orang sudah memakai alat elektronik ataupun gas sebagai alat untuk memasak. Berbeda dengan keluargaku yang lebih suka pakai kayu bakar. Kata ibu rasanya lebih nikmat.

Setelah masak- memasak kelar, aku segera bergegas melaksanakan sholat Maghrib. Usai melakukan kewajibanku pada sang ilahi, kami sekeluarga pun menikmati makanan yang tadi baru saja diolah dengan bantuan ibu.

_____________________________________________

Hari ini semua pekerja diliburkan. Setiap bulan semua pekerja wajib mengambil cuti walaupun hanya satu hari. Lumayanlah untuk beristirahat dan berkumpul dengan keluarga. Sayang kalau tidak pergunakan dengan baik.

Sekitar jam 12 siang, pemilik kontrakan yang saat ini tempatku tinggal datang bertamu ke rumah.

" Ada apa ya pak? Apa rumah ini akan dijual dan orang yang selalu memantau keadaan rumah ini adalah orang suruhan bapak? Tanyaku heran.

" Orang suruhan yang mana? Perasaan saya tidak pernah menyuruh orang untuk memantau siapa pun. Saya datang hanya ingin memberitahukan, kalau rumah ini akan kami jual setelah kontrak habis dalam waktu tiga bulan ini" jelasnya datar.

" Bagaimana kalau rumah ini kami jual 70 juta saja pada ibu. Mengingat ibu sudah lama tinggal di rumah ini" ucapnya lagi.

Apa katanya hanya tujuh puluh juta? Hanya katanya tidakkah dia tau untuk makan pun kami masih kesusahan. Apa yang dipikirkannya? Bukankah tujuh puluh juta itu terlalu mahal? Mengingat saat pertama kali kami pindah ke rumah ini tidak ada apa-apa. Bahkan, kamar mandi dan dapur pun tidak tersedia. Belum lagi dengan keadaan rumah yang harus ditempel sana sini agar tidak bocor. Menyedihkan sekali. Rasanya berat untuk meninggalkan rumah ini tapi kami juga tidak bisa bertahan. Biarlah waktu yang akan menjawab semuanya. Sebagai orang kecil kami tidak mampu melakukan apa-apa. Meskipun hanya membela diri.

Tak terasa bulir bening mengalir di pipiku begitu juga dengan adik dan ibuku.

Pemilik rumah hanya memberi waktu yang singkat pada kami. Setelah tiga bulan masa kami mengontrak habis, kalau sudah ada yang berminat untuk membeli rumah ini dengan terpaksa kami harus segera angkat kaki dari rumah yang punya banyak sekali kenangan.

Entah dari mana aku akan mendapatkan uang sebanyak itu.

Pantas saja akhir-akhir ini selalu saja ada orang aneh yang memperhatikan kami. Mungkin saja mereka adalah saudara dari pemilik rumah ini.

" Nak, apa sebaiknya kita pinjam saja pada paman dan bibimu untuk membeli rumah ini" ucap ayah tiba-tiba meminta pendapat.

Sungguh ini pilihan yang sulit. Meminta bantuan mereka sama saja dengan mengantarkan nyawa dengan cuma-cuma. Situasi saat ini mengingatkanku tepat pada kejadian lima tahun yang lalu. Saat itu aku baru menyelesaikan pendidikanku pada tingkat SMA dan ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Paman dan bibiku mendukung keputusanku untuk melanjutkan pendidikanku. Bagaimana perasaanku saat itu ? Bahagia itu jelas. Tapi sayang, itu hanya omong kosong. Persyaratan mereka akan membantu biaya pendidikanku hanya dengan kami pindah ke rumah nenek di desa sebelah. Sebelum pindah rumah tiba-tiba pamanku yang lain malah tidak ingin kami ke rumah nenek. Kata pamanku bukan hanya ayahku yang punya anak untuk sekolah. Yahh itu hanya alasan sebab paman tidak ingin ayah menikmati harta dari nenek.

Begitulah keluargaku, anak perempuan dianggap tidak penting. Tidak peduli sebaik apa pun mereka tetap akan di dapur. Berbeda dengan pria yang sikapnya lebih menjijikkan dari apa pun tetap akan disanjung sebab dianggap penerus keturunan.

" Tidak yah. Apa ayah sudah melupakan kejadia n Lima tahun yang lalu? Apa ayah lupa saat paman mencoba untuk menghabisi nyawa ayah?" Tanyaku heran dengan saran ayah.

Saat itu nyawa ayahku hampir saja dihabisi paman sebab takut apa yang dinikmati selama ini diambil oleh ayahku. Padahal, sedikitpun kami tidak pernah berniat mengambil apa yang tidak seharusnya kami miliki. Meskipun, itu ada lah bagian ayahku sendiri. Mengalah lebih baik daripada harus berperang dengan saudara sendiri begitulah nasihat ibu.

Tak terasa waktu yang sudah ditentukan sudah hampir tiba. Rasanya otakku sudah buntu memikirkan semua ini. Apakah aku harus meminjam ke bank lagi? Tapi apa bisa kujadikan sebagai jaminan? Entahlah masalahku kali ini rasanya sulit untuk ku pecahkan sendiri. Bahakan uang yang ku pegang saat ini hanya cukup untuk makan. Memang, pemilik rumah memberi tawaran, kalau kami membeli rumah ini. Kami boleh membayar kapan saja, tapi itu sangat berbahaya bagaimana kalau tiba-tiba mereka minta dengan dilunasi.

Baru saja aku bahagia dengan mendapat pekerjaan yang layak, sekarang masalah baru datang lagi. Sampai kapan aku akan bertahan dengan keadaan seperti ini. Semoga kelak aku bisa membahagiakan kedua orang tuaku.

Banyak hal yang ingin kulakukan, tapi siapalah aku yang hanya mampu pasrah menerima keadaan .

Terpopuler

Comments

Susu Kopi Cokelat

Susu Kopi Cokelat

Di daerah aku, kayu bakar susah nyarinya

2024-02-08

0

Atha Diyuta

Atha Diyuta

berasa kita yang lagi berperan

2023-12-31

0

Webcomics fan #2

Webcomics fan #2

Aku jadi pengen main ke dunia dalam cerita ini 👍

2023-11-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!