kebaikan keluarga bu siti

dengan berjalan kaki dan menempuh satu jam lamanya aku sampai di tempatku bekerja. Aku menoleh ke arah depan jalan melihat rumahku yang lama, rumah yang banyak kenangan . Tak sadar air mataku mengalir begitu saja di pipiku. Sampai sekarang rasanya masih tidak bisa ikhlas harus meninggalkan rumah yang punya sejuta kenangan. Tapi aku juga sadar bahwa itu bukanlah milikku sebab kami hanya mengontrak . Beruntung saat itu ada yang bersedia mengontrakkan dengan harga yang sangat murah pada keluargaku.

ku langkahkan kakiku masuk ke tempatku bekerja. Tampak pekerja lainnya sedang sibuk-sibuknya melayani para pembeli.

Ku tepuk pundak satu-satunya sahabatku sekaligus orang yang bekerja di tempat yang sama denganku.

" Zahra? Akhirnya kamu sampai juga. Kamu kebiasaan deh suka ngagetin. Huh.. Hampir saja jantungku copot. Mana akhir-akhir ini kamu suka main rahasia- rahasiaan" gerutunya.

" he he he he maaf kalau kamu merasa begitu. Aku bukannya sedang merahasiakan sesuatu padamu. Tapi akhir-akhir ini keadaan keluargaku memang sangat kacau hingga aku harus melakukan tindakan tanpa memberi tahu terlebih dahulu. Lain kali aku pasti memberi tahu segalanya padamu. Maafkan aku. Tapi saat ini aku benar-benar sangat ingin bertemu dengan siti" ucapku.

" tunggu sebentar aku panggilkan yaa " ucap Melisa meninggalkanku dan segera menuju rumah bu siti.

tak lama bu siti pun keluar bersama anaknya.

" Zahra? Akhirnya kamu datang juga" ucap bu siti dengan ramah .

Dengan sikap beliau yang selalu baik sangat membuatku malu. selama ini apa pun kesalahan yang kulakukan dia selalu memakluminya.

"Bu maafkan saya. Akhir-akhir ini banyak sekali kesalahan yang saya lakukan. Mungkin ibu juga sudah mendengar dari anak-anak lainnya. Tidak seharusnya saya melakukan demikian. Seharusnya saya tidak membawa masalah pribadi ke tempat kerja" ucapku merasa bersalah.

" tidak usah di pikirkan nak. Fokuslah bekerja seperti sebelumnya dan coba katakan apa yang membuat akhir-akhir ini seperti orang linglung" ucap bu siti.

Sejenak aku menunduk dan terdiam. Ternyata aku selalu di kelilingi oleh orang-orang yang baik. Melihat sikapku akhir-akhir ini kalau itu orang lain tentu pasti sudah memecatku . Berbeda dengan bu siti yang selalu bisa memahami situasi.

" pemilik rumah kontrakan yang lama ingin menjual rumah dan memberi kami pilihan. Kami yang akan membeli atau segera angkat kaki. Tentu kami tidak mampu membeli dan segera angkat kaki. Tak lama kami segera pindah ke rumah nenek, ibu dari ayah. Tapi kami diperlukan sangat tidak baik" jelasku.

" sekali lagi saya minta maaf bu. Kalau saya masih diijinkan bekerja disini, saya akan bekerja lebih giat lagi. Tapi kalau sudah tidak ada kesempatan bekerja di sini juga tidak apa-apa. Mungkin ini adalah hari terakhir saya bekerja disini" ucapku.

" nak apa yang kamu katakan? Sepertinya kamu telah berpikir jauh. tidakkah kamu dengarkan saat ibu meminta kamu bekerja seperti sebelumnya? Tanyanya sembari menautkan alisnya.

" terima kasih bu. Saya tidak tahu harus berterima kasih seperti apa pada ibu" ucapku

 sambil mencium tangannya.

" nak Zahra, saat kamu dalam kesulitan mengapa kamu tidak langsung beritahu ibu. Kalau saja saat itu kami memberitahu, kamu pasti tidak akan merasa pusing berpikir pindah sana-sini. Sangat disayangkan sekali. Kami masih punya rumah yang lain dan sudah lama tidak ada yang menempati" ucapnya lagi.

" terima kasih bu. Ibu orang yang baik. Saya sangat beruntung sekali bisa bertemu orang seperti ibu. Saya sangat bersalah" ucapku sungguh-sungguh.

"Zahra, kamu anak yang sangat baik. Sebenarnya tanpa kamu menjelaskan terlebih dahulu pun saya sudah memahaminya tapi tetap saja saya tidak boleh langsung mengambil tindakan" ucap bu siti dengan tulus.

" baik bu kalau begitu. Saya akan lanjut bekerja. Saya ijin pamit" ucapku berpamitan.

" Zahra, nanti setelah pekerjaanmu selesai ijinkan aku untuk mengantarmu pulang" tawar dimas penuh harap.

" benar nak. Biarkan dimas anak ibu saja yang akan mengantarmu pulang hari ini" timpal bu siti.

Aku tak bisa menolak dan hanya bisa menganggukkan kepala tanda setuju.

bodohnya aku baru menyadari bahwa ternyata banyak orang baik yang masih menyayangiku. Selama ini aku selalu berpikir tidak akan ada orang yang tulus di dunia ini. Saudara sendiri saja bisa menganggap kita musuh dan selalu berusaha mencari cela untuk mencaci maki keluarga. tapi hari ini aku dikejutkan dengan sikap bu siti dan anaknya.

*****

Sementara dimas mengeluarkan mobil dari garasi, aku segera pamit pada melisa agar tidak menunggu lebih lama.

" Mel, aku pulang dulu yaa. Hari ini aku diantar mas dimas" ucapku sambil memeluknya.

" cie-cie ada yang baru berbaikan sama ayang nih" ucap goda melisa.

" apaan sih selama ini aku tidak ada masalah dengannya tapi dia mengantarku hari ini bukan kemauanku melainkan inisiatif dirinya sendiri" ucapku.

" hmmm alasan" ucapnya sambil berlari meninggalkanku.

Saat aku menghampiri dimas yang telah menunggu, sangat terlihat wajah diana seperti tidak suka padaku. entah kenapa setiap melihatku berdekatan dengan dimas dia selalu kesal dan memarahiku dengan kata-kata yang tentu saja menyakitkan sampai ke ulu hati. Beruntung kali ini dia tidak bisa memarahiku dan bahagianya hari ini aku tidak sempat mendengar ocehannya yang sama sekali tidak penting.

Saat dalam perjalanan pulang, dimas menanyaiku dengan pertanyaan ringan seperti selain bekerja kesibukanku apa saja, bagaimana kabar orang tuaku dan sebagainya.

Sementara aku hanya menjawab seadanya. Setelah kehabisan modal untuk dibicarakan kami kembali diam dan hening.

" Zahra, bagaimana kalau sebelum pulang kita mampir ke cafe atau taman. Kamu setiap hari bekerja dan pulang untuk beristirahat. Kamu juga perlu menikmati hidup" ucap dimas membuka obrolan.

Dimas ada benarnya juga, tak ada salahnya aku menerima tawarannya. Aku juga berhak menikmati hidup meskipun hanya sekedar nongkrong di cafe atau tempat lainnya . Di rumah ibu juga pasti ada yang menemani dan aku juga tidak merasa terlalu khawatir seperti saat di rumah nenek.

Dimas pun membelokkan mobil ke sebuah pantai. Aku tidak tahu ini hanya kebetulan atau memang dia juga pecinta pantai sama sepertiku. Ku pejamkan mata menikmati sejuknya suasana pantai. Aku memang jarang sekali menikmati seperti ini tapi bukan berarti aku tidak punya tempat favorit yang ingin ku datangi setiap hari.

" Zahra, apa kamu suka dengan tempat ini?" ucap bagas sambil memberiku minuman dan beberapa makanan ringan lainnya.

" hmm... Tentu saja aku menyukainya. Aku sangat menyukai suasana pantai di malam hari" jawabku sambil tersenyum.

" Mas, apa kamu sudah memiliki seorang kekasih? Maksudku kalau sudah tidaklah baik kita berduaan seperti ini. kalau dia tahu kamu berduaan denganku pasti dia akan merasa cemburu dan marah padaku" ucap zahra.

Aku tidak memiliki seorang kekasih tapi ada satu nama yang selalu ku sebut dalam doa.aku akan selalu menjaga hatiku untuknya meskipun aku tidak pernah tahu apakah dia memiliki perasaan yang sama padaku" ucapnya.

" beruntung sekali orang yang kamu sukai itu mas. Dia sangat beruntung bisa disukai pria baik sepertimu" ucap zahra.

" aku juga berharap perasaanku terbalas dan tidak bertepuk sebelah tangan" ucap dimas.

" Perasaanmu pasti terbalas. Kalau sudah saling suka lebih baik segera dihalalkan takutnya malah diambil orang" ucapku.

Dimas hanya tersenyum memandangiku hingga membuatku jadi salah tingkah .

Aku yang bertanya tapi aku juga yang telah membuat diriku kecewa. Sebenarnya aku berharap dia memiliki perasaan yang sama denganku tapi setelah mendengar penuturannya tadi rasanya tidak mungkin aku orang yang disukai dimas.

Tak terasa kami sudah sampai dirumah dan terlihat ibu dan yang lainnya sedang menungguku pulang.

" assalamualaikum" ucapku sebelum memasuki rumah.

" waalaikumsalam" ucap ibu bersamaan dengan yang lain.

" eh kamu dah pulang nak" ucapnya lagi.

Sebelum memasuki rumah, terlebih dahulu dimas mencium tangan ibu dan ayah.

" nak dimas silahkan masuk" ucap ibu menyambut dengan ramah.

" Bu kenalin ini temanku dimas " ucapku.

" sebenarnya, kami sudah mengenal nak dimas cukup baik. dia anak bos tempat kamu bekerja dan juga orang yang selama ini membantu keluarga kita" ucap ibu tersenyum pada dimas.

DEGH...

apa?

Aku terkejut dengan apa yang baru saja di sampaikan ibu. aku memandang dimas dengan banyak pertanyaan.

Aku berniat mengenalkannya pada ibu tapi ternyata ibu justru sudah mengenalinya sejak lama. Aku juga merasa bersalah saat mengetahui bahwa bu siti dan keluarganya sangat berjasa sudah menolong keluargaku saat dalam keadaan yang sulit.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!