"Zahra!
Apa kamu baik-baik saja? Matamu kelihatan bengkak. Apa kamu menangis semalaman?" Tanya dimas heran.
" Itu perasaanmu saja mas. Hari ini sama saja dengan yang kemarin. Maaf mas, aku harus segera melakukan pekerjaanku. Aku takut setelah melihatku denganmu berduaan membuatku kehilangan pekerjaan" ucapku.
" Kamu tidak akan mungkin kehilangan pekerjaan hanya karena kamu ngobrol denganku Zahra. Apa kamu lupa kalau aku anak dari pemilik tempat kamu bekerja? Ucap dimas sembari tersenyum.
" Aku harus segera bekerja mas . Maaf " ucapku berusaha menghindari orang-orang sekitar. Mungkin dengan aku yang tidak memiliki teman bisa membuat orang tidak akan menghinaku lagi .
" Hey Zahra, mengapa kamu menghindari orang-orang yang mengenalmu?
Apa yang membuatmu menghindari kami hari ini? Apa kami telah melakukan kesalahan hingga membuatmu marah? Tanya dimas .
" Huh! Bisa tidak bertanya satu-satu dan bagaimana mungkin lebih mengetahui hal ini dari pada diriku sendiri? Sementara aku sama sekali tidak merasa melakukan apa yang kamu tuduhkan barusan" ucap Zahra dengan ketus.
" Ah tidak. Maksudku bukan begitu. Kuharap kamu jangan salah paham dulu. aku sama sekali tidak ada maksud apa-apa sampai menuduhmu yang tidak-tidak. Hari ini kamu sangat jauh berbeda dengan Zahra yang sebelumnya. Biasanya kamu akan menyapa semua orang yang kamu kenal, tapi hari ini kamu hanya diam seperti tidak mengenal siapa-siapa disini. Bahkan bukan aku saja yang menyadarinya, mungkin semua orang juga merasa ada yang berbeda denganmu hari ini. Kamu terlihat berwibawa bersikap seperti itu, tapi tolong bersikaplah seperti biasanya" jelas Dimas.
" Setiap saat aku ingin selalu didekatmu sebab ingin lebih mengenalmu lebih dari seorang teman. Tapi melihat sikapmu hari ini seolah-olah menyadarkanku kalau kamu mungkin risih dengan sikapku yang selalu mengejarmu.
Jujur saja, aku sangat kecewa dengan sikap hari ini. Aku juga tidak bisa memaksa kamu untuk selalu berdekatan denganmu. Setelah ini kamu akan semakin menjauh atau tidak terserah padamu. Ikuti saja kata hatimu, aku juga akan melakukan hal yang sama" ucap dimas.
" Maafkan aku yang sudah membuatmu kecewa . Aku juga berterima kasih atas kejujuranmu dan Sudi berteman dengan orang sepertiku. Seharusnya, kemarin saat kamu mengajakku jalan, tidaklah pantas pergi begitu saja. Tapi itu kulakukan bukan dengan sengaja, dan sikapku hari ini juga bukan atas kemauanku. Itu semua kulakukan karena..."
Belum sempat menjelaskan semuanya, ucapanku terpotong dengan kedatangan seseorang yang memanggil dimas. Dia seseorang yang sangat ku kenali. Dia datang menghampiri dan segera menggandeng tangan dimas. Seolah-olah aku ini hanya perusak bagi hubungan mereka.
" Eh mas dimas ada disini ternyata. Dari pada disini nggak ada kerjaan mending kita ngobrol di depan sana. Lama-lama disini nanti bisa membuatmu alergi mas" ucap Diana sambil memandang sinis ke arahku dan pergi tanpa menghiraukanku lagi.
Ekspresi wajah mas Dimas membuatku bertanya-tanya heran. kenapa dia terlihat kesal. Jauh sangat berbeda saat tadi berbicara denganku. Sebenarnya mereka ada hubungan apa? Entahlah aku tidak tahu dan tidak ingin ikut campur dengan urusan orang lain.
" Eh nak Zahra, mengapa masih disini dan tidak ikut dengan yang lainnya istirahat? Ini sudah waktunya istirahat. Sementara, biar saya saja yang akan melakukan pekerjaan disini sambil menunggu kamu dan yang lainnya kembali bekerja" ucap Bu Siti bos ku yang baik hati.
" Tapi Bu, saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan begitu saja. Saya harus menyelesaikannya terlebih dahulu" ucapku segan.
" Tidak ada tapi - tapian. Lakukan apa yang saya perintahkan. Saya tahu kamu bekerja dengan profesional, tapi kamu juga harus menjaga kesehatanmu. Bagaimana kalau jam istirahat telah usai dan kamu belum sempat beristirahat? Itu bisa merugikan diri sendiri" ucap Bu Siti .
" Baiklah bu saya permisi" ucapku dan segera mengambil jatah makanku hari ini.
" Tunggu Zahra dan berhenti disitu! Sudah berapa kali saya peringatkan pada kamu untuk menjauhi dimas hmm? Jauhi Dimas dan jangan pernah berusaha merebutnya dariku. Dimas itu milikku dan tidak ada yang bisa merebutnya dari ku. Tadi pagi apa yang kamu lakukan saat berduaan dengannya? Bentak Diana.
Aku hanya diam mematung dengan ucapannya barusan. Itu membuatku sangat ingin tertawa terbahak-bahak sungguh. Apa yang dikatakannya? Mas dimas miliknya? Dia seperti tidak memikirkan apa yang diucapkannya. Kalau benar dimas miliknya, lalu bagaimana dia bisa begitu percaya diri berkata seperti. Tidakkah dia tahu semua yang kita punya di dunia ini hanya bersifat sementara. Bahkan, nyawa kita sekalipun bisa diambil begitu saja sesuai yang diinginkan. Huh menyebalkan sekali. Aku yang minim pengetahuan dari segi apapun bisa tahu sedangkan dia yang katanya beda kelas denganku tidak mengetahuinya atau pura-pura bodoh. Menyebalkan sekali.
" Maaf mba . Saya tidak pernah melakukan apa-apa. Tapi, mas dimas sendiri lah yang selalu mengajakku ngobrol dan membuat pekerjaanku banyak yang tidak selesai" jelasku
" Alah diam kamu! Untuk apa kamu menggoda dimas? Asalkan kamu tahu saja, sudah lama saya mengincarnya. Sampai saya lihat kamu menggoda dia lagi, bisa habis kamu" ucap diana.
" Baiklah. Saya ikut kemauan mba. Tapi, asal mba tahu saja saya tidak pernah menggoda siapa pun dan saya ingin bertanya pada mba diana, bagaimana kalau semua tuduhan yang mba pikirkan tentang saya tidak benar? Terus bagaimana kalau memang mas dimas sendiri lah yang selalu ingin mendekati saya dan kenapa mba selama ini marah hanya pada saya dan mas dimas yang mba bilang milik mba itu, sekalipun tidak pernah bertanya padanya" tanya Zahra heran.
Di hari pertama kerja, semua orang terlihat begitu ramah dan baik padaku. Apa yang tidak ku pahami mereka siap untuk mengajariku. Berbeda sekali dengan sikap mba diana suka marah-marah ketika berdekatan denganku . Apa lagi ada yang berusaha mencoba untuk mendekatiku. Sebenarnya apa yang membuatnya begitu sangat membenciku.
" Ha ha ha ha. Zahra.. Zahra dari ucapanmu barusan, secara tidak langsung kamu mengatakan kalau selama ini Dimas yang mengejarmu begitu kah? Sadarlah sebelum kamu bertindak semakin jauh. Seorang dimas, tidak mungkin menyukaimu yang kelas rendahan. Menurutmu apakah selera mas Dimas serendah itu ? Tentunya tidak kan? Minimal ya pastinya sepertiku yang serba ada. Bukan seperti dirimu yang miskin. Bahkan, untuk makan pun selalu berkira" ucap Diana angkuh.
Selama ini, aku selalu bisa agar tetap bersabar. Tapi, kali ini perkataannya menyakitiku sampai ke ulu hati. Aku tidak pernah menyombongkan diri bahwa akulah yang paling hebat dalam hal apa pun . Aku cukup tahu diri dari mana aku berasal. Tapi, mengapa orang selalu memandangku sangat rendah. Ini sudah kesekian kalinya aku dihina sebab orang yang tidak punya apa-apa. Mas Dimas, dialah yang selalu menyebabkan orang-orang membenciku dan tidak sudi melihatku. Padahal aku tidak pernah melakukan apa-apa.bahkan, aku juga tidak tidak memiliki hubungan apa pun dengannya. Tapi, mengapa banyak orang memandangku dengan sinis setiap berdekatan dengannya. Aku tidak pernah melakukan hal yang dilarang agama. Entah kenapa banyak orang yang selalu memandangku
Seolah-olah apa yang kulakukan sangat menjijikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments