Pria Tua

Zack menyodorkan bingkisan tersebut pada Ainsley. Selagi menunggu Ainsley berganti, Zack menyiapkan makanan hangat berisi sayur-sayuran seperti yang disarankan Robin tadi. Kemudian menghidangkannya ke hadapan Ainsley.

Zack bermaksud untuk menyuapi, namun Ainsley menolak dan memilih untuk menyuapi diri sendiri. Zack menatap setiap suapan yang masuk ke dalam mulut itu dengan seksama. Tidak berniat pergi dari sana sampai sarapan tersebut benar-benar habis.

"Apa kau akan terus duduk di sini?" merasa tidak nyaman.

"Kenapa? Apa kau berharap aku tidur di sampingmu?"

"A-apa maksudmu?!" memalingkan wajah yang tampak merona merah itu.

"Siapa pria yang dekat denganmu? Apa dia yang membuatmu memikirkan hal yang seperti itu?"

"Bukankah wajar aku berpikir demikian jika situasinya begini?" sangat kesal karena sudah disalahpahami.

Zack bangkit dari duduknya, lalu berkata, "Baiklah. Aku tidak akan mencampuri urusan pribadimu. Satu hal lagi sebelum aku pergi, jangan panggil aku pria tua. Akan jadi masalah nantinya jika ada yang tau kita sudah menikah."

"Lalu? Aku harus memanggilmu bagaimana?"

"Zack." keluar dari kamar.

Selama Ainsley tidak hadir kuliah, Juni lah yang membantu Ainsley. Dari memotret buku catatan, meminta izin, mempersiapkan kebutuhan ujian agar dirinya bisa mengikuti ujian. Semua itu Juni yang mengurusnya. Untuk jadwal ujian hari ini pun Juni yang mengingatkannya.

"Pria tua, aku berangkat kuliah dulu." keluar dari kamar dan berjalan terburu-buru.

"Kau pergi di saat aku mengambil libur untukmu? Bukankah itu sedikit keterlaluan?" mengecilkan suara televisi.

"Aku ada ujian hari ini." selesai memasang sepatu.

Walaupun kesal karena Ainsley membuat dirinya membuang-buang waktu untuk hari ini, namun pada akhirnya Zack membiarkan Ainsley pergi. Alasan yang diberikan oleh Ainsley pun memang tidak bisa dibantah olehnya, tidak mungkin Zack melarangnya mengikuti ujian.

***

Ujian akhir sedang berlangsung. Wajah-wajah gugup menghiasi suasana sekolah yang tampak sunyi itu. Semua mahasiswa begitu serius menatap lembar soal di hadapan mereka masing-masing. Tidak terkecuali Ainsley dan Juni. Kening mereka mengerut menjawab setiap soal.

"Waktunya sudah habis. Kalian boleh meninggalkan ruangan." ujar dosen mulai mengumpulkan kertas ujian.

Baru keluar ruangan, Juni melompat memeluk Ainsley. Juni mulai cerewet menanyakan keaadaan serta bagaimana ujian yang dilalui oleh Ainsley. Jauh seperti dugaannya, Ainsley menjawab dengan enteng dan tampang yang bahagia. Juni berpikir tidak mungkin ada orang yang baru saja keluar dari rumah sakit, ditambah langsung menghadapi ujian akan memasang ekspresi seperti itu. Juni curiga jika sesuatu yang tidak diketahui sedang terjadi di belakangnya.

"Sepertinya perasaanmu sedang bagus hari ini. Kau sudah jatuh cinta sama pria tuamu itu?" menggelitik Ainsley.

"Mana mungkin! Itu karena kau menggelitikiku, makanya aku tertawa." sanggahnya.

"Aku cuma bercanda!"

Kecurigaan Juni semakin besar, karena kini wajah Ainsley merona merah. Juni semakin yakin jika asumsinya benar bahwa sesuatu memang benar-benar terjadi di belakangnya dan itu menyangkut Zack.

"Juni, apa kau akan pergi bekerja hari ini?"

Pertanyaan itu membuyarkan lamunan. Juni mengingat kembali apa saja jadwalnya hari ini dan melirik jam tangan. Sudah saatnya Juni berganti sif dengan teman kerjanya.

"Ah, aku lupa kalau mengambil sif malam karena ujian hari ini dilaksanakan siang hari. Aku harus pergi sekarang sebelum terlambat." berdiri.

"Aku akan ikut bersamamu." ikut berdiri.

"Kau yakin? Sekarang sudah sore. Kau akan pulang malam nantinya."

Ainsley hampir melupakan kenyataan bahwa dirinya harus pulang sebelum jam 8 malam, namun Ainsley harus meminta maaf pada Lexa atas kejadian kemarin. Ulang tahun Lexa jadi berantakan gara-gara dirinya.

"Aku akan menyelesaikan urusanku dengan Lexa secepat mungkin." membulatkan tekad.

***

Lewis mengumpulkan seluruh pegawai dan mengumumkan informasi penting untuk kemajuan bisnisnya. Restoran yang berdiri tegak selama ini akan memiliki cabang baru di kota lain. Lewis menunjuk manajer restorannya yang sekarang sebagai manajer di restoran cabang tersebut. Oleh karena itu Lewis akan menunjuk seseorang yang lain untuk menggantikan posisi yang kosong.

"Saya memutuskan untuk menunjuk Lexa menjadi manajer baru restoran ini. Saya harap kalian bisa bekerja sama dengan manajer baru kita."

Suasana menjadi ribut seketika. Mereka berbisik-bisik mengomentari keputusan Lewis yang menunjuk Lexa sebagai manajer restoran. Seperti yang pendapat mereka selama ini, Lexa adalah orang yang harus dijauhi. Mereka berpikir akan jadi apa restoran nantinya jika Lexa yang memimpin.

Klang..

Semua mata mengarah pada Juni yang baru saja muncul. Seseorang yang lain menarik perhatian Lewis. Di luar restoran berdiri Ainsley sambil menatap ke arahnya. Lantas Lewis memalingkan pandangan ke arah lain.

"Semangat untuk pekerjaan kalian hari ini!!" mengepal tangan dan mengangkatnya ke atas seperti sedang menyemangati.

Lewis meninggalkan jajaran pegawai dan menghampiri pintu masuk. Di sana Lewis membalikkan tanda tutup menjadi buka, lalu beranjak ke dapur tanpa menghiraukan Ainsley, seolah sedang tidak melihat apa-apa di luar sana.

Menuju dapur Lewis tidak sengaja melihat Lexa dan Juni berbicara. Lewis memperhatikan Lexa yang tidak memasang tampang ramah. Tidak ingin pelanggannya kabur, Lewis pun menyoraki nama Lexa.

Juni dan Lexa melihat ke arah suara itu. Di sana Lewis mengangkat kedua ujung bibir dibantu oleh kedua jari telunjuk, sehingga terlihat jika Lewis sedang tersenyum. Sikap Lewis seakan menyuruh Lexa untuk mengikuti.

Baru lah Lexa tersenyum pada Juni. Setelah itu tampak Juni menunjuk ke arah luar, di mana Ainsley berada sekarang. Lewis langsung mengalihkan pikiran pada hal lain. Lewis memanaskan wajan dan mulai membuat pesanan makanan yang masih belum dibuat oleh koki restorannya.

"Bisakah kalian katakan padaku apa yang terjadi?" menggali informasi mengenai kehebohan di restoran.

"Kau datang terlambat, Juni. Manajer kita dipindahkan ke cabang lain dan berita besarnya adalah Lexa yang menggantikan posisi itu."

Namun konsentrasi Lewis kembali buyar. Beberapa pegawai tengah berkumpul menciptakan kegaduhan lain. Lewis beberapa kali mendapatkan laporan tentang mereka. Pegawai yang sering bergosip di restorannya.

"Juni, tolong panggilkan Lexa. Dia tidak boleh lalai dengan jabatan barunya."

"Ah, baiklah!" langsung melaksanakan perintah.

Secara tidak langsung perintah itu menjadi perintah pula bagi para pegawai yang suka bergosip. Mereka langsung bubar setelah itu dan kembali pada pekerjaan mereka masing-masing.

Lewis menata makanan di piring dan memencet bel pertanda makanan siap disajikan. Segera setelah itu melepaskan apron dan keluar dari dapur. Konsentrasinya semakin buyar memikirkan sesuatu yang selalu mengusiknya sedaritadi.

***

"Kenapa tidak masuk?" wajah datar.

"A.. Itu.. Aku minta maaf." menunduk.

"Hey! Kau tidak perlu melakukan itu!" melihat ke sekeliling tidak ingin ada yang memperhatikan mereka.

"Aku telah mengacaukan ulang tahunmu dan terima kasih telah mengembalikan name tagku."

"Jadi kau masih memikirkannya?" tertawa.

"Aku hanya merasa tidak melakukannya dengan baik. Aku selalu kabur setiap kali bertemu denganmu. Seharusnya aku tidak bersikap seperti itu." terbata-bata.

"Sudahlah. Tidak apa-apa." memukul bahu Ainsley sambil tertawa.

Di tengah pembicaraan Juni muncul dan dengan sebutan manajer memanggil Lexa untuk segera kembali bekerja atas perintah yang sudah Lewis berikan.

Mendengar panggilan itu membuat Lexa mendengus kesal lantaran tidak nyaman. Lexa menepuk bahu Ainsley sekali lagi sebagai tanda menyudahi perbincangan mereka.

"Lexa baru saja diangkat menjadi manajer restoran dan manajer lama dipindahkan ke cabang lain."

Satu persatu pelanggan masuk ke restoran menambah keramaian. Suara ribut menambah keramaian itu. Dari luar semua pegawai tampak sibuk melayani pelanggan yang datang. Situasi itu mengharuskan Juni untuk segera bekerja.

"Maafkan aku, Ley. Aku tidak bisa menemanimu."

Ainsley mengangguk setuju pada Juni, mengerti jika restoran saat ini begitu sibuk dan Ainsley tidak ingin mengganggu pekerjaan Juni. Belum sempat membalikkan badan Lewis muncul menggantikan Juni.

"Hah.. Ternyata memang benar. Aku tidak bisa mengabaikanmu. Apa kau punya waktu? Aku ingin mengajakmu jalan-jalan sebentar."

Mereka mengitari rumah yang ada di sekitar restoran. Masuk dari satu rumah ke rumah yang lain. Mencari tempat yang cocok untuk ditinggali dengan bantuan Ainsley yang memilihkannya untuk Lewis.

"Hosh.. Hosh.."

"Aku rasa perjalanan kita tidak sejauh itu."

"Apa maksudmu?! Kita baru saja menaiki tangga yang begitu panjang." mengap-mengap.

"Aku akan pindah ke lingkungan ini. Aku yakin seleramu sangat bagus, jadi aku ingin kau yang memilihkan tempat tinggal baru untukku."

Ainsley bertahan dengan kakinya yang gemetar. Ainsley berdiri setelah napasnya menjadi sedikit teratur dan melanjutkan langkah kembali, tetapi Ainsley kehilangan seimbangan. Lewis yang menyadari itu segera menangkap tubuh Ainsley agar tidak terjatuh.

"Aku tidak tau jika kau sangat cantik jika ditatap dari dekat."

Ainsley segera menjauhkan dirinya dari Lewis dan merapikan pakaian untuk mengalihkan kegugupan. Tangan dan kakinya kedinginan karena udara malam yang dingin, namun wajahnya terasa sangat panas.

"A-aku pikir di restoran tadi kau menghindariku." mengalihkan pembicaraan.

"Wah, aku ketahuan. Memang benar, tetapi aku tidak bisa menghindarimu."

"Kenapa menghindariku? Apa aku berbuat salah padamu?" menoleh pada Lewis.

"Kau tidak salah apa-apa. Hanya saja kau sudah menikah." menatap Ainsley begitu lama.

"Kau menghindariku karena aku sudah menikah? Kau lucu sekali, Lewis." terbahak.

"Karena aku menyukaimu."

Ainsley berhenti tertawa dan menatap Lewis yang sepertinya bersungguh-sungguh dengan apa yang dikatakan. Tidak pernah terbayangkan olehnya Lewis menyukai dirinya. Selama ini Ainsley berpikir sikap Lewis, bahkan panggilan yang diberikan padanya hanyalah sebuah candaan semata.

"Lewis.. Aku.." bingung harus merespon bagaimana.

"Kau tidak perlu memikirkan ucapanku. Aku akan mengurusnya sendiri. Dan kau harus ingat untuk jangan memasang tampang menyedihkan di depan restoran seperti tadi. Aku tidak menyukainya."

Lewis yang menyatakan perasaannya tidak memiliki keberanian menatap Ainsley. Sudah tau bahwa dirinya tidak akan diterima, namun tetap melakukan hal bodoh itu. Bagi Lewis yang baru saja putus cinta, tentunya merasa buruk setelah itu.

Seumur hidup baru kali ini ada orang yang menyatakan perasaannya pada Ainsley. Wajar saja jika Ainsley tidak tau bagaimana harus bersikap. Terlebih Ainsley masih belum mengenal Lewis dengan baik. Bahkan Ainsley tidak tau seperti apa rasanya cinta, karena yang dirasakannya selama ini adalah cinta dari keluarga yang mengadopsinya.

Alhasil suasana berubah canggung saat Lewis mengantarkan Ainsley pulang. Mereka tidak berbicara sepatah kata pun. Hanya tenggelam dengan perasaan dan pikiran masing-masing.

Gawat! Dia melupakan jam pulangnya.

Sesampainya di depan Casa Felise, Ainsley segera berlari setelah Lewis pergi. Perjalanannya menuju apartemen diselimuti kekhawatiran. Ainsley tidak bisa membayangkan bagaimana marahnya Zack karena keterlambatannya.

Baru saja melangkah masuk, Zack sudah menyambut kepulangannya. Prediksi Ainsley tepat pada sasaran. Zack terlihat sangat marah. Tatapan tajam juga melayang padanya.

"Kau terlambat pulang lagi hari ini. Sudah yang kedua kalinya."

"Tadi ada hal penting yang harus aku kerjakan."

"Kau tau tidak?! Jika statusmu terbongkar akan jadi rumit untukku."

"Ya, pria tua. Aku tidak akan mengulanginya lagi." menunduk.

Zack mengernyitkan alis. Setiap kali Ainsley memanggilnya dengan sebutan pria tua, membuat Zack merasa sangat jengkel. Bahkan setelah diperingati, nama itu masih tidak hilang dari telinga. Umurnya tidak terlalu tua untuk mendapatkan gelar itu. Tentu saja Zack tidak menerimanya dengan ikhlas.

"Ya, Zack!"

Ainsley mengangkat kepala. Kemarahan Zack sudah berubah menjadi kekesalan. Raut wajah anak kecil itu membuat Ainsley ingin sekali untuk menggodanya.

"Ya, pria tua."

"Zack!"

"Pria tua."

"Lagi-lagi.. tadi pagi kau juga memanggilku begitu!" mendengus kesal.

Malam itu Ainsley menyadari satu hal. Ainsley ingin sekali mengatakan bahwa dirinya tidak ingin berada dalam situasi sulit lagi. Perasaannya yang masih tidak karuan, apakah perkataan Juni benar bahwa dirinya menyukai Zack. Kenyataan bahwa jantungnya akhir-akhir ini berdegup kencang saat berhadapan dengan Zack.

Ainsley tidak ingin merasakan perasaan itu karena jika benar Ainsley menyukai Zack, dirinya tidak tau bagaimana menghadapi nisan Emily. Pada dasarnya mereka memang tidak pernah bisa bersatu. Pernikahan hanyalah ikatan untuk melindunginya. Bisa saja posisinya sebagai seorang istri tersingkirkan oleh wanita yang akan menggantikan Emily kelak.

"Lebih baik seperti itu. Aku memanggilmu pria tua." tersenyum kecut.

"Apa alasanmu tidak bisa memanggil namaku?"

"Itu akan jadi dinding pemisah di antara kita." berjalan ke arah kamar.

"Di-dinding pemisah? Untuk apa?" kebingungan.

"Hoaam.. Aku akan tidur lebih awal." meregangkan tangan.

"Kau mengubah topik pembicaraan?" mengikuti Ainsley.

Ainsley hanya diam saja dan semakin mempercepat langkah kakinya. Setelah sampai di kamar, secepat kilat Ainsley mengunci pintu. Untuk saat ini Ainsley tidak ingin melihat wajah Zack dalam keadaan perasaannya yang tidak karuan seperti sekarang.

Tepat di depan wajah pintu tertutup rapat. Zack mendengus kesal memandangi tingkah laku Ainsley yang semakin lama semakin membuatnya jengkel. Bergegas Zack menuju kamar dan mengambil ponsel, mencari kontak Ainsley yang disimpan dengan nama anak kecil.

Zack mengirim sebuah pesan pada Ainsley, yang isinya jika Ainsley tidak memanggil namanya, maka dirinya juga tidak akan memanggil nama Ainsley. Soal perkara nama juga akan berhenti ketika Ainsley memanggil namanya.

"Dia pasti sangat kesal karena aku tidak akan memanggil namanya. Jelas saja karena dia adalah seorang anak kecil." tertawa sendiri.

Sekali lagi Zack mengirimkan pesan pada Ainsley. Kali ini bukan soal nama, melainkan mengingatkan Ainsley agar lain kali untuk tidak pulang terlambat lagi.

Terpopuler

Comments

Jeni Safitri

Jeni Safitri

Hai anak kecil.. Hai.. Pak tua.. 🤭

2021-04-02

1

ANI dfa W⃠🍓ˢˢᶜ🌴

ANI dfa W⃠🍓ˢˢᶜ🌴

🤣🤣🤣 kayak abg 🤭🤭🤭

2020-11-30

1

Sondangcesilia Siregar

Sondangcesilia Siregar

🤣🤣🤣🤣🤣

2020-11-14

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1: Selimut Kesedihan
2 Episode 2: Membenahi Kehidupan
3 Episode 3: Duplikat Hati
4 Episode 4: Kenangan Lama
5 Episode 5: Kebahagiaan Emily
6 Episode 6: Teman Baru
7 Rahasia Tersembunyi
8 Menolak Takdir
9 Pertemuan Duka
10 Kabar Buruk
11 Berteman Sepi
12 Gaun Pernikahan
13 Angin Lewat
14 Pria Bule
15 Episode 15: Salah Makan
16 Seorang Pencuri
17 Berita Penting
18 Terpaksa Berbohong
19 Situasi Rumit
20 Pria Tua
21 Bisnis Perjodohan
22 Terlambat Pulang
23 Khalayak Ramai
24 Melewati Bersama
25 Memastikan Hati
26 Melindungi Harapan
27 Pemandangan Langka
28 Cangkang Siput
29 Hadiah Penyesalan
30 Mencuri Start
31 Sebuah Kesalahan
32 Menahan Diri
33 Bintang Kecil
34 Menggoda Kekasih
35 Mengulur Waktu
36 Kartu Nama
37 Wanita Lain
38 Secarik Kertas
39 Tolong Aku!
40 Bunga Tulip
41 Efek Lampau
42 Rasa Bersalah
43 Obat Penawar
44 Salah Paham
45 Penderitaan Robin
46 Strategi Penjualan
47 Menanti Pertemuan
48 Mengingkari Janji
49 Takut Kecoak
50 Bersembunyi
51 Pesta Kecil
52 Ancaman Kepemilikan
53 Dansa
54 Kecemburuan
55 Jadwal Egois
56 Mogok Makan
57 Salmon Sushi
58 Cookies
59 Bertemu Juni
60 Dunia Baru
61 Menarik Perhatian
62 Kejutan
63 Episode 63: Pengacau
64 Episode 64: Keburaman
65 Buta
66 Episode 66: Karma
67 Kambuh
68 Syarat
69 Lepas
70 Kehilangan Arah
71 Pulang
72 Mi
73 Tamu Pertama
74 Posisi
75 Terancam
76 Diculik Ibu Tiri
77 Siapa Catrin?
78 Episode 78: Mengasuh Eilaria
79 Kesalahan Aaron
80 Kepergian Jeslyn
81 Terlambat Sadar
82 Menjadi Parasit
83 Perkara Ponsel
84 Menyelamatkan Catrin
85 Kesiaan Rindu
86 Mengasihani Diri
87 Rencana Lidya
88 Berpura-pura Bahagia
89 Jalan Keluar
90 Perseteruan Lama
91 Memulai Kembali
92 Penyamaran Ke-2
93 Tanpa Rencana
94 Benang Merah
95 Tamu Lain
96 Orang Kaya
97 Selamat Tidur
98 Episode 98: Wali Terhormat
99 Tuan & Nona
100 Lelucon Daun
101 Kepala Keluarga
102 Sandaran Bahu
103 Berbagi Hati
104 Seorang Kakak
105 Meminjam Nama
106 Tanpa Jejak
107 Gudang Kosong
108 Pakaian Sempit
109 Satu Atap
110 Dalang Kegelisahan
111 Ingin Pulang
112 Rumah Lama
113 Pasangan Favorit
114 Pil Pelukan
115 Menebak Kalimat
116 Detik Berharga
117 Provokator Asmara
118 Melenyapkan Egois
119 Bahu Sandaran
120 Jiwa Jomlo
121 Bulan Penumbra
122 Penjara Abadi
123 Pengalihan Tahta
124 Nenek
125 Terima Kasih
126 Penting!
127 Episode 1: Meminta Saran
128 Episode 2: Berdamai
129 Episode 3: Kencan Buta
130 Episode 4: Kacamata Hitam
131 Episode 5: Tempat Semula
132 Episode 6: Sekretaris Pribadi
133 Episode 7: Pertemuan Rahasia
134 Episode 8: Membangunkan Gavin
135 Episode 9: Menjalin Waktu
136 Episode 10: Pekerjaan Alea
137 Episode 11: Lembur
138 Episode 12: Larut Malam
139 Episode 13: Tanda Bahaya
140 Episode 14: Kehilangan Pegawai
141 Episode 15: Bertamu
142 Episode 16: Dilema
143 Episode 17: Sebuah Tamparan
144 Episode 18: Terikat Berita
145 Episode 19: Ingin Berkunjung
146 Episode 20: Kebohongan Besar
147 Episode 21: Menyatakan Perasaan
148 Episode 22: Merangkak pada Cahaya
149 Episode 23: Nyctophobia
150 Episode 24: Penolakan Keras
151 Episode 25: Genggaman Tangan
152 Episode 26: Liburan
153 Episode 27: Kemarahan Ainsley
154 Episode 28: Tempat Tidur
155 Episode 29: Mencari Nayra
156 Episode 30: Pengharapan
157 Episode 31: Menceburkan Diri
158 Episode 32: Wanita Aneh
159 Episode 33: Salah Kira
160 Episode 34: Hamil
161 Episode 35: Makan Siang Keluarga
162 Episode 36: Pertemuan Kembali
163 Episode 37: Mengembalikan Ponsel
164 Episode 38: Flashback
165 Episode 39: Kata Maaf untuk Henry
166 Episode 40: Berusaha Bangkit
167 Episode 41: Hubungan Khusus
168 Episode 42: Kemustahilan
169 Episode 43: Satu Persen
170 Episode 44: Kiriman Bunga
171 Episode 45: Kebetulan atau Takdir
172 Episode 46: Terperangkap Hujan
173 Episode 47: Hak Milik
174 Episode 48: Api Kecemburuan
175 Episode 49: Keputusan Willy
176 Episode 50: Keinginan Nayra
177 Episode 51: Obsesi
178 Episode 52: Rumah Nayra
179 Episode 53: Pengaruh Alkohol
180 Episode 54: Penggemar Fanatik
181 Episode 55: Melamar
182 Episode 56: Persiapan Pernikahan
183 Episode 57: Pernikahan
184 Episode 58: Dua Pilihan
185 Episode 59: Waktu Berdua
186 Episode Khusus: Happy Anniversary
187 Episode Khusus: Happy Anniversary 2
188 Episode Khusus: Happy Anniversary 3 (End)
189 Dear Pembaca
Episodes

Updated 189 Episodes

1
Episode 1: Selimut Kesedihan
2
Episode 2: Membenahi Kehidupan
3
Episode 3: Duplikat Hati
4
Episode 4: Kenangan Lama
5
Episode 5: Kebahagiaan Emily
6
Episode 6: Teman Baru
7
Rahasia Tersembunyi
8
Menolak Takdir
9
Pertemuan Duka
10
Kabar Buruk
11
Berteman Sepi
12
Gaun Pernikahan
13
Angin Lewat
14
Pria Bule
15
Episode 15: Salah Makan
16
Seorang Pencuri
17
Berita Penting
18
Terpaksa Berbohong
19
Situasi Rumit
20
Pria Tua
21
Bisnis Perjodohan
22
Terlambat Pulang
23
Khalayak Ramai
24
Melewati Bersama
25
Memastikan Hati
26
Melindungi Harapan
27
Pemandangan Langka
28
Cangkang Siput
29
Hadiah Penyesalan
30
Mencuri Start
31
Sebuah Kesalahan
32
Menahan Diri
33
Bintang Kecil
34
Menggoda Kekasih
35
Mengulur Waktu
36
Kartu Nama
37
Wanita Lain
38
Secarik Kertas
39
Tolong Aku!
40
Bunga Tulip
41
Efek Lampau
42
Rasa Bersalah
43
Obat Penawar
44
Salah Paham
45
Penderitaan Robin
46
Strategi Penjualan
47
Menanti Pertemuan
48
Mengingkari Janji
49
Takut Kecoak
50
Bersembunyi
51
Pesta Kecil
52
Ancaman Kepemilikan
53
Dansa
54
Kecemburuan
55
Jadwal Egois
56
Mogok Makan
57
Salmon Sushi
58
Cookies
59
Bertemu Juni
60
Dunia Baru
61
Menarik Perhatian
62
Kejutan
63
Episode 63: Pengacau
64
Episode 64: Keburaman
65
Buta
66
Episode 66: Karma
67
Kambuh
68
Syarat
69
Lepas
70
Kehilangan Arah
71
Pulang
72
Mi
73
Tamu Pertama
74
Posisi
75
Terancam
76
Diculik Ibu Tiri
77
Siapa Catrin?
78
Episode 78: Mengasuh Eilaria
79
Kesalahan Aaron
80
Kepergian Jeslyn
81
Terlambat Sadar
82
Menjadi Parasit
83
Perkara Ponsel
84
Menyelamatkan Catrin
85
Kesiaan Rindu
86
Mengasihani Diri
87
Rencana Lidya
88
Berpura-pura Bahagia
89
Jalan Keluar
90
Perseteruan Lama
91
Memulai Kembali
92
Penyamaran Ke-2
93
Tanpa Rencana
94
Benang Merah
95
Tamu Lain
96
Orang Kaya
97
Selamat Tidur
98
Episode 98: Wali Terhormat
99
Tuan & Nona
100
Lelucon Daun
101
Kepala Keluarga
102
Sandaran Bahu
103
Berbagi Hati
104
Seorang Kakak
105
Meminjam Nama
106
Tanpa Jejak
107
Gudang Kosong
108
Pakaian Sempit
109
Satu Atap
110
Dalang Kegelisahan
111
Ingin Pulang
112
Rumah Lama
113
Pasangan Favorit
114
Pil Pelukan
115
Menebak Kalimat
116
Detik Berharga
117
Provokator Asmara
118
Melenyapkan Egois
119
Bahu Sandaran
120
Jiwa Jomlo
121
Bulan Penumbra
122
Penjara Abadi
123
Pengalihan Tahta
124
Nenek
125
Terima Kasih
126
Penting!
127
Episode 1: Meminta Saran
128
Episode 2: Berdamai
129
Episode 3: Kencan Buta
130
Episode 4: Kacamata Hitam
131
Episode 5: Tempat Semula
132
Episode 6: Sekretaris Pribadi
133
Episode 7: Pertemuan Rahasia
134
Episode 8: Membangunkan Gavin
135
Episode 9: Menjalin Waktu
136
Episode 10: Pekerjaan Alea
137
Episode 11: Lembur
138
Episode 12: Larut Malam
139
Episode 13: Tanda Bahaya
140
Episode 14: Kehilangan Pegawai
141
Episode 15: Bertamu
142
Episode 16: Dilema
143
Episode 17: Sebuah Tamparan
144
Episode 18: Terikat Berita
145
Episode 19: Ingin Berkunjung
146
Episode 20: Kebohongan Besar
147
Episode 21: Menyatakan Perasaan
148
Episode 22: Merangkak pada Cahaya
149
Episode 23: Nyctophobia
150
Episode 24: Penolakan Keras
151
Episode 25: Genggaman Tangan
152
Episode 26: Liburan
153
Episode 27: Kemarahan Ainsley
154
Episode 28: Tempat Tidur
155
Episode 29: Mencari Nayra
156
Episode 30: Pengharapan
157
Episode 31: Menceburkan Diri
158
Episode 32: Wanita Aneh
159
Episode 33: Salah Kira
160
Episode 34: Hamil
161
Episode 35: Makan Siang Keluarga
162
Episode 36: Pertemuan Kembali
163
Episode 37: Mengembalikan Ponsel
164
Episode 38: Flashback
165
Episode 39: Kata Maaf untuk Henry
166
Episode 40: Berusaha Bangkit
167
Episode 41: Hubungan Khusus
168
Episode 42: Kemustahilan
169
Episode 43: Satu Persen
170
Episode 44: Kiriman Bunga
171
Episode 45: Kebetulan atau Takdir
172
Episode 46: Terperangkap Hujan
173
Episode 47: Hak Milik
174
Episode 48: Api Kecemburuan
175
Episode 49: Keputusan Willy
176
Episode 50: Keinginan Nayra
177
Episode 51: Obsesi
178
Episode 52: Rumah Nayra
179
Episode 53: Pengaruh Alkohol
180
Episode 54: Penggemar Fanatik
181
Episode 55: Melamar
182
Episode 56: Persiapan Pernikahan
183
Episode 57: Pernikahan
184
Episode 58: Dua Pilihan
185
Episode 59: Waktu Berdua
186
Episode Khusus: Happy Anniversary
187
Episode Khusus: Happy Anniversary 2
188
Episode Khusus: Happy Anniversary 3 (End)
189
Dear Pembaca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!