Zack menyodorkan bingkisan tersebut pada Ainsley. Selagi menunggu Ainsley berganti, Zack menyiapkan makanan hangat berisi sayur-sayuran seperti yang disarankan Robin tadi. Kemudian menghidangkannya ke hadapan Ainsley.
Zack bermaksud untuk menyuapi, namun Ainsley menolak dan memilih untuk menyuapi diri sendiri. Zack menatap setiap suapan yang masuk ke dalam mulut itu dengan seksama. Tidak berniat pergi dari sana sampai sarapan tersebut benar-benar habis.
"Apa kau akan terus duduk di sini?" merasa tidak nyaman.
"Kenapa? Apa kau berharap aku tidur di sampingmu?"
"A-apa maksudmu?!" memalingkan wajah yang tampak merona merah itu.
"Siapa pria yang dekat denganmu? Apa dia yang membuatmu memikirkan hal yang seperti itu?"
"Bukankah wajar aku berpikir demikian jika situasinya begini?" sangat kesal karena sudah disalahpahami.
Zack bangkit dari duduknya, lalu berkata, "Baiklah. Aku tidak akan mencampuri urusan pribadimu. Satu hal lagi sebelum aku pergi, jangan panggil aku pria tua. Akan jadi masalah nantinya jika ada yang tau kita sudah menikah."
"Lalu? Aku harus memanggilmu bagaimana?"
"Zack." keluar dari kamar.
Selama Ainsley tidak hadir kuliah, Juni lah yang membantu Ainsley. Dari memotret buku catatan, meminta izin, mempersiapkan kebutuhan ujian agar dirinya bisa mengikuti ujian. Semua itu Juni yang mengurusnya. Untuk jadwal ujian hari ini pun Juni yang mengingatkannya.
"Pria tua, aku berangkat kuliah dulu." keluar dari kamar dan berjalan terburu-buru.
"Kau pergi di saat aku mengambil libur untukmu? Bukankah itu sedikit keterlaluan?" mengecilkan suara televisi.
"Aku ada ujian hari ini." selesai memasang sepatu.
Walaupun kesal karena Ainsley membuat dirinya membuang-buang waktu untuk hari ini, namun pada akhirnya Zack membiarkan Ainsley pergi. Alasan yang diberikan oleh Ainsley pun memang tidak bisa dibantah olehnya, tidak mungkin Zack melarangnya mengikuti ujian.
***
Ujian akhir sedang berlangsung. Wajah-wajah gugup menghiasi suasana sekolah yang tampak sunyi itu. Semua mahasiswa begitu serius menatap lembar soal di hadapan mereka masing-masing. Tidak terkecuali Ainsley dan Juni. Kening mereka mengerut menjawab setiap soal.
"Waktunya sudah habis. Kalian boleh meninggalkan ruangan." ujar dosen mulai mengumpulkan kertas ujian.
Baru keluar ruangan, Juni melompat memeluk Ainsley. Juni mulai cerewet menanyakan keaadaan serta bagaimana ujian yang dilalui oleh Ainsley. Jauh seperti dugaannya, Ainsley menjawab dengan enteng dan tampang yang bahagia. Juni berpikir tidak mungkin ada orang yang baru saja keluar dari rumah sakit, ditambah langsung menghadapi ujian akan memasang ekspresi seperti itu. Juni curiga jika sesuatu yang tidak diketahui sedang terjadi di belakangnya.
"Sepertinya perasaanmu sedang bagus hari ini. Kau sudah jatuh cinta sama pria tuamu itu?" menggelitik Ainsley.
"Mana mungkin! Itu karena kau menggelitikiku, makanya aku tertawa." sanggahnya.
"Aku cuma bercanda!"
Kecurigaan Juni semakin besar, karena kini wajah Ainsley merona merah. Juni semakin yakin jika asumsinya benar bahwa sesuatu memang benar-benar terjadi di belakangnya dan itu menyangkut Zack.
"Juni, apa kau akan pergi bekerja hari ini?"
Pertanyaan itu membuyarkan lamunan. Juni mengingat kembali apa saja jadwalnya hari ini dan melirik jam tangan. Sudah saatnya Juni berganti sif dengan teman kerjanya.
"Ah, aku lupa kalau mengambil sif malam karena ujian hari ini dilaksanakan siang hari. Aku harus pergi sekarang sebelum terlambat." berdiri.
"Aku akan ikut bersamamu." ikut berdiri.
"Kau yakin? Sekarang sudah sore. Kau akan pulang malam nantinya."
Ainsley hampir melupakan kenyataan bahwa dirinya harus pulang sebelum jam 8 malam, namun Ainsley harus meminta maaf pada Lexa atas kejadian kemarin. Ulang tahun Lexa jadi berantakan gara-gara dirinya.
"Aku akan menyelesaikan urusanku dengan Lexa secepat mungkin." membulatkan tekad.
***
Lewis mengumpulkan seluruh pegawai dan mengumumkan informasi penting untuk kemajuan bisnisnya. Restoran yang berdiri tegak selama ini akan memiliki cabang baru di kota lain. Lewis menunjuk manajer restorannya yang sekarang sebagai manajer di restoran cabang tersebut. Oleh karena itu Lewis akan menunjuk seseorang yang lain untuk menggantikan posisi yang kosong.
"Saya memutuskan untuk menunjuk Lexa menjadi manajer baru restoran ini. Saya harap kalian bisa bekerja sama dengan manajer baru kita."
Suasana menjadi ribut seketika. Mereka berbisik-bisik mengomentari keputusan Lewis yang menunjuk Lexa sebagai manajer restoran. Seperti yang pendapat mereka selama ini, Lexa adalah orang yang harus dijauhi. Mereka berpikir akan jadi apa restoran nantinya jika Lexa yang memimpin.
Klang..
Semua mata mengarah pada Juni yang baru saja muncul. Seseorang yang lain menarik perhatian Lewis. Di luar restoran berdiri Ainsley sambil menatap ke arahnya. Lantas Lewis memalingkan pandangan ke arah lain.
"Semangat untuk pekerjaan kalian hari ini!!" mengepal tangan dan mengangkatnya ke atas seperti sedang menyemangati.
Lewis meninggalkan jajaran pegawai dan menghampiri pintu masuk. Di sana Lewis membalikkan tanda tutup menjadi buka, lalu beranjak ke dapur tanpa menghiraukan Ainsley, seolah sedang tidak melihat apa-apa di luar sana.
Menuju dapur Lewis tidak sengaja melihat Lexa dan Juni berbicara. Lewis memperhatikan Lexa yang tidak memasang tampang ramah. Tidak ingin pelanggannya kabur, Lewis pun menyoraki nama Lexa.
Juni dan Lexa melihat ke arah suara itu. Di sana Lewis mengangkat kedua ujung bibir dibantu oleh kedua jari telunjuk, sehingga terlihat jika Lewis sedang tersenyum. Sikap Lewis seakan menyuruh Lexa untuk mengikuti.
Baru lah Lexa tersenyum pada Juni. Setelah itu tampak Juni menunjuk ke arah luar, di mana Ainsley berada sekarang. Lewis langsung mengalihkan pikiran pada hal lain. Lewis memanaskan wajan dan mulai membuat pesanan makanan yang masih belum dibuat oleh koki restorannya.
"Bisakah kalian katakan padaku apa yang terjadi?" menggali informasi mengenai kehebohan di restoran.
"Kau datang terlambat, Juni. Manajer kita dipindahkan ke cabang lain dan berita besarnya adalah Lexa yang menggantikan posisi itu."
Namun konsentrasi Lewis kembali buyar. Beberapa pegawai tengah berkumpul menciptakan kegaduhan lain. Lewis beberapa kali mendapatkan laporan tentang mereka. Pegawai yang sering bergosip di restorannya.
"Juni, tolong panggilkan Lexa. Dia tidak boleh lalai dengan jabatan barunya."
"Ah, baiklah!" langsung melaksanakan perintah.
Secara tidak langsung perintah itu menjadi perintah pula bagi para pegawai yang suka bergosip. Mereka langsung bubar setelah itu dan kembali pada pekerjaan mereka masing-masing.
Lewis menata makanan di piring dan memencet bel pertanda makanan siap disajikan. Segera setelah itu melepaskan apron dan keluar dari dapur. Konsentrasinya semakin buyar memikirkan sesuatu yang selalu mengusiknya sedaritadi.
***
"Kenapa tidak masuk?" wajah datar.
"A.. Itu.. Aku minta maaf." menunduk.
"Hey! Kau tidak perlu melakukan itu!" melihat ke sekeliling tidak ingin ada yang memperhatikan mereka.
"Aku telah mengacaukan ulang tahunmu dan terima kasih telah mengembalikan name tagku."
"Jadi kau masih memikirkannya?" tertawa.
"Aku hanya merasa tidak melakukannya dengan baik. Aku selalu kabur setiap kali bertemu denganmu. Seharusnya aku tidak bersikap seperti itu." terbata-bata.
"Sudahlah. Tidak apa-apa." memukul bahu Ainsley sambil tertawa.
Di tengah pembicaraan Juni muncul dan dengan sebutan manajer memanggil Lexa untuk segera kembali bekerja atas perintah yang sudah Lewis berikan.
Mendengar panggilan itu membuat Lexa mendengus kesal lantaran tidak nyaman. Lexa menepuk bahu Ainsley sekali lagi sebagai tanda menyudahi perbincangan mereka.
"Lexa baru saja diangkat menjadi manajer restoran dan manajer lama dipindahkan ke cabang lain."
Satu persatu pelanggan masuk ke restoran menambah keramaian. Suara ribut menambah keramaian itu. Dari luar semua pegawai tampak sibuk melayani pelanggan yang datang. Situasi itu mengharuskan Juni untuk segera bekerja.
"Maafkan aku, Ley. Aku tidak bisa menemanimu."
Ainsley mengangguk setuju pada Juni, mengerti jika restoran saat ini begitu sibuk dan Ainsley tidak ingin mengganggu pekerjaan Juni. Belum sempat membalikkan badan Lewis muncul menggantikan Juni.
"Hah.. Ternyata memang benar. Aku tidak bisa mengabaikanmu. Apa kau punya waktu? Aku ingin mengajakmu jalan-jalan sebentar."
Mereka mengitari rumah yang ada di sekitar restoran. Masuk dari satu rumah ke rumah yang lain. Mencari tempat yang cocok untuk ditinggali dengan bantuan Ainsley yang memilihkannya untuk Lewis.
"Hosh.. Hosh.."
"Aku rasa perjalanan kita tidak sejauh itu."
"Apa maksudmu?! Kita baru saja menaiki tangga yang begitu panjang." mengap-mengap.
"Aku akan pindah ke lingkungan ini. Aku yakin seleramu sangat bagus, jadi aku ingin kau yang memilihkan tempat tinggal baru untukku."
Ainsley bertahan dengan kakinya yang gemetar. Ainsley berdiri setelah napasnya menjadi sedikit teratur dan melanjutkan langkah kembali, tetapi Ainsley kehilangan seimbangan. Lewis yang menyadari itu segera menangkap tubuh Ainsley agar tidak terjatuh.
"Aku tidak tau jika kau sangat cantik jika ditatap dari dekat."
Ainsley segera menjauhkan dirinya dari Lewis dan merapikan pakaian untuk mengalihkan kegugupan. Tangan dan kakinya kedinginan karena udara malam yang dingin, namun wajahnya terasa sangat panas.
"A-aku pikir di restoran tadi kau menghindariku." mengalihkan pembicaraan.
"Wah, aku ketahuan. Memang benar, tetapi aku tidak bisa menghindarimu."
"Kenapa menghindariku? Apa aku berbuat salah padamu?" menoleh pada Lewis.
"Kau tidak salah apa-apa. Hanya saja kau sudah menikah." menatap Ainsley begitu lama.
"Kau menghindariku karena aku sudah menikah? Kau lucu sekali, Lewis." terbahak.
"Karena aku menyukaimu."
Ainsley berhenti tertawa dan menatap Lewis yang sepertinya bersungguh-sungguh dengan apa yang dikatakan. Tidak pernah terbayangkan olehnya Lewis menyukai dirinya. Selama ini Ainsley berpikir sikap Lewis, bahkan panggilan yang diberikan padanya hanyalah sebuah candaan semata.
"Lewis.. Aku.." bingung harus merespon bagaimana.
"Kau tidak perlu memikirkan ucapanku. Aku akan mengurusnya sendiri. Dan kau harus ingat untuk jangan memasang tampang menyedihkan di depan restoran seperti tadi. Aku tidak menyukainya."
Lewis yang menyatakan perasaannya tidak memiliki keberanian menatap Ainsley. Sudah tau bahwa dirinya tidak akan diterima, namun tetap melakukan hal bodoh itu. Bagi Lewis yang baru saja putus cinta, tentunya merasa buruk setelah itu.
Seumur hidup baru kali ini ada orang yang menyatakan perasaannya pada Ainsley. Wajar saja jika Ainsley tidak tau bagaimana harus bersikap. Terlebih Ainsley masih belum mengenal Lewis dengan baik. Bahkan Ainsley tidak tau seperti apa rasanya cinta, karena yang dirasakannya selama ini adalah cinta dari keluarga yang mengadopsinya.
Alhasil suasana berubah canggung saat Lewis mengantarkan Ainsley pulang. Mereka tidak berbicara sepatah kata pun. Hanya tenggelam dengan perasaan dan pikiran masing-masing.
Gawat! Dia melupakan jam pulangnya.
Sesampainya di depan Casa Felise, Ainsley segera berlari setelah Lewis pergi. Perjalanannya menuju apartemen diselimuti kekhawatiran. Ainsley tidak bisa membayangkan bagaimana marahnya Zack karena keterlambatannya.
Baru saja melangkah masuk, Zack sudah menyambut kepulangannya. Prediksi Ainsley tepat pada sasaran. Zack terlihat sangat marah. Tatapan tajam juga melayang padanya.
"Kau terlambat pulang lagi hari ini. Sudah yang kedua kalinya."
"Tadi ada hal penting yang harus aku kerjakan."
"Kau tau tidak?! Jika statusmu terbongkar akan jadi rumit untukku."
"Ya, pria tua. Aku tidak akan mengulanginya lagi." menunduk.
Zack mengernyitkan alis. Setiap kali Ainsley memanggilnya dengan sebutan pria tua, membuat Zack merasa sangat jengkel. Bahkan setelah diperingati, nama itu masih tidak hilang dari telinga. Umurnya tidak terlalu tua untuk mendapatkan gelar itu. Tentu saja Zack tidak menerimanya dengan ikhlas.
"Ya, Zack!"
Ainsley mengangkat kepala. Kemarahan Zack sudah berubah menjadi kekesalan. Raut wajah anak kecil itu membuat Ainsley ingin sekali untuk menggodanya.
"Ya, pria tua."
"Zack!"
"Pria tua."
"Lagi-lagi.. tadi pagi kau juga memanggilku begitu!" mendengus kesal.
Malam itu Ainsley menyadari satu hal. Ainsley ingin sekali mengatakan bahwa dirinya tidak ingin berada dalam situasi sulit lagi. Perasaannya yang masih tidak karuan, apakah perkataan Juni benar bahwa dirinya menyukai Zack. Kenyataan bahwa jantungnya akhir-akhir ini berdegup kencang saat berhadapan dengan Zack.
Ainsley tidak ingin merasakan perasaan itu karena jika benar Ainsley menyukai Zack, dirinya tidak tau bagaimana menghadapi nisan Emily. Pada dasarnya mereka memang tidak pernah bisa bersatu. Pernikahan hanyalah ikatan untuk melindunginya. Bisa saja posisinya sebagai seorang istri tersingkirkan oleh wanita yang akan menggantikan Emily kelak.
"Lebih baik seperti itu. Aku memanggilmu pria tua." tersenyum kecut.
"Apa alasanmu tidak bisa memanggil namaku?"
"Itu akan jadi dinding pemisah di antara kita." berjalan ke arah kamar.
"Di-dinding pemisah? Untuk apa?" kebingungan.
"Hoaam.. Aku akan tidur lebih awal." meregangkan tangan.
"Kau mengubah topik pembicaraan?" mengikuti Ainsley.
Ainsley hanya diam saja dan semakin mempercepat langkah kakinya. Setelah sampai di kamar, secepat kilat Ainsley mengunci pintu. Untuk saat ini Ainsley tidak ingin melihat wajah Zack dalam keadaan perasaannya yang tidak karuan seperti sekarang.
Tepat di depan wajah pintu tertutup rapat. Zack mendengus kesal memandangi tingkah laku Ainsley yang semakin lama semakin membuatnya jengkel. Bergegas Zack menuju kamar dan mengambil ponsel, mencari kontak Ainsley yang disimpan dengan nama anak kecil.
Zack mengirim sebuah pesan pada Ainsley, yang isinya jika Ainsley tidak memanggil namanya, maka dirinya juga tidak akan memanggil nama Ainsley. Soal perkara nama juga akan berhenti ketika Ainsley memanggil namanya.
"Dia pasti sangat kesal karena aku tidak akan memanggil namanya. Jelas saja karena dia adalah seorang anak kecil." tertawa sendiri.
Sekali lagi Zack mengirimkan pesan pada Ainsley. Kali ini bukan soal nama, melainkan mengingatkan Ainsley agar lain kali untuk tidak pulang terlambat lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Jeni Safitri
Hai anak kecil.. Hai.. Pak tua.. 🤭
2021-04-02
1
ANI dfa W⃠🍓ˢˢᶜ🌴
🤣🤣🤣 kayak abg 🤭🤭🤭
2020-11-30
1
Sondangcesilia Siregar
🤣🤣🤣🤣🤣
2020-11-14
1