"Tuan! Dua orang wanita tidak dikenal datang mengganggu. Salah satunya mengaku bahwa dia adalah adiknya nyonya Emily." ujar seorang penjaga rumah.
Zack tidak menunjukkan ekspresi senang sama sekali. Walaupun apa yang dicarinya selama ini telah ditemukan. Kepergian Emily dan fakta mengenai wanita masa lalunya adalah adik dari istrinya sendiri sangatlah berat baginya. Bahkan untuk mencerna itu semua membutuhkan waktu.
Dari tangga Zack memandangi wanita yang beridentitas sebagai Ainsley. Perasaan hangat yang dulu dirasakan tidak ada lagi. Kini hanya ada kebencian di dalam hatinya. Zack benci ketika tidak lagi mencari, wanita itu datang ke hadapannya. Apalagi dalam kondisi buruk seperti saat sekarang.
Penjaga rumah bertanya tindakan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi keributan. Detik itu juga penjaga diperintahkan untuk mengurung Ainsley, sedangkan wanita satunya lagi harus diusir dari rumah. Sesuai perintah tuannya, Ainsley diseret ke sebuah kamar dan dikurung di sana. Ainsley tidak diizinkan meninggalkan rumah tersebut satu langkah pun.
Ainsley yang mendengar suara mobil ambulans segera melongok ke jendela. Dari atas tampak jasad Emily dibawa masuk ke dalam mobil. Ainsley berteriak meminta untuk dilepaskan, namun teriakannya tidak digubris. Semua yang ada di bawah hanya melihatnya dengan tatapan sinis.
Ainsley berpikir sejenak bagaimana caranya bebas. Ainsley tidak bisa keluar melewati jendela karena posisi jendela berhadapan dengan posko. Penjaga rumah hanya akan mengurungnya lagi jika niatnya ketahuan dan mungkin saja tingkat keamanan akan lebih ketat nantinya.
Matanya mengarah pada pintu yang terkunci itu, lalu Ainsley mencari benda apa saja yang bisa mencungkil pintu. Hingga waktu berlalu usahanya tidak membuahkan hasil. Ainsley benar-benar tidak bisa kemana-mana.
***
Zack duduk sambil menatap bisu ambulans di depan. Kehilangan Emily yang tidak pernah disangka bagaikan sebuah tamparan keras. Meskipun hanya menghabiskan waktu sebentar saja bersama Emily, namun Zack tidak bisa membohongi jika dirinya sangat kehilangan.
"Kau sudah lama mencarinya, tetapi saat menemukannya kenapa tidak terlihat senang?" tanya Alvin bingung.
"Heh, senang? Semuanya terjadi karena dia. Kalau dia tidak pergi dan datang tiba-tiba.."
Plak..
Alvin mencengkram kerah baju Zack setelah melayangkan tamparan. Perasaan bersalah sudah membuat Zack hilang kendali sampai akhirnya menyalahkan orang yang tidak ada kaitannya dengan kematian Emily. Untuk itu Alvin berusaha menyadarkan bahwa pemikiran yang seperti itu sangat salah.
"Tidakkah kau baca suratnya dengan teliti? Emily sangat menyayangi adiknya. Kalau tidak dia tidak akan menyuruhmu untuk menikah dengan adiknya."
"Kau sudah tidak waras?!" menyingkirkan tangan Alvin dengan paksa.
Zack terlalu fokus pada kesedihannya sehingga tidak memperhatikan semua kalimat yang ada di dalam surat. Masih bingung dengan kalimat Alvin, surat pun dibaca kembali. Zack berpikir tidak mungkin Emily melakukan hal itu pada suaminya sendiri.
"Turun dari mobilku sekarang juga!" menendang Alvin keluar bersama surat tersebut.
"Kau mengusirku?! Aku sudah membantumu dan ini balasan yang aku dapatkan?" tertawa merasa tidak percaya.
"Bawa surat itu pada ahli dokumen forensik sekarang juga!"
"Aku tidak mau." menolak tegas.
"Aku beri kau waktu dua jam dari sekarang. Kalau tidak kalian tidak akan menerima bayaran bulan ini." menutup pintu.
"Kenapa kau tidak memberikan pekerjaan ini pada James?!" meneriaki kakaknya yang pergi entah kemana.
Kesedihan mendalam menyelimuti suasana pemakaman. Sebelum dimakamkan, Zack mencium kening dan mengusap pipi Emily untuk yang terakhir kalinya. Setelah itu tangan Emily yang dingin digenggam erat olehnya. Zack tidak rela ditinggal pergi oleh Emily.
"Aku ingin melihatnya untuk sebentar lagi." pintanya.
"Nak, hentikan. Pemakaman harus segera dilaksanakan. Relakan istrimu pergi." Aaron merangkul dan melepaskan genggaman tangan Zack dari Emily.
"Bagaimana bisa aku merelakannya?"
"Ini adalah berita duka bagi kita semua. Kau harus tetap kuat."
Pada akhirnya Zack membiarkan mereka melaksanakan pemakaman. Zack mendapatkan begitu banyak ungkapan duka cita dari orang terdekatnya dan mereka menguatkan Zack dengan memeluk kesedihan itu.
"Zack, ayo pulang." ajak Vivienne.
"Aku akan pulang sendiri. Tidak perlu mengikutiku." pergi begitu saja.
Di dalam perjalanan pulang, Zack terbayang wajah Emily yang selalu dilihatnya ketika bangun. Kini Zack tidak bisa lagi melihat wajah itu setiap pagi. Walau tidak mungkin tetapi Zack masih berharap Emily kembali.
Tidak apa jika dia pergi tanpa sepengetahuan, tetapi seharusnya tidak sampai seperti ini.
Zack menghentikan mobil di tengah perjalanan. Dalam suasana sepi tanpa ada kendaraan yang melalui, Zack menangis meluapkan kesedihan dan menyesali perbuatannya yang pernah menyakiti Emily.
***
Berkali-kali Juni memanjat pagar, namun niatnya selalu ketahuan oleh penjaga. Juni begitu gelisah memandangi sekeliling rumah, mencari keberadaan Ainsley kini. Otaknya tidak berhenti memikirkan cara untuk menerobos pagar yang tinggi itu.
Cuaca mendung tadinya bertambah gelap. Suara petir bergemuruh dan sambaran kilat menyilaukan langit. Rintik hujan jatuh satu persatu membasahi pakaian. Juni tidak bisa meninggalkan temannya seorang diri dalam keadaan seperti sekarang. Lantas Juni meminta untuk dibukakan pintu agar tidak kehujanan.
"Lebih baik pulang saja. Jika ada keributan lagi, tuan Zack akan marah besar."
"Tuan Zack?" tercengang.
Juni yang tidak ingin terkena hujan lebih banyak lagi, akhirnya merengek untuk dibukakan pintu. Alhasil rengekan mengantarkannya pada tempat yang teduh. Juni diizinkan untuk berlindung di posko dengan syarat tidak boleh membuat masalah.
"Pemilik rumah ini adalah Zack Hughes?"
"Benar."
"Itu berarti dia suaminya Emily?"
"Benar."
"Dengan kata lain dia adalah kakak iparnya Ainsley?"
"Benar. Haish.. Anda sangat cerewet."
"Satu pertanyaan lagi. Apa teman saya akan baik-baik saja?"
"Saya harap dia tidak membuat suasana hati tuan menjadi kacau."
"Kalau begitu apa penyebab kematian Emily sebenarnya?"
Tin tin..
Sebuah mobil berwarna hitam menunggu di luar. Sambil mengomel sendiri karena tingkah cerewet Juni, penjaga rumah bergegas membuka gerbang. Di saat gerbang sudah terbuka lebar, mobil tersebut melaju ke pekarangan dan berhenti di depan pintu rumah.
Penjaga tadi bergegas mengambil payung di posko, lalu berlari ke arah mobil tadi. Penjaga memayungi Zack sampai hujan tidak lagi membasahi pakaian tuannya. Setelah selesai dengan tugasnya, penjaga itu kembali lagi ke posko.
Zack menunggu Alvin datang menyelesaikan tugas yang diberikan. 2 jam telah berlalu sejak perintah dilontarkan. Alvin terlambat beberapa menit, mengap-mengap setelah berlari dokumen yang dibawa pun disodorkan padanya.
Zack hanya meraih surat Emily yang Alvin sodorkan. Kemudian berlalu pergi membawa surat itu tanpa berniat melihat hasil pemeriksaan terlebih dahulu, karena Zack masih yakin bahwa maksud surat yang Emily tulis bukanlah pernikahan.
Zack masuk ke dalam kamar di mana Ainsley dikurung. Dari cahaya yang masuk melalui pintu, tampak seorang wanita tergeletak di lantai. Wajah yang selama ini dirindukan bisa dilihat jelas olehnya. Anak kecil yang selalu berlarian di kepalanya sudah tumbuh menjadi seorang wanita dewasa.
Perlahan pintu ditutup tidak lagi menampakkan wajah Ainsley. Kini yang tersisa hanyalah kamar yang penuh kegelapan. Zack berhenti ketika jaraknya dengan Ainsley hanya terpaut 2 jengkal saja. Zack menatap Ainsley yang ada di bawah sana.
Zack masih tetap menganggap bahwa Ainsley adalah sumber dari segala masalah. Zack tidak akan menikah jika Ainsley tidak pergi. Emily juga tidak akan mengalami kejadian buruk jika Ainsley datang lebih awal.
Zack memalingkan muka dan melewatinya begitu saja tanpa ada niat untuk membaringkan Ainsley ke tempat yang lebih baik. Zack meletakkan surat di atas meja dan beralih mendekati jendela. Di sana Zack menunggu Ainsley terbangun dengan sendirinya.
Ainsley dibangunkan oleh suara petir yang menyambar. Saat terbangun Ainsley kebingungan kenapa dirinya bisa terbaring di lantai. Kepalanya juga berdenyut sakit. Ainsley berusaha berdiri melawan tubuhnya yang tidak memiliki cukup tenaga.
Ketika sudah berdiri matanya tidak sengaja menatap ke arah jendela. Samar terlihat seseorang sedang berdiri di sana. Kilatan petir yang menerangi sebentar semakin meyakinkan Ainsley bahwa dirinya tidak sedang berhalusinasi. Seorang pria memang berdiri di dekat jendela.
Mengetahui sebuah bayangan lain bergerak, Zack beranggapan jika Ainsley sudah bangun. Tanpa membalikkan badan, Zack menyuruh Ainsley agar segera pergi bersama surat yang sudah diletakkannya di atas meja.
Ainsley memutar badannya untuk pergi, namun suara yang pernah didengarnya terus mengusik pikiran. Ainsley berusaha mengingat siapa pemilik suara tersebut. Sangat mirip dengan suara pria yang mengangkat teleponnya pada malam itu.
Pria yang sangat mencurigakan adalah tuduhannya pada suami Emily. Lantas Ainsley segera melangkah cepat mendekati jendela. Mencengkram kasar kedua lengan pria tersebut dan memberikan tatapan dendam yang mendalam.
"Kau pembunuh! Kau membunuh kakakku! Kembalikan Emily padaku!"
Zack melepas paksa cengkraman dari lengannya dan mengambil secarik kertas di atas meja tadi, lalu memaksa Ainsley untuk menerima surat itu. Kemudian Zack pergi dengan tatapan yang sama pula. Tatapan dendam yang mendalam penuh kebencian.
Penjaga yang mendengar suara teriakan tadinya segera berlari mendatangi sumber suara. Di atas tangga baru saja Zack keluar dari kamar dengan tatapan yang membuatnya ngeri. Tanpa pikir panjang penjaga segera menyeret wanita yang dikurung keluar dari rumah.
Melihat Ainsley seperti sudah sekarat, Juni langsung menyambutnya dengan sebuah pelukan, tangisan pilu kembali terdengar. Seiring tangisan yang terus berjalan, dalam guyuran hujan Juni menuntun Ainsley menuju rumahnya.
Sesampainya di rumah Juni, mereka mengeringkan tubuh dan mengganti pakaian basah dengan pakaian kering. Selain itu teh hangat juga disediakan oleh Juni agar mereka bisa menghangatkan tubuh yang menggigil kedinginan.
"Ley? Kertas apa itu?" melirik kertas yang ada di genggaman tangan Ainsley.
Ainsley melihat genggaman tangannya, lalu membuka lipatan kertas yang sudah kusut. Bersama Juni yang pindah duduk ke sisi sampingnya, mereka membaca tulisan yang ada di dalamnya. Kertas itu adalah surat dari Emily.
Ainsley..
Setelah kematian orang tua kita, kau adalah alasanku untuk bertahan hidup. Terima kasih sudah menjadi alasan menyenangkan itu.
Mungkin saat kau membaca surat ini, aku telah tiada. Memang sangat menyakitkan dan aku menyesal tidak menghabiskan banyak waktu denganmu. Maafkan aku. Suatu saat kau akan mengerti alasan kematianku.
Jangan salahkan dirimu atau Zack atas kepergianku. Zack memang pria yang sombong, tetapi dia tidak lebih dari seorang anak kecil. Aku akan lebih tenang jika kau hidup bahagia bersamanya. Hanya padanya aku bisa mempercayakanmu.
Ley, kau tau? Kau adalah adik terbaik yang pernah ada. Jadi jangan berlarut dalam kesedihan, ya!
Aku yang selalu menyayangimu, Emily..
Pipi yang tadinya sudah kering, kembali dibasahi oleh air mata. Ainsley menangis merasakan kesedihan yang lebih mendalam dari sebelumnya. Begitu pula dengan Juni yang ikut hanyut dalam setiap tulisan di surat tersebut.
***
Zack menghempaskan tubuhnya duduk di samping Alvin yang sibuk menonton sambil mengunyah camilan. Ucapan Ainsley yang mengatakan bahwa dirinya seorang pembunuh masih melekat dipikiran. Zack tidak pernah membayangkan dirinya disebut sebagai seorang pembunuh. Apalagi pembunuh istrinya sendiri.
Zack meraih dokumen yang belum sempat dibacanya. Hasil pemeriksaan menyebutkan bahwa pernikahan adalah kata yang paling dekat untuk menggambarkan sepenggal kalimat yang tertulis di dalam surat. Zack berpikir bahwa hal itu adalah sesuatu yang paling gila di dalam hidupnya.
"Itu adalah wasiat mendiang istrimu. Kau harus melakukannya."
"Aku tidak akan menikahi wanita itu."
"Menyerahlah! Dia akan jadi istrimu selanjutnya." senang atas penderitaan Zack.
Sebenarnya apa yang dipikirkan olehnya? Meskipun mereka bukan saudara kandung, tetapi tetap saja itu tidak masuk akal.
"Alvin, carikan seorang sekretaris untukku."
"Aku tidak ingin lagi terlibat dalam masalahmu. Aku berharap bisa berkata seperti itu, tetapi kau pasti akan mengancamku dengan tidak memberikan gajiku. Pasti begitu, bukan? Baiklah! Aku akan melakukannya." berasumsi sendiri.
Zack kembali ke Casa Felise, tempat terakhir bertemu dengan Emily. Di sana Zack berbaring lesu sambil menatap hadiah yang diberikannya pada Emily di hari pernikahan. Sebuah potret Emily berukuran besar memenuhi satu sisi ruangan.
Dia benar-benar sudah pergi.
Zack menghela napas panjang menikmati kesepian yang dirasakannya. Di malam seperti ini biasanya Emily akan bercerita panjang lebar. Tersenyum dan tertawa hingga mereka akhirnya terlelap, tetapi semua itu hanya tinggal kenangan.
Ketika Zack memunggungi potret Emily, tidak sengaja sebuah kertas yang serupa dengan kertas yang Alvin temukan mencuri perhatian. Kertas itu masih terlipat rapi di atas meja. Zack pun bangkit dan membaca isi surat itu.
Apa kabar, Zack?
Sebelum menulis surat ini, aku menulis surat untuk adikku. Aku harap kau memberikannya padanya. Ya, dia adalah wanita yang ada di gambar yang kau simpan. Namanya Ainsley. Aku tidak tau apa hubunganmu dengannya, tetapi aku yakin kalau kalian saling mencintai.
Maafkan aku. Aku tidak mengatakannya lebih awal padamu karena aku ingin menikmati waktu bersamamu, suamiku. Pertengkaran kita waktu itu.. Tidak ada orang lain di belakang kita. Aku menghindarimu untuk adikku. Aku hanya ingin adikku memilikimu seutuhnya.
Tolong jaga adikku ya, Zack! Aku hanya bisa mempercayakannya padamu.
Aku mencintaimu, Emily..
Malam itu penuh dengan tangisan dan ucapan yang menyalahkan keputusan Emily. Zack yang baru saja menikah dan ditinggal pergi oleh wanita yang akan dijadikan istri satu-satunya membuat pikirannya berakhir kacau.
"Kau sangat konyol. Aku bisa mencintaimu. Aku bisa meninggalkan anak perempuan itu demi istriku sendiri. Mengapa kau tidak memberikan aku waktu untuk itu?" lirihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Ummu Istiqomah
ceritanya sering lompat, gak jelas alurnya, maaf ya author, coba lebih detail, kadang saya bingung bacanya,
2021-07-15
2
Elly Handayani
jadi kenapa kau bawa pulang kertas gambar itu Zack
hadeeeehhhhhhh 🤯🤯🤯
2021-03-22
1
Ester S
teerskhir
2021-01-04
0