Episode 15: Salah Makan

"Jangan pernah lagi ikut campur urusanku!"

Kemarahan yang Ainsley dapatkan membuatnya melangkah mundur. Pertolongannya tidak dihargai seperti yang diharapkan. Permintaan maaf yang seharusnya keluar hari ini berubah menjadi air mata. Ainsley berlari ke kamar dan menangis di sana.

Kenapa dia memarahinya sampai seperti itu? Padahal dia hanya berniat membantu.

Keesokan harinya ketika Ainsley berada di kampus, pelajaran yang diterangkan tidak diperhatikan. Hanya mata yang melihat, tetapi pikiran melayang pada kejadian kemarin. Ainsley berpikir keras akan hal apa yang sebenarnya membuat Zack marah.

Apa dia marah karena panggilan sayang?

Ainsley mencoret buku catatannya sembarangan, memutar-mutar pulpennya, sehingga tergambarlah benang kusut di sana. Dengan kasar Ainsley menulis nama Zack di samping benang kusut tersebut.

"Ley, apa kau punya waktu setelah ini? Hari ini aku akan sedikit berbelanja." berbisik.

Setelah kuliah usai, mereka pergi ke sebuah pusat perbelanjaan. Penuh semangat mereka mengayunkan kaki mengunjungi toko-toko. Hingga tanpa sadar saat mereka keluar dari sana, langit yang tadinya terang sudah berubah gelap. Sudah hampir terlambat bagi Ainsley untuk pulang. Mereka sangat panik memikirkan bagaimana cara tercepat agar Ainsley bisa segera sampai sebelum jam 8 malam.

Selagi menunggu ada taksi yang kosong, mereka berjalan untuk berjaga-jaga jikalau memang tidak ada taksi yang bisa mengangkut mereka. Kegelisahan mewarnai jejak kaki. Tidak ada tawa atau ucapan yang keluar semenjak kepanikan muncul.

Ainsley membalikkan badan menghadap Juni. Situasi yang lucu itu membuat Ainsley tertawa terbahak-bahak. Apalagi ketika melihat ekspresi Juni yang masih gelisah. Ditambah dengan sepasang sepatu yang kini berada di tangan Ainsley.

"Kau masih bisa tertawa? Kau tidak takut terlambat pulang?"

"Tentu saja aku takut, tetapi aku tidak bisa menahan kelucuan ini. Kau tidak lihat bagaimana ekspresi panik di wajahmu? Bahkan kita tidak berbicara sejak menyadari hari sudah malam." masih tertawa.

"Pakai sepatumu! Tidakkah kakimu merasa kedinginan?"

"Juni, sekarang aku hanya ingin merasa bebas sebelum kembali ke penjara itu. Mari kita bergembira hari ini!!" mengangkat sepatunya ke atas.

Juni tersenyum sambil menggelengkan kepala melihat tingkah Ainsley. Sudah hitungan tahun Ainsley bertahan dalam rasa sepi itu. Hidup Ainsley terlalu miris untuk dikatakan bahagia. Hidup di panti asuhan, kehilangan keluarga, dan pernikahan. Semua itu tidak luput dari rasa kesepian. Meskipun Juni mendukung pernikahan Zack dan Ainsley, karena berharap ada celah untuk Ainsley bahagia di sana.

Juni menanggalkan sepatunya dan mengangkatnya ke atas pula, lalu berteriak lebih keras dibandingkan teriakan Ainsley, "Mari kita bergembira hari ini!!"

"Mari kita bergembira hari ini!!" serempak berteriak dan diakhiri oleh suara tawa.

Mereka bernyanyi seperti orang gila di atas markah jalan. Ketika ada kendaraan yang lewat mereka pontang-panting menghindar, lalu bernyanyi lagi. Seperti itu seterusnya hingga mereka sampai di sebuah pasar. Tempat itu adalah surga bagi mereka. Di sana mereka bisa menikmati banyak sekali jajanan kaki lima.

Malam semakin larut. Sudah saatnya mereka pulang. Terutama Ainsley harus bersiap menghadapi kemarahan Zack. Malam ini Ainsley harus pulang mengendap-endap agar tidak ketahuan oleh pemilik apartemen.

Di apartemen Zack masih membuka lebar kedua mata. Ainsley yang belum pulang membuat dirinya didera oleh perasaan gelisah. Berulang kali Zack memeriksa kamar lantai bawah, namun tetap saja kamar tersebut masih kosong.

Apa yang wanita itu lakukan sampai belum pulang selarut ini? Tidakkah dia tau aturan yang sudah dijelaskan sebelum menikah?

Kali ini Zack tidak sia-sia menuruni tangga. Dalam gelap samar terlihat seseorang tengah berjalan sambil berjinjit. Seseorang yang sudah bisa dipastikan Ainsley itu mengendap-endap seperti seorang pencuri. Zack yang melihatnya segera menyalakan lampu.

Suara sendawa memecahkan keheningan. Zack mengernyitkan dahi tampak kesal melihat Ainsley melanggar peraturan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Bahkan Ainsley bisa-bisanya bersendawa.

"Ada hal yang harus dikerjakan. Jadi aku terlambat pulang." terbata-bata.

Menyadari alasannya tidak mempan menggoyahkan tatapan tajam itu, Ainsley kembali menambahkan alasan lain agar terlihat lebih meyakinkan, "Aku harus mengerjakan tugas kelompok."

Bukan hanya suara sendawa saja yang memecahkan keheningan. Bahkan suara getar ponsel terdengar kala Ainsley mengemukakan alasannya. Ainsley tidak bisa menghiraukan ponselnya lantaran terlalu fokus memikirkan alasan untuk meredamkan kemarahan Zack.

Zack yang tidak ingin suasana hatinya semakin terganggu, memutuskan untuk membiarkan masalah Ainsley untuk sementara waktu. Tanpa membuka suaranya sedikit pun Zack kembali ke kamarnya.

Esoknya Ainsley menceritakan kejadian semalam pada Juni. Tidak bisa dibayangkan betapa sunyi dan tegangnya malam itu. Belum lagi Zack yang hanya diam tidak memberikan respon apa-apa, semakin menjadi beban pikiran untuknya.

"Kau sudah berhasil melewati malam yang panjang! Kita harus merayakannya, Ley!" bertepuk tangan.

"Oh! Tidak lagi, Juni. Lebih baik aku menghadapi seekor harimau daripada menghadapinya. Kau tidak tau betapa menyeramkannya tadi malam."

"Tapi apa benar dia tidak mengatakan apa-apa padamu atau melakukan suatu hal mungkin? Padahal aku menantikan sesuatu yang besar terjadi di antara kalian."

"Sesuatu yang besar?" tidak mengerti arah pembicaraan Juni.

"Aku pikir akan ada harimau yang menerkam anak kelinci." tertawa lebar.

"Imajinasimu terlalu liar, Juni!"

***

Robin membaca buku catatan kecil yang selalu dibawa kemana pun pergi. Di buku itu selalu ditulis jadwal kerja Zack dan hal-hal penting lainnya yang harus dicatat.

"Respon pembeli sangat positif. Mereka sangat menyukai manfaat dari produk baru yang baru saja diluncurkan. Di media mereka juga memberikan bintang lima."

"Apa ada kendala?"

"Ada satu kendala, tuan. Nona Stella tidak hadir saat peluncuran produk. Tidak merugikan kita, namun penjualan akan meningkat jika kita mengatasi kendala itu."

"Apa mereka ingin menggunakan Stella sebagai perabotan mereka?"

Robin cekikikan, lalu melanjutkan penjelasannya, "Adanya model lebih menghidupkan produk yang kita hasilkan, karena ada aktivitas saat menampilkan produk. Sehingga produk tidak hanya dianggap sebagai benda mati dan terkesan lebih.."

"Heh, kepalamu terbentur?" malas meladeni Robin yang bertingkah formal.

Zack menghubungi Sam untuk menanyakan keberadaan Stella, karena Sam adalah orang yang sering terlihat bersama Stella jika datang ke perusahaan. Zack menganggap mereka berdua memiliki hubungan yang akrab.

Seperti informasi yang didapatkan dari Sam, Zack pergi menuju bar di mana dirinya pernah menemui Sam. Lagi-lagi Zack harus menginjakkan kaki di tempat yang tidak disukainya itu.

Sam tengah asyik menghabiskan waktu bersama para wanita. Sedangkan Stella tampak duduk seorang diri di meja bar. Zack lebih memilih untuk menuntaskan tujuannya datang ke bar dan secepatnya pergi dari tempat itu. Zack pun menghampiri Stella yang duduk di sana.

Menyadari Zack datang, Stella langsung menghamburkan diri memeluk Zack. Segera setelah itu memesan 2 gelas minuman untuk menemani mereka. Stella masih berkutat dipelukan Zack dan menyatakan kesenangannya karena Zack datang padanya.

"Tidak menjalankan pekerjaanmu, apa kau mau memutuskan kontrak dengan Hughes Property?"

"Aku kesal denganmu, Zack. Kau tidak peduli lagi denganku. Padahal aku sudah menunggumu dan yang aku dapatkan kau mencintai orang lain setelah istrimu tiada."

"Aku tidak mencintainya."

"Benarkah?" terlihat senang.

Zack terdiam tidak mampu menjawab pertanyaan Stella lebih dalam, karena dirinya sendiri tidak memikirkan bagaimana perasaannya setelah kematian Emily dan pertemuannya dengan Ainsley.

"Mari kita nikmati malam ini dengan satu gelas wine!" menepuk pundak Zack.

Sam dan Stella bersulang seperti sudah terbiasa menikmati minuman itu. Mereka meneguk satu gelas wine yang ada di tangan dan tertawa bahagia layaknya seseorang yang jauh dari kata masalah.

"Ayolah, teman! Limpahkan semua kesedihanmu khusus untuk malam ini saja. Lupakan permasalahanmu sejenak dan hirup udara bebas ini." membujuk dengan alasan kesedihan yang diderita Zack selama ini.

Tak!

Zack meraih gelas yang ada di hadapannya, lalu meneguk minuman tersebut. Bukan hanya satu gelas saja karena Sam berulang-ulang mengisi gelas kosong itu, sampai Zack kehilangan kesadaran dan menempelkan dahinya di meja.

"Sam, katakan padaku!" mencengkram kerah.

"Kau menyebut namamu sendiri? Aku Zack bukan Sam." menyingkirkan tangan Sam.

"Katakan padaku, Sam!" berteriak.

"Aku Zack! Bukan Sam! Sam adalah namamu! Namamu Sa-mu-el Tho-mas!" balik mencengkram kerah dan balas berteriak di telinga Sam.

"Menghilanglah, Sam! Dia milikku!" Stella menyingkirkan Sam dari pandangan, lalu memeluk Zack.

Pandangan Zack mulai berkunang-kunang. Jalannya sudah sempoyongan. Kepalanya pun terasa berat dan tubuhnya seakan ingin terjatuh.

Dia harus keluar dari bar kalau tidak ingin pingsan di sana.

"Kau akan kemana, Zack? Aku mencintaimu. Jangan pergi dariku." Stella mempertahankan pelukannya.

"Sam!"

"Aku Zack!" memaksa pergi dari pelukan Stella dan berusaha keluar dari bar.

Robin yang dari jauh sudah melihat Zack berjalan tertatih-tatih segera menghampiri. Robin memapah Zack masuk ke dalam mobil, lalu bergegas duduk di bangku kemudi. Robin menghidupkan mesin mobil dan melajukannya ke Casa Felise.

Setibanya di Casa Felise, Robin memapah Zack menuju apartemen. Belum sampai di depan pintu apatemen, Zack menyuruh Robin untuk pergi dan membiarkan dirinya sendiri.

"Tuan, apa saya perlu memanggil nyonya?"

Zack mengangkat telapak tangannya sebagai isyarat agar Robin tidak ikut campur lagi. Lalu seorang diri Zack berjalan sambil menyentuh dinding sebagai pegangan.

***

Sibuk membersihkan apartemen, Ainsley bertemu surat yang Emily tulis untuknya. Ainsley memandangi setiap kata yang ada di dalamnya. Tulisan itu sangat rapi dan indah seperti orang yang menulisnya. Emily tidak berhenti membuat Ainsley terkagum-kagum.

Ada satu kalimat aneh yang membuat matanya lama menatap. Kalimat itu mengatakan bahwa suatu hari Ainsley akan mengerti alasan dibalik kematian Emily. Ainsley bertanya-tanya apa maksud dari kalimat tersebut.

Jika dipikirkan kembali, Ainsley hanya tau bahwa Emily telah tiada. Ainsley tidak pernah memikirkan bagaimana Emily bisa pergi dan apa yang Emily lakukan saat itu. Ainsley baru menyadari bahwa sebenarnya ada alasan dibalik kepergian Emily.

Selama ini Ainsley terlalu fokus pada kesedihannya dan hanya menerima apa pun yang ada di surat itu tanpa menelaahnya terlebih dahulu. Berbagai pertanyaan muncul menginginkan jawaban yang harus segera ditemukan.

"Aku harus membicarakan ini pada Robin. Tidak. Aku harus membicarakan hal ini secara langsung padanya." membulatkan tekad.

Klek..

Pria yang ditunggu datang pada saat yang tepat. Detik itu juga Ainsley berniat membicarakan keresahannya mengenai surat Emily pada Zack. Ainsley tidak sabar untuk mengetahui kebenarannya. Dengan gegas Ainsley pun keluar dari kamar.

Bruuk..

Suara lainnya muncul ketika Ainsley hendak keluar kamar. Ainsley menghampiri sumber suara tersebut dan alangkah terkejutnya Ainsley ketika melihat Zack tergeletak di lantai.

Ainsley mengguncang-guncang tubuh Zack berharap agar Zack segera tersadar, namun usahanya sia-sia. Zack masih memejamkan mata tidak menghiraukan suaranya. Bau alkohol juga tercium pekat dari tubuh yang tidak sadarkan diri itu.

Butuh usaha yang keras untuk membawa Zack ke kamar lantai atas. Ainsley harus melewati tangga dan menahan berat tubuh Zack yang sudah pasti tidak sebanding dengannya.

Ainsley membaringkan Zack di ranjang. Membuka sepatu yang masih terpasang beserta kaus kaki. Selain itu Ainsley membuka jas yang terlihat menyesakkan itu dan melepaskan dasi yang masih melingkar di leher Zack.

"Jangan tinggalkan aku, Emily."

Sudah 3 tahun lebih sejak kepergian Emily, namun Zack masih hidup dalam bayang-bayang Emily. Ainsley tidak tega melihat Zack meringis seperti sekarang. Ainsley tau betul bagaimana rasanya ditinggal oleh orang yang sangat dicintai. Apalagi pernikahan Zack dan Emily belum genap 2 bulan.

"Apa kau akan terus seperti ini?! Berhentilah menangisi masa lalumu! Jangan sampai kau kehilangan masa depanmu!"

"Emily.."

"Lihat baik-baik! Aku Ainsley!"

Zack membuka sedikit matanya dan menatap wanita yang kini berdiri di hadapannya. Menolak kenyataan, Zack tetap memanggil nama Emily. Akan tetapi Ainsley menyuarakan namanya kembali.

"Ainsmily?" menyeringai.

Merasa kesal Ainsley pun mendekatkan mulutnya ke telinga Zack agar namanya bisa terdengar jelas oleh pria tersebut. Ainsley menyuarakan namanya sebanyak 3 kali.

Zack memegang pergelangan tangan Ainsley. Mereka saling menatap dengan jarak yang sangat dekat untuk pertama kalinya. Zack tertawa dalam rasa mabuknya. Sebelum melepaskan tangan itu, Zack menyarankan Ainsley tidak marah sebagai seorang anak kecil, karena seperti yang dilihatnya dalam keadaan setengah sadar, Ainsley tidak berbeda dari yang dulu.

Dikatai sebagai anak kecil, Ainsley sangat kesal. Sambil bertolak pinggang Ainsley menegaskan sesuatu dalam kalimatnya, "Hey, Tuan Zack Hughes yang terhormat. Aku sudah berumur dua puluh tiga tahun. Usiaku sudah bisa dikatakan sebagai wanita dewasa dan aku bukan anak kecil lagi."

Zack bangkit dan menarik lengan Ainsley, sehingga mereka terduduk di atas ranjang. Zack menatap seluruh wajah Ainsley, menyadarkan diri bahwa wanita yang dicarinya benar-benar berada di hadapannya.

Mengetahui kebenaran itu membuat Zack ingin melampiaskan rasa rindunya. Zack menyentuh pipi Ainsley dan mendekatkan wajahnya. Ketika bibir hampir bersentuhan, Zack tertawa lebar. Teringat kenyataan yang sebenarnya, bahwa dirinya sudah menikah dengan Emily dan wanita yang dicarinya adalah adiknya Emily.

Ainsley tidak terima perlakuan Zack yang seakan sedang mempermainkan dirinya. Untuk menutupi rasa malu, Ainsley membalas perkataan itu dengan balik mengatakan bahwa Zack adalah seorang pria tua.

Ainsley menggerutu kesal di kamarnya, tidak habis pikir jika dirinya akan dipermalukan seperti itu oleh Zack. Mengatai sebagai seorang anak kecil di umurnya yang sudah menginjak angka 23 tahun, yang mana hanya berbeda 1 tahun pada saat Emily menikah dengan Zack.

Tetapi dibandingkan itu semua, jantungnya berdegup kencang. Ainsley merasakan sebuah perasaan nyaman dalam setiap degupan yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Sejenak Ainsley mengingat kembali apa saja yang dilakukannya hari ini.

Apa dia salah makan?

Terpopuler

Comments

al - one ' 17

al - one ' 17

jangan bilang visualnya kartun deh thor

2021-03-22

1

IKA 🌹SSC🌷💋plf

IKA 🌹SSC🌷💋plf

huft dah 3 thn looh Zack knp kau masih mngabaikan istrimu yg skrg????,

2020-11-30

1

ANI dfa W⃠🍓ˢˢᶜ🌴

ANI dfa W⃠🍓ˢˢᶜ🌴

mulai tumbuh sesuatu 😂😂😂

2020-11-29

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1: Selimut Kesedihan
2 Episode 2: Membenahi Kehidupan
3 Episode 3: Duplikat Hati
4 Episode 4: Kenangan Lama
5 Episode 5: Kebahagiaan Emily
6 Episode 6: Teman Baru
7 Rahasia Tersembunyi
8 Menolak Takdir
9 Pertemuan Duka
10 Kabar Buruk
11 Berteman Sepi
12 Gaun Pernikahan
13 Angin Lewat
14 Pria Bule
15 Episode 15: Salah Makan
16 Seorang Pencuri
17 Berita Penting
18 Terpaksa Berbohong
19 Situasi Rumit
20 Pria Tua
21 Bisnis Perjodohan
22 Terlambat Pulang
23 Khalayak Ramai
24 Melewati Bersama
25 Memastikan Hati
26 Melindungi Harapan
27 Pemandangan Langka
28 Cangkang Siput
29 Hadiah Penyesalan
30 Mencuri Start
31 Sebuah Kesalahan
32 Menahan Diri
33 Bintang Kecil
34 Menggoda Kekasih
35 Mengulur Waktu
36 Kartu Nama
37 Wanita Lain
38 Secarik Kertas
39 Tolong Aku!
40 Bunga Tulip
41 Efek Lampau
42 Rasa Bersalah
43 Obat Penawar
44 Salah Paham
45 Penderitaan Robin
46 Strategi Penjualan
47 Menanti Pertemuan
48 Mengingkari Janji
49 Takut Kecoak
50 Bersembunyi
51 Pesta Kecil
52 Ancaman Kepemilikan
53 Dansa
54 Kecemburuan
55 Jadwal Egois
56 Mogok Makan
57 Salmon Sushi
58 Cookies
59 Bertemu Juni
60 Dunia Baru
61 Menarik Perhatian
62 Kejutan
63 Episode 63: Pengacau
64 Episode 64: Keburaman
65 Buta
66 Episode 66: Karma
67 Kambuh
68 Syarat
69 Lepas
70 Kehilangan Arah
71 Pulang
72 Mi
73 Tamu Pertama
74 Posisi
75 Terancam
76 Diculik Ibu Tiri
77 Siapa Catrin?
78 Episode 78: Mengasuh Eilaria
79 Kesalahan Aaron
80 Kepergian Jeslyn
81 Terlambat Sadar
82 Menjadi Parasit
83 Perkara Ponsel
84 Menyelamatkan Catrin
85 Kesiaan Rindu
86 Mengasihani Diri
87 Rencana Lidya
88 Berpura-pura Bahagia
89 Jalan Keluar
90 Perseteruan Lama
91 Memulai Kembali
92 Penyamaran Ke-2
93 Tanpa Rencana
94 Benang Merah
95 Tamu Lain
96 Orang Kaya
97 Selamat Tidur
98 Episode 98: Wali Terhormat
99 Tuan & Nona
100 Lelucon Daun
101 Kepala Keluarga
102 Sandaran Bahu
103 Berbagi Hati
104 Seorang Kakak
105 Meminjam Nama
106 Tanpa Jejak
107 Gudang Kosong
108 Pakaian Sempit
109 Satu Atap
110 Dalang Kegelisahan
111 Ingin Pulang
112 Rumah Lama
113 Pasangan Favorit
114 Pil Pelukan
115 Menebak Kalimat
116 Detik Berharga
117 Provokator Asmara
118 Melenyapkan Egois
119 Bahu Sandaran
120 Jiwa Jomlo
121 Bulan Penumbra
122 Penjara Abadi
123 Pengalihan Tahta
124 Nenek
125 Terima Kasih
126 Penting!
127 Episode 1: Meminta Saran
128 Episode 2: Berdamai
129 Episode 3: Kencan Buta
130 Episode 4: Kacamata Hitam
131 Episode 5: Tempat Semula
132 Episode 6: Sekretaris Pribadi
133 Episode 7: Pertemuan Rahasia
134 Episode 8: Membangunkan Gavin
135 Episode 9: Menjalin Waktu
136 Episode 10: Pekerjaan Alea
137 Episode 11: Lembur
138 Episode 12: Larut Malam
139 Episode 13: Tanda Bahaya
140 Episode 14: Kehilangan Pegawai
141 Episode 15: Bertamu
142 Episode 16: Dilema
143 Episode 17: Sebuah Tamparan
144 Episode 18: Terikat Berita
145 Episode 19: Ingin Berkunjung
146 Episode 20: Kebohongan Besar
147 Episode 21: Menyatakan Perasaan
148 Episode 22: Merangkak pada Cahaya
149 Episode 23: Nyctophobia
150 Episode 24: Penolakan Keras
151 Episode 25: Genggaman Tangan
152 Episode 26: Liburan
153 Episode 27: Kemarahan Ainsley
154 Episode 28: Tempat Tidur
155 Episode 29: Mencari Nayra
156 Episode 30: Pengharapan
157 Episode 31: Menceburkan Diri
158 Episode 32: Wanita Aneh
159 Episode 33: Salah Kira
160 Episode 34: Hamil
161 Episode 35: Makan Siang Keluarga
162 Episode 36: Pertemuan Kembali
163 Episode 37: Mengembalikan Ponsel
164 Episode 38: Flashback
165 Episode 39: Kata Maaf untuk Henry
166 Episode 40: Berusaha Bangkit
167 Episode 41: Hubungan Khusus
168 Episode 42: Kemustahilan
169 Episode 43: Satu Persen
170 Episode 44: Kiriman Bunga
171 Episode 45: Kebetulan atau Takdir
172 Episode 46: Terperangkap Hujan
173 Episode 47: Hak Milik
174 Episode 48: Api Kecemburuan
175 Episode 49: Keputusan Willy
176 Episode 50: Keinginan Nayra
177 Episode 51: Obsesi
178 Episode 52: Rumah Nayra
179 Episode 53: Pengaruh Alkohol
180 Episode 54: Penggemar Fanatik
181 Episode 55: Melamar
182 Episode 56: Persiapan Pernikahan
183 Episode 57: Pernikahan
184 Episode 58: Dua Pilihan
185 Episode 59: Waktu Berdua
186 Episode Khusus: Happy Anniversary
187 Episode Khusus: Happy Anniversary 2
188 Episode Khusus: Happy Anniversary 3 (End)
189 Dear Pembaca
Episodes

Updated 189 Episodes

1
Episode 1: Selimut Kesedihan
2
Episode 2: Membenahi Kehidupan
3
Episode 3: Duplikat Hati
4
Episode 4: Kenangan Lama
5
Episode 5: Kebahagiaan Emily
6
Episode 6: Teman Baru
7
Rahasia Tersembunyi
8
Menolak Takdir
9
Pertemuan Duka
10
Kabar Buruk
11
Berteman Sepi
12
Gaun Pernikahan
13
Angin Lewat
14
Pria Bule
15
Episode 15: Salah Makan
16
Seorang Pencuri
17
Berita Penting
18
Terpaksa Berbohong
19
Situasi Rumit
20
Pria Tua
21
Bisnis Perjodohan
22
Terlambat Pulang
23
Khalayak Ramai
24
Melewati Bersama
25
Memastikan Hati
26
Melindungi Harapan
27
Pemandangan Langka
28
Cangkang Siput
29
Hadiah Penyesalan
30
Mencuri Start
31
Sebuah Kesalahan
32
Menahan Diri
33
Bintang Kecil
34
Menggoda Kekasih
35
Mengulur Waktu
36
Kartu Nama
37
Wanita Lain
38
Secarik Kertas
39
Tolong Aku!
40
Bunga Tulip
41
Efek Lampau
42
Rasa Bersalah
43
Obat Penawar
44
Salah Paham
45
Penderitaan Robin
46
Strategi Penjualan
47
Menanti Pertemuan
48
Mengingkari Janji
49
Takut Kecoak
50
Bersembunyi
51
Pesta Kecil
52
Ancaman Kepemilikan
53
Dansa
54
Kecemburuan
55
Jadwal Egois
56
Mogok Makan
57
Salmon Sushi
58
Cookies
59
Bertemu Juni
60
Dunia Baru
61
Menarik Perhatian
62
Kejutan
63
Episode 63: Pengacau
64
Episode 64: Keburaman
65
Buta
66
Episode 66: Karma
67
Kambuh
68
Syarat
69
Lepas
70
Kehilangan Arah
71
Pulang
72
Mi
73
Tamu Pertama
74
Posisi
75
Terancam
76
Diculik Ibu Tiri
77
Siapa Catrin?
78
Episode 78: Mengasuh Eilaria
79
Kesalahan Aaron
80
Kepergian Jeslyn
81
Terlambat Sadar
82
Menjadi Parasit
83
Perkara Ponsel
84
Menyelamatkan Catrin
85
Kesiaan Rindu
86
Mengasihani Diri
87
Rencana Lidya
88
Berpura-pura Bahagia
89
Jalan Keluar
90
Perseteruan Lama
91
Memulai Kembali
92
Penyamaran Ke-2
93
Tanpa Rencana
94
Benang Merah
95
Tamu Lain
96
Orang Kaya
97
Selamat Tidur
98
Episode 98: Wali Terhormat
99
Tuan & Nona
100
Lelucon Daun
101
Kepala Keluarga
102
Sandaran Bahu
103
Berbagi Hati
104
Seorang Kakak
105
Meminjam Nama
106
Tanpa Jejak
107
Gudang Kosong
108
Pakaian Sempit
109
Satu Atap
110
Dalang Kegelisahan
111
Ingin Pulang
112
Rumah Lama
113
Pasangan Favorit
114
Pil Pelukan
115
Menebak Kalimat
116
Detik Berharga
117
Provokator Asmara
118
Melenyapkan Egois
119
Bahu Sandaran
120
Jiwa Jomlo
121
Bulan Penumbra
122
Penjara Abadi
123
Pengalihan Tahta
124
Nenek
125
Terima Kasih
126
Penting!
127
Episode 1: Meminta Saran
128
Episode 2: Berdamai
129
Episode 3: Kencan Buta
130
Episode 4: Kacamata Hitam
131
Episode 5: Tempat Semula
132
Episode 6: Sekretaris Pribadi
133
Episode 7: Pertemuan Rahasia
134
Episode 8: Membangunkan Gavin
135
Episode 9: Menjalin Waktu
136
Episode 10: Pekerjaan Alea
137
Episode 11: Lembur
138
Episode 12: Larut Malam
139
Episode 13: Tanda Bahaya
140
Episode 14: Kehilangan Pegawai
141
Episode 15: Bertamu
142
Episode 16: Dilema
143
Episode 17: Sebuah Tamparan
144
Episode 18: Terikat Berita
145
Episode 19: Ingin Berkunjung
146
Episode 20: Kebohongan Besar
147
Episode 21: Menyatakan Perasaan
148
Episode 22: Merangkak pada Cahaya
149
Episode 23: Nyctophobia
150
Episode 24: Penolakan Keras
151
Episode 25: Genggaman Tangan
152
Episode 26: Liburan
153
Episode 27: Kemarahan Ainsley
154
Episode 28: Tempat Tidur
155
Episode 29: Mencari Nayra
156
Episode 30: Pengharapan
157
Episode 31: Menceburkan Diri
158
Episode 32: Wanita Aneh
159
Episode 33: Salah Kira
160
Episode 34: Hamil
161
Episode 35: Makan Siang Keluarga
162
Episode 36: Pertemuan Kembali
163
Episode 37: Mengembalikan Ponsel
164
Episode 38: Flashback
165
Episode 39: Kata Maaf untuk Henry
166
Episode 40: Berusaha Bangkit
167
Episode 41: Hubungan Khusus
168
Episode 42: Kemustahilan
169
Episode 43: Satu Persen
170
Episode 44: Kiriman Bunga
171
Episode 45: Kebetulan atau Takdir
172
Episode 46: Terperangkap Hujan
173
Episode 47: Hak Milik
174
Episode 48: Api Kecemburuan
175
Episode 49: Keputusan Willy
176
Episode 50: Keinginan Nayra
177
Episode 51: Obsesi
178
Episode 52: Rumah Nayra
179
Episode 53: Pengaruh Alkohol
180
Episode 54: Penggemar Fanatik
181
Episode 55: Melamar
182
Episode 56: Persiapan Pernikahan
183
Episode 57: Pernikahan
184
Episode 58: Dua Pilihan
185
Episode 59: Waktu Berdua
186
Episode Khusus: Happy Anniversary
187
Episode Khusus: Happy Anniversary 2
188
Episode Khusus: Happy Anniversary 3 (End)
189
Dear Pembaca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!