Lewis merapikan dokumen di ruang kerjanya. Dokumen-dokumen tersebut sudah menumpuk selama 3 tahun lebih di atas mejanya. Semua laporan dan dokumen pelamar juga ada di sana. Lewis harus membaca semua itu untuk mengetahui bagaimana perkembangan usahanya selama dirinya pergi.
Beberapa map dibaca dan Lewis berhenti saat menemukan sebuah dokumen pelamar. Nama Ainsley Anderson tertera di dalam sana beserta foto pelamar. Lewis mendelik tidak percaya bagaimana bisa wajah di foto tersebut mirip dengan wanita yang ditemuinya tempo lalu, yang mana artinya Ainsley pernah bekerja di restorannya.
"Sepertinya aku akan tinggal lebih lama kali ini." tersenyum.
Diam-diam Juni memperhatikan situasi mengejutkan itu. Seorang pria berwajah tampan sedang duduk di dalam ruangan pemilik restoran. Juni mulai menerka-nerka siapa sebenarnya pria yang dilayaninya tadi.
"Benarkah? Pria tampan itu benar-benar pemilik restoran?" ujar seorang pegawai yang berdiri tidak jauh dari Juni.
"Aku mendengarnya sendiri dari pak manajer. Ya.. Tuhan!! Akhirnya di restoran ini memiliki pria dengan wajah tampan!!" kegirangan.
Juni hanya mendengarnya saja. Tidak perlu repot menghampiri mereka yang bergosip untuk mencari informasi, karena apa yang dibicarakan oleh mereka sudah bisa didengar dari jauh.
"Memangnya dia kira kalau dia itu wanita yang cantik?" ujar pegawai pria yang baru saja lewat di depan Juni.
***
Sampai keesokan hari pun Juni masih menggeleng tidak percaya. Banyak pertanyaan muncul mengenai pemilik restoran. Pria yang ditemuinya kemarin masih tergolong muda untuk merintis usaha yang sudah terkenal itu.
"Juni!! Sudah lama sekali aku tidak melihatmu!!"
Ainsley datang dengan tiba-tiba mengejutkannya. Juni hanya bisa mengelus dada karena dirinya tidak bersemangat untuk meladeni Ainsley sekarang. Juni terlalu lelah memikirkan biaya hidup ke depannya, belum lagi jadwal kuliah membuat hari-harinya semakin padat.
"Mana Juni yang selalu ceria itu? Apa sudah hilang ditelan ombak?" cekikikan.
"Oiya, Ley! Ternyata pemilik restoran sangat tampan dan masih muda. Huaaa!! Aku tidak bisa membayangkan jika dia adalah pemilik restoran. Pokoknya kau harus melihatnya. Dia tidak kalah tampannya dari suamimu. Tetapi sayang, dia sangat akrab dengan Lexa. Tidak mungkin tipenya adalah Lexa kan, Ley?" tiba-tiba bersemangat.
"Penyakit berisikmu mulai kambuh!" tertawa lebar.
Juni cemberut kesal lantaran keseriusannya dipermainkan. Tetapi Juni berpikir dibandingkan menggerutu kesal, lebih baik membayangkan wajah tampan pemilik restoran saja untuk menenangkan pikirannya.
"Juni, apa kau bekerja hari ini?"
"Ya. Memangnya kenapa? Aku pikir kau tidak ingin bertemu dengan pemilik restoran."
"Aku sudah lama tidak ke restoran. Bisakah aku ikut denganmu?"
Karena sudah dipancing untuk berbicara, sepanjang jalan Juni tidak berhenti berbicara mengenai pemilik restoran. Ainsley yang mendengar hanya bisa manggut-manggut dan tertawa. Padahal Juni sudah menjelaskan intinya yaitu tidak percaya pemilik restoran masih muda dan sangat tampan, tetapi tetap saja untuk menjelaskannya membutuhkan durasi yang sangat lama.
Sesampainya di restoran, Juni langsung pergi mengganti pakaian. Sedangkan Ainsley duduk di salah satu meja tamu sambil mencari keberadaan orang yang menjadi alasan dirinya datang, tidak ada Lexa di restoran.
Setelah makanan yang dipesan dihidangkan, seseorang yang lain datang menghampiri. Ainsley tercengang mendapati pria bule yang pernah ditemuinya juga berada di restoran. Sungguh sebuah kebetulan yang mengejutkan.
"Hey! Honey! I'm sorry. Aku tidak sempat meneleponmu, tetapi takdir mempertemukan kita kembali. Kau pasti sangat merindukan aku." duduk di kursi yang ada di depan Ainsley.
*Aku minta maaf.
"Ah! Ya.." tidak bersemangat.
"Tidakkah kau berpikir jika pertemua kita dari awal adalah takdir? Hari ini setelah lama tidak bertemu, kita saling duduk berhadapan. Selain itu takdir nama kita juga sama. Kau adalah Ley dan aku adalah Lew. Sangat manis." terbahak.
Di dapur perbincangan seru sedang terjadi antara para pegawai. Juni yang tidak sengaja mendengar menghentikan pekerjaannya sekedar menanti hal menarik untuk ditonton. Di belakang mereka Juni berdiri sambil cekikikan sendiri.
"Sangat menyebalkan! Aku harus melayani wanita itu!" melipat tangan di dada sambil memasang raut wajah tidak suka.
"Wanita aneh itu datang lagi?!" sudah tau siapa orang yang selalu membuat pegawai di sana kesal.
"Hey, lihatlah! Bukankah itu pemilik restoran tampan kita?!" salah seorang pegawai mengintip dari balik dinding.
Juni ikut nimbrung bersama pegawai yang bergosip itu. Tampak Ainsley dan Lewis sedang duduk di satu meja yang sama. Suasana di sana tampak sangat seru. Pemandangan itu menimbulkan pertanyaan di benak Juni. Jika kemarin Lexa terlihat sangat akrab dengan Lewis, sekarang Ainsley pun begitu.
Apa dia melewatkan sesuatu yang begitu penting?
***
"Juni, temanku akan mengantarkan kita."
Dua orang di depannya yaitu Ainsley dan Lewis tersenyum polos seakan tidak ada hal yang perlu mereka jelaskan pada Juni. Sedangkan Juni sangat frustasi mengetahui Lewis adalah teman dari sahabatnya sendiri.
Juni menarik Ainsley untuk menjauh dari Lewis dan berbicara secara 4 mata. Kini bukan Juni saja yang kebingungan, bahkan Ainsley juga ikut kebingungan dan bertanya-tanya ada apa dengan Juni sampai membawanya menjarak dari Lewis.
"Apa aku tidak salah dengar? Kau berteman dengan pemilik restoran?" berbisik.
Ainsley terpikir satu hal bahwa nama Lewis sangat mirip dengan nama restoran yaitu Le Wish. Ditambah perkataan Juni hari ini membuat Ainsley semakin yakin jika Lewis adalah pemilik restoran yang dikaguminya.
Ainsley dan Juni melirik Lewis yang masih berdiri tegak menunggu mereka selesai berbicara. Dari jauh tampak Lewis tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah mereka. Setelah itu Ainsley dan Juni saling menatap dan berbicara kembali.
"Kau ingat aku pernah bercerita soal aku ditinggal oleh pria tua saat peringatan kematian Emily, dan aku diantar pulang oleh seorang pria bule? Pria bule itu adalah Lewis."
"Tu-tunggu.. siapa pria tua?"
"Suami Emily." menjawab dengan malas.
"Pria tua panggilan sayangmu padanya?" terkekeh.
"Bukan. Suatu kejadian membuatku memanggilnya begitu."
"Kejadian?" tersenyum penuh makna.
"Sudahlah. Pokoknya.. Ayo! Kita pergi! Lewis sudah menunggu lama." terbata-bata.
Mereka mengantarkan Juni terlebih dahulu karena memang jarak rumah Juni dari restoran lebih dekat dibandingkan tempat tinggal Ainsley. Setelah itu baru lah Lewis mengantarkan Ainsley ke Casa Felise.
"Honey! Apa kau punya waktu besok? Besok adalah hari ulang tahun sahabatku. Aku ingin kau juga ada di sana merayakannya bersamaku."
Sangat lama Ainsley menjawab lantaran harus membuat keputusan yang tepat untuk menjawab ajakan Lewis. Di samping Ainsley yang baru 2 kali bertemu dengan Lewis dan masih belum kenal betul bagaimana Lewis.
"Jika kau mau, kau boleh mengajak Juni bersamamu. Semakin ramai akan semakin baik." meyakinkan Ainsley.
Keesokan harinya Ainsley dan Juni memenuhi undangan. Bersama Lewis yang datang menjemput, mereka mendatangi tempat tujuan. Seharusnya mereka senang karena akan merayakan pesta ulang tahun, tetapi jalan yang mereka lalui begitu menyeramkan.
"Kau yakin ada orang yang merayakan ulang tahun di tempat seperti ini?" bisik Juni.
"Tidak tau. Bisa saja mereka sedang mempersiapkan sebuah kejutan." balas berbisik.
Langkah Ainsley dan Juni berhenti saat melihat beberapa orang pria duduk secara berkelompok. Tubuh pria-pria itu sangat kekar dan juga memiliki banyak tato. Pemandangan tersebut mengingatkan mereka pada pegawai restoran yang bernama Lexa.
"Tidak usah takut. Mereka semua sudah seperti keluarga bagiku." Lewis tersenyum.
Tiba-tiba seseorang muncul dari belakang menepuk bahu Lewis. Orang itu adalah Lexa yang baru saja mereka pikirkan. Lewis meminta mereka untuk menunggu sebentar sampai urusannya dengan Lexa selesai. Lewis pun mengikuti Lexa yang sudah berjalan lebih dulu ke sebuah ruangan.
Sebelumnya Lexa sudah membuat janji dengan Lewis untuk membicarakan mengenai keanehan yang dilihat Lexa selama tinggal di Casa Felise dan menurut Lexa hari ini adalah waktu yang tepat untuk mengatakannya. Setelah Lewis tidak sibuk lagi mengurusi tumpukan dokumen di restoran.
"Jadi apa yang ingin kau katakan sampai harus meluangkan waktu khusus untuk itu?"
"Aku tidak melihat kakakmu di Casa Felise."
"Lexa, panggil saja namanya. Aku tidak ingin mengakuinya sebagai kakakku."
"Ok. Baiklah. Aku pikir apartemen itu disewakan pada orang lain."
"Apa maksudmu? Dia tidak pernah membiarkan orang lain masuk kecuali istrinya, apalagi menyewakannya."
"Aku tau dan aku hanya mengatakan apa yang aku lihat padamu. Aku melihat seorang wanita keluar masuk dari sana."
Di sisi lain Juni dan Ainsley tampak ketakutan. Mereka memperhatikan sekeliling. Tidak ada tanda-tanda seseorang akan mengadakan pesta ulang tahun. Balon, kue, atau semacamnya. Terlebih lagi pria di seberang terus memandangi mereka.
"Apa kita akan dibunuh? Aku takut sekali, Ley. Bagaimana kalau kita pergi saja?" semakin memegang erat baju Ainsley.
"Kau tidak melihat tanganku gemetaran, Juni?! Aku juga takut." meremas bajunya sendiri.
Di tengah bisikan yang saling mereka lontarkan, salah seorang pria di seberang sana bangkit dan menghampiri. Seketika mereka berhenti berbisik dan saling menggengam tangan. Mereka menelan ludah memandangi pria itu semakin lama semakin mendekat.
Pria itu menyentuh pundak Ainsley dengan ekspresi yang kelihatan menyeramkan. Situasi itu mengingatkan Ainsley pada mimpi buruk yang selalu menghantuinya. Lantas Ainsley menutup kedua telinga dan memicingkan mata sambil berteriak histeris.
Mendengar teriakan itu Lewis langsung berlari ke arah Ainsley. Mereka yang ada di sana tampak sangat khawatir melihat Ainsley yang berada di pangkuan Juni tidak sadarkan diri. Juni masih tetap berusaha membangunkan Ainsley.
"Apa yang terjadi?! Are you okay, honey?!"
*Apa kau baik-baik saja, sayang?!
Lewis mendorong teman yang pertama kali sudah berada di dekat Ainsley. Lewis menganggap pingsannya Ainsley ada hubungannya dengan temannya tersebut.
Kepalan tangan sudah siap melayang, namun Lexa menghentikannya. Lexa dan teman-teman yang lain menjadi dinding pemisah di antara mereka berdua agar tidak berkelahi di situasi genting itu.
"Lebih baik kau membawanya ke rumah sakit sekarang." Lexa mendorong Lewis untuk segera pergi, lalu menenangkan teman satunya lagi.
Lewis segera membopong Ainsley dan berlari menuju mobil. Kemudian menyandarkan Ainsley pada Juni. Bergegas setelah itu Lewis duduk di kursi kemudi dan menjalankan mobil. Raut wajah Lewis sangat gelisah.
Di dalam perjalanan berulang kali Lewis melirik ke arah bangku penumpang lantaran sangat khawatir dengan kondisi Ainsley. Sedangkan Juni yang memperhatikan hal itu menyadari bahwa ada kesalahpahaman yang harus diluruskan di antara Lewis dan Ainsley.
"Kau sangat menyukai Ley?"
"Hah?! Ya?" terkejut karena Juni mendadak bertanya.
"Kau tau jika Ley sudah menikah?"
"Apa?"
"Aku yakin kau belum tau. Ley sudah menikah. Pernikahannya sudah berjalan lebih dari tiga tahun."
Lewis seperti disambar petir di siang bolong. Lewis sudah menyukai wanita yang sudah menikah, yang mana Ainsley sudah pasti tidak akan bisa didapatkan olehnya. Cintanya tidak akan pernah terbalaskan.
Selagi menunggu dokter memeriksa, Lewis dan Juni duduk di ruang tunggu. Lewis berusaha menepis kekecewaannya dan fokus pada kondisi Ainsley saja sekarang. Sedangkan Juni hanyut dalam kekhawatiran.
Dokter keluar dari ruangan setelah memeriksa Ainsley. Mereka berdiri serempak menanti penjelasan dari sang dokter. Dokter tersebut menatap Lewis dan mengira jika Lewis adalah wali dari pasien yang ditangani.
"Anda suaminya?"
"A.. Itu.." Lewis dan Juni serempak pula bersuara. Mereka tidak tau harus menjawab bagaimana setelah kejadian di mobil tadi.
"Ada beberapa hal yang harus saya sampaikan pada walinya secara langsung."
Tidak adanya kontak yang bisa dihubungi mengharuskan Juni untuk pergi ke Hughes Property. Juni berharap di sana bisa bertemu dengan suami Ainsley untuk mengabari kejadian mengejutkan itu.
Lewis begitu heran ketika sampai di sana. Jika kemarin Lewis mengantarkan Ainsley ke Casa Felise, sekarang Lewis mendatangi Hughes Property. Tempat-tempat tersebut bukanlah suatu kebetulan. Lewis penasaran seberapa kaya suami Ainsley sebenarnya sampai bisa masuk ke 2 tempat itu secara bersamaan.
"Kau tidak ikut masuk ke dalam bersamaku?"
"Aku akan menunggumu di sini."
Pada akhirnya Juni masuk ke gedung tersebut seorang diri. Di meja resepsionis Juni langsung menyampaikan maksud kedatangannya, yaitu ingin bertemu dengan Zack Hughes. Namun permintaannya ditolak karena Juni belum membuat janji temu terlebih dahulu.
"Aku mohon. Ini sangat penting. Ini menyangkut Ainsley, istrinya."
"Sekali lagi mohon maaf. Sepertinya anda salah tempat. Mendiang istri tuan Zack bukan bernama Ainsley, tetapi Emily."
Keributan tersebut mengundang penjaga untuk ikut menenangkan situasi. 2 orang penjaga saling bekerja sama menyeret Juni keluar dari gedung, namun Juni masih tidak putus asa dan terus mengatakan bahwa dirinya ingin bertemu dengan Zack Hughes.
"Tolong jangan membuat keributan di sini, nona." ujar seorang penjaga.
"Nona Juni?"
Mereka semua menoleh ke arah suara. Di sana ada Robin yang berdiri memandang heran kedatangan Juni di kantor. Robin langsung memerintahkan penjaga keamanan untuk melepaskan Juni.
Seiring Robin yang membawa Juni pergi, resepsionis dan penjaga memberi hormat. Sedangkan Juni mencibiri mereka lantaran bangga pada dirinya sendiri, karena mereka yang menganggap Juni sebagai seorang pengganggu berhasil ditepis.
Di luar gedung Juni menceritakan perihal Ainsley yang pingsan dan kini sedang berada di rumah sakit, termasuk seorang wali yang dibutuhkan untuk menemui dokter yang akan menjelaskan keadaan Ainsley.
"Terima kasih sudah menyampaikan berita penting ini. Saya akan pastikan pesan nona Juni sampai pada tuan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Iin Cpde
troma apa yg membuat Ainsley pingsan?
penasaran..??!!
lanjut baca aja deh..
2020-12-06
3
IKA 🌹SSC🌷💋plf
skrg aq semakin yakin klo Lewis adiknya Zack.... dan apa ada hal yg serius tentang pingsan nya Ainsley??????
2020-12-01
1
ANI dfa W⃠🍓ˢˢᶜ🌴
sakit apa thor 🤔🤔🤔
2020-11-30
1